24. Our Moment

1M 103K 217K
                                    


Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.


Happy Reading ♡



Saat di sekolah waktu terasa berjalan sangat lambat, saat di rumah 24 jam terasa seperti satu kedipan mata.

Kenapa hari senin ke minggu sangat lama? Dan kenapa hari minggu ke senin sangat cepat?

Dunia yang kejam.

Dan benar-benar tidak ku sangka, liburan semester berakhir begitu saja. Padahal aku masih malas sekali bangun pagi, bertemu dengan warga sekolah yang bar-bar ㅡ kecuali teman-temanku ㅡ dan yang terutama adalah Lee Saerom.

Akhir-akhir ini selama liburan dia gencar sekali menghubungiku untuk menanyakan hal yang membuatku begitu emosi.

Padahal aku sudah mengatakan padanya lewat chat.

"Aku sama Jaemin lebih dari sahabat, jadi kayanya ga bisa bantu deh ^^"

Lalu coba tebak bagaimana balasan Saerom?

"Lebih dari sahabat? Wah udah kaya saudara gitu ya? Makin bagus dong! Kalian kalo jadi siblings pasti cocok><!"

Kemudian aku membanting ponselku, membuatku di marahi seisi rumah karena katanya aku hedon dan Kak Jaehyun yang kemudian terus mengomeliku sepanjang hari.

Hal itu membuatku merasa sangat tidak nafsu untuk berurusan dengan ponsel lagi.

Dan entah sejak kapan, Lee Saerom menjadi begitu menyebalkan.

"Halo Jeha!"

Saat menutup pintu loker, aku terkejut setengah mati saat dia tahu-tahu muncul dari balik pintu lokerku itu.

"Astaga! Ngagetin aja sih!" cebikku kesal.

Anak perempuan itu hanya meringis. Cantik. Aku tidak membenci Saerom sebenarnya, dia tidak jahat, dia ramah pada semua orang. Dia buman termasuk golongan murid-murid yang suka menindas.

Hanya saja... kenapa dia harus menyukai Jaemin?

Aku sungguh tidak mau dia menjadi sainganku dalam hal apapun apalagi hal percintaan. Karena itu aku mana tega membentak-bentaknya, menyumpahinya, dan mengklaim bahwa Jaemin milikku.

Oh tapi tentu saja Na Jaemin milikku. Selain milik Tuhan dan Bunda Yoona, Jaemin itu milikku.

"Hehe maaf"

"Kenapa deh?"

"Jaemin mana? Kok nggak keliatan?" tanyanya sumringah.

Tuh kan. Sekarang aku sedang mencoba untuk sabar.

"Gatau, gue kan bukan emaknya" ketusku.

Saerom menghela napas, kemudian terlihat sedih "biasanya kan dia berangkat pagi, kupikir kalian berangkat bareng" 

[✔] 1. DEAR JTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon