Shaddan || 1

183K 9.5K 1K
                                    

Pukul 17:12.

SHADDAN yang masih memakai baju seragam sekolah. Ia tengah berada di tempat dermaga, sembari menidurka tubuhnya di sana. Melipat kedua tangan di belakang kepala untuk di jadikan sandaran. Pandangan matanya mengarah pada langit yang akan berubah warna. Meskipun tatapan matanya kosong. Shaddan Membiarkan kancing baju seragam terbuka semua, maka sangat jelas tubuh Shaddan yang putih mulus. Di leher pun ia mamakai sebuah kalung, kedua telinga di pasangkan anting warna hitam.

Sudut bibir, bahkan sudut matanya pun tampak terlihat lebam bekas pukulan dari lawan.

Shaddan sudah cukup lama terdiam di tempat dermaga itu. Tanpa sedikitpun mengeluarkan suara. Hanya terdengar angin yang tertiup sangat kencang.

Shaddan telah merasakan kekecewaan nya pada seseorang.

Tiba-tiba seseorang duduk di samping Shaddan. Namun Shaddan tak menyadari kehadiran orang itu. Ia masih tenggelam dalam lamunan nya.

"Gue tau pasti lo dateng ke sini," ucap seorang cowok yang bernama Rion.

Akan tetapi Shaddan masih saja diam. Rion menoleh ke arah Shaddan sekilas.

"Kenapa Shan tega sama gue?" kata Shaddan tanpa sedikitpun menoleh pada Rion.

"Sebaiknya lo omongin baik-baik sama Shan,"

Shaddan mengubah posisinya menjadi duduk. "Percuma! Karna buat apa ngomong baik-baik, dia yang mau kayak gini. Bukan kemauan gue iya, 'kan?"

Rion menepuk pungung Shaddan. "Udah sore. Kita balik yuk, sekalian obatin luka lo."

Shaddan meraih tas nya lalu ia beranjak pergi lebih dulu.

Rion menoleh, menatap pungung sahabatnya. "Shan! Lo salah udah ngelukain abang lo sendiri,"

Akhirnya Rion menyusul Shaddan.

Di perjalanan Rion mengikuti Shaddan. Ia takut jika sahabatnya tak pulang kerumahnya.

Beberapa menit Shaddan sampai di rumahnya.

"Gue pulang ya," pamit Rion.

Shaddan hanya mengangguk.

Kemudian Rion pun pergi dari depan rumah Shaddan. Shaddan memberhentikan motornya di garasi rumahnya.

Ketika Shaddan membuka pintu utama. Ia di suguhkan pemandangan Eldric yang menatap nya dengan tajam.

Ia menatap wajah putranya penuh dengan lebam. Eldric sudah bosan melihat putranya yang selalu berkelahi, yang entah dengan siapa.

Tapi bagi Shaddan wajah nya terkena pukulan sudah biasa. Bahkan ia sama sekali tak merasakan sakit atau merasakan linu.

"Dari mana kamu? Kamu mau jadi anak brandalan, sekalian kamu nggak usah pulang." ujar Eldric dengan tegas.

"Yang jadi brandalan 'kan aku, bukan papah!" sahut Shaddan. Shaddan nyelonong begitu saja dari hadapan papahnya.

"Shaddan," panggil Eldric.

Dari atas anak tangga Qia terkejut melihat wajah Shaddan yang lebam. "Kamu kenapa lagi nak? Apa kamu nggak sakit, wajah kamu terkena pukula terus," ketika Qia ingin menyentuh wajah putranya. Shaddan dengan cepat menepisnya.

SHADDAN (Completed)Where stories live. Discover now