Prolog

179 4 1
                                    


Aku adalah seorang pendekar dalam dunia persilatan. Ya... mantan.

Alasannya? Aku pensiun.

Setelah berjibaku melewati aral dan rintangan serta menimba pengalaman, aku menyadari perseteruan antar aliran persilatan yang tiada akhir bukanlah tempat yang cocok bagiku.

Kau bisa memahami alasanku dengan mendengar perjuangan sulitku saat awal berlatih.

Aku masih ingat teguran shifu (suhu; guru) saat mulai belajar menjadi pendekar

"Kau murid seniorku, tapi bakatmu sangat biasa dibanding muridku yang lain. Pencapaianmu di masa mendatang akan sangat terbatas. Kau tak akan mampu bersaing dengan mereka. Aku punya kitab jurus rahasia, hadiah dari teman-teman persilatanku. Ambillah dan pelajari sesuai petunjuknya"

"Baik! Saya tidak akan mengecewakan anda, shifu!"

Dulu aku masih hijau dan naif. Aku tak tahu bila sedang diejek oleh shifu dengan senyum culasnya saat menyerahkan kitab-kitab jurus itu. Secara naif aku percaya omong kosongnya. Aku tak bisa membaca apapun dan langsung mempraktekkan apa yang di gambar seperti orang dungu.

Selanjutnya, aku mencoba berlatih dengan salah satu dari buku itu dan berakhir di ranjang selama sepuluh bulan, setelah terluka parah dan muntah darah. Aku kira aku telah mengecewakan shifu karena telah gagal mempelajari hal yang sederhana. Rasa bersalah dan rendah diriku memotivasiku, sehingga aku langsung berlatih segera setelah sembuh.

Aku sedikit berkembang untuk kali kedua. Aku hanya terbaring untuk enam bulan. Jadi aku menghabiskan waktu lebih dari setahun terbaring tak sadarkan diri pada masa kecilku...

Saat aku setengah sadar, aku mendengar lamat-lamat shifu-ku berbantahan dengan seorang biarawan.

"Dasara biarawan busuk! Berani-beraninya kau menuduhku mencuri Kitab Jurus Pernapasan Shaolin, Yijin Jing? Memangnya kalian para biarawan Kuil Shaolin punya barang berharga? Lihat betapa parahnya muridku cedera karena jurusmu. Untung aku tak sebodoh itu untuk mempelajari silatmu yang payah."

......

Shifu?! Bukankah ini hadiah dari teman persilatanmu?! Jurus apa ini tadi?! Yijin Jing?!

Pada dasarnya aku dapat menguasai jurus tersebut dalam tiga tahun dan mulai mempelajari kitab jurus kedua.

Saat aku mulai mempelajari kitab kedua, aku berharap itu akan lebih mudah daripada yang pertama karena aku telah memiliki dasar dari kitab jurus pertama. Namun ternyata aku salah...

Aku mengalami penyimpangan tenaga dalam saat mempelajari kitab kedua.

Tenaga dalamku tidak bisa kukendalikan dan memantul ke lantai, mementalkanku menembus dua puluh dinding lebih. Memang sih, dinding yang kujebol adalah dinding dari lumpur yang harus dibentuk lagi tiap bulan untuk menjaga kami dari terpaan angin dan rinai hujan, tapi aku menjebol lebih dari dua puluh lapis! Dua puluh!

Masih teringat olehku wajah shishu*-ku yang ketakutan saat ponakannya datang sembari berteriak, "Temboknya roboh!", tepat setelah baru saja dia akan berselingkuh dengan tetangga sebelah. Setelah itu dia menjadi lemah syahwat dan tidak berselingkuh lagi. Baru-baru ini dia menjadi pendeta tulen. Amitabha...

[Shishu merupakan pengajar di bawah shifu. Diterjemahkan sebagai guru muda]

Hasilnya, tangan dan kakiku patah yang membuatku cacat selama lebih dari dua tahun. Selama itu, aku melawan rasa sakit yang mengoyak raga dan menuntaskan latihan tenaga dalam, yang berarti aku telah menyelesaikan kitab kedua.

Pada waktu itu, tujuh orang taois menyambangi dan shifu mengamuk gila-gilaan kepada mereka.

"Heh, Tujuh Pendekar Wudang, apa kalian tidak punya rasa hormat pada tata krama sebagai pendekar! Bukankah kalian menggembar-gemborkan bahwa semua orang dapat belajar jurus Gabungan Yin Yang dari silat Tai Chi?! Bagaimana bisa muridku jadi seperti ini?! Jika aku setolol dia, aku pasti sudah sepertinya sekarang!"

Aku sangat geram hingga nyaris muntah darah.

Shifu?! Kitab jurus apaan ini?! Kau tidak bisa mencampur silat para biarawan shaolin dan taois wudang bersamaan!!

Saat aku mulai mempelajari kitab ketiga, aku sangat waspada. Aku bersumpah untuk sepuluh ribu kali ekstra waspada.

Namun, kitab ketiga hanya sebuah lukisan.

Harusnya tak masalah.

Bagaimanapun juga, kenyataan berkata lain.

Setelah berlatih menurut lukisan itu, seluruh titik meridian di tubuhku hancur. Luluh lantak. Tahun berikutnya, istri shifu membawakan jamur Lingzhi. Berkat dirinya aku perlahan dapat berjalan kembali.

Setelah itu tiga puluh orang pengunjung yang ganjil menyambangi kami dan bertempur dengan shifu. Mereka kalah telak dan diamuk shifu.

"Dasar Perguruan Iblis bajingan! Kalian gak punya malu?! Ketuamu bilang lukisan Angin Musim Semi dan Penghujan Malam ini bertuan kepada yang terkuat dan pemenang pertarungan adalah rajanya. Kalian para bajingan telah kalah dengan racunku dan kita telah bertarung secara adil dan jujur dan sekarang kalian meminta ini dikembalikan?!"

Kau menipuku? Lukisan Angin Semi dan Malam Penghujan dari Perguruan Iblis?! Kenapa kalian semua tidak enyah ke neraka saja, hah?!

......

......

Pada dasarnya, aku telah menyerah saat itu.

Aku hanya akan melatih apapun kitab jurus yang dia berikan padaku. Hanya aku dan hidupku yang busuk. Bila aku tidak mati karena jurus-jurus ini, hanya menunggu waktu hingga para pendekar dari berbagai aliran datang memburuku.

Guru terus memberiku kitab-kitab rahasia 'hadiah' dari kawan-kawannya setiap hari. Aku menerimanya dan berlatih dengan giat.

Anehnya, setelah kitab ketiga, aku tidak pernah terluka lagi dalam mempelajari kitab-kitab selanjutnya dan tiap kali aku mempelajari kitab yang baru, kitab selanjutnya terasa lebih mudah. Pada akhirnya, guru bertanya padaku dengan nada terkejut, "Hah? Kau belum mati juga?!"

Hei, aku sehat wal afiat! Kau saja yang mati!

Singkatnya, aku menjadi semakin kuat dan hebat.

Aku bahkan tidak pernah jatuh sakit ataupun terluka meskipun hanya goresan kecil.

Pada akhirnya, aku turun gunung pada umur dua puluhdua dan menyadari bahwa... aku tidak terkalahkan.

Raja Pendekar Ingin PensiunWhere stories live. Discover now