8

113 10 4
                                    

okay so this is the last chapter. hope you can enjoy this while lyin on ur bed ;)

.

.


December 2022

Dua anak kecil berusia sekitar tujuh tahun berlarian di dalam apartemen itu. Sementara dua wanita dewasa sedang sibuk berkreasi di dalam dapur. Kehebohan dua anak kecil itu mengganggu konsentrasi remaja laki-laki yang sedang sibuk membaca buku.

"Eva! Joe! Tenanglah, kalian terlalu berisik!" ucap remaja laki-laki itu.

"Chris, ini malam natal! Memang ini waktunya untuk bersenang-senang!" ucap Eva, satu-satunya anak perempuan di ruangan itu. Sementara Joe, atau Joseph Lancaster, anak kedua Sebastian dan Emi, hanya mengangguk menanggapi sepupu perempuan yang lebih tua sekitar lima bulan darinya.

Malas untuk berdebat dengan kedua adiknya yang tidak bisa diam, Chris memutuskan untuk meninggalkan mereka dan pindah ke dapur sambil membawa buku yang sejak beberapa hari ini menjadi fokusnya. Setidaknya, ibu dan neneknya tidak akan seberisik dua adiknya saat berkreasi.

"Kau sudah menentukan universitas yang akan kau masuki, Chris?" tanya neneknya ketika Chris duduk di salah satu kursi di dapur itu. Wanita tua itu masih terlihat sibuk dengan cake yang sedang ia hias.

"Sudah, Grandma! Dan aku sudah mulai mempersiapkan segalanya," jawab remaja itu dengan bangga. Sebagai cucu pertama di keluarga Lancaster, ia merasa ia memiliki tanggung jawab lebih dibandingkan adiknya dan juga sepupunya yang masih primary school.

"Cucuku benar-benar hebat!" seru Mr. Lancaster yang baru saja bergabung dengan mereka.

"Karena dia anakku, makanya dia hebat!" sambung Sebastian yang memasuki dapur bersama dengan Mr. Lancaster. Sebastian mencolek cake yang sedang dihias oleh ibunya. Dan tindakannya itu dihadiahi omelan dari sang ibu yang tidak terima mahakaryanya diganggu.

"Apa Hansel telah pergi?" tanya Emi pada kedua pria dewasa di ruangan itu.

"Ya, baru saja dia pergi. Semoga saja dia kembali dengan sukses." Mr. Lancaster pergi meninggalkan ruangan itu setelah menjawab pertanyaan Emi tadi.

Chris sempat bingung mendengar jawaban kakeknya tadi. Terutama pada bagian 'semoga saja dia kembali dengan sukses'. Tapi entahlah, saat ini itu bukan urusannya. Urusannya adalah menamatkan buku yang sedang dibacanya sebelum hari natal tiba.

***

Udara di bulan Desember sangat menusuk. Terutama di malam hari. Namun dinginnya malam tak menghalangi orang-orang berpakaian tebal untuk keluar rumah. Setidaknya untuk aktivitas jalan-jalan menikmati suasana malam natal di luar ruangan.

Taman itu cukup ramai malam ini. Walaupun bukan taman yang terletak di daerah pusat kota London, namun kota ini masih ramai dikunjungi oleh warga sekitar. Lampu-lampu taman mengusir kegelapan dari tempat itu. Kursi-kursi kayu yang sudah berusia lanjut namun masih kokoh juga tersebar di beberapa titik.

Pria bermantel itu duduk sendirian di salah satu kursi. Kursi itu terletak di dekat air mancur kecil yang sudah rusak sejak beberapa tahun yang lalu. Dulunya pada jam-jam tertentu air mancur ini akan menampilkan atraksi yang menjadi hiburan untuk pengunjung. Sayangnya air mancur ini sudah terlalu tua, dan pengelola taman sepertinya tidak memiliki dana yang cukup untuk memperbaikinya.

Pria itu telah menunggu sekitar satu jam. Tepatnya satu jam lewat dua menit. Namun, ia tidak menemukan keberadaan wanita yang terakhir kali ia temui seahun yang lalu. Padahal, ia sudah menunggu di tempat yang diminta oleh wanita itu, yang diberitahukan olehnya kemarin saat ia mengirim pesan singkat yang berisikan tempat pertemuan mereka. Bahkan secangkir kopi panas yang ia genggam sudah tidak panas lagi.

Besok, pada malam natal, temui aku di dekat air mancur yang rusak. Jangan ajak Eva, aku takut ia terkena flu. Begitulah isi pesan singkatnya yang ia kirimkan kemarin.

Besok? Kata itu terdengar seperti tidak akan ada.

Hansel merasa penantiannya selama ini sia-sia. Mungkin benar apa yang diucapkan orang lain. Perasaan cinta, bukan berarti harus memiliki. Cinta tak selamanya harus bersatu. Dan kini ia sadar, bahwa kata cinta terdengar seperti omong kosong yang kerap diucapkan berulang kali oleh aktor melankolis dalam serial tv yang ia tonton belakangan ini.

Healing, satu proses yang mungkin bisa dilakukan, namun musthail untuk berhasil. Merasakan sakit adalah hal yang normal, namun menyembuhkan rasa sakit, sulit untuk dilakukan. Saat kita merasa telah berhasil menyembuhkan diri, itu tidak lebih dari kita yang berpura-pura. Ketika seseorang datang dan mengungkit kembali rasa sakit itu, ia akan kembali. Perihnya akan menyebar di seluruh raga.

Hansel menghela napasnya. Karena udara malam yang semakin menusuk, Ia menyesap kopi yang sudah tidak panas lagi, namun masih terasa hangat. Hansel merapatkan mantelnya. Kemudian memasukkan tangannya yang sudah terlindungi sarung tangan ke dalam saku mantelnya, untuk menambah kadar kehangatan tubuhnya.

Ia menghitung dalam hatinya. Jika dalam satu menit wanita itu tidak muncul, ia akan pergi dan menghancurkan harapannya. Kembali ke kehidupannya yang cukup membosankan, namun tak mungkin ia tinggalkan.

Satu... Dua... Tiga...

Ia terus menghitung sambil memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang di hadapannya. Sambil berharap natal tahun ini akan menjadi natal terbaik.

Tujuh Belas... Delapan Belas... Sembilan Belas...

Ia merapatkan lagi mantelnya. Di seberang sana dapat ia lihat pasangan muda yang terlihat bertengkar. Namun itu bukan urusannya sama sekali.

Empat Puluh Lima... Empat Puluh Enam... Empat Puluh Tujuh...

Pada hitungan ke-empat puluh tujuh, wanita itu muncul begitu saja. Dan duduk di sebelah pria itu.

"Kukira kata besok mendadak hilang dalam kamusmu," ucap pria itu yang fokus kepada pasangan di seberangnya yang masih bertengkar. "Kau telat satu jam lewat sekian menit," lanjut pria itu.

"Ya, aku tahu, dan aku sengaja melakukannya," ucap wanita itu lagi. Ia meminimalkan jarak antara keduanya. "Apakah kau berhasil menyembuhkan dirimu?" Wanita itu bertanya, nyaris berbisik.

Hansel terdiam sejenak, sampai akhirnya ia membuka suara. "Entahlah, aku tidak yakin." Pasangan yang tadinya bertengkar sekarang telah berpisah, mengambil jalan masing-masing yang berlawanan.

Mungkinkah sebentar lagi aku akan mengalami hal yang sama?

Wanita itu melirik ke arah cangkir kopi yang sedang digenggam oleh pria di sebelahnya. "Kopi? Kupikir kau tidak akan pernah menyukai minuman itu lagi semenjak kopi terburukmu saat masih berkuliah."

Hansel hanya tertawa kecil menanggapi kalimat wanita itu. "Semuanya berubah, yah walaupun ada beberapa yang tidak."

"I miss you. I wish I didn't love you again, after all this time. But I still do." Wanita itu semakin meminimalkan jarak antara keduanya kemudian menyandarkan kepalanya di pundak pria di sebelahnya.

"I do too." Hanya kalimat pendek itu yang keluar dari mulut pria itu. Beberapa detik kemudian safir dan hazel itu saling pandang. Puas memandang satu sama lain, keduanya tersenyum.

"Ayo pulang, ada gadis kecil yang sedang menunggu kedua orang tuanya untuk pulang sekarang."


.

.

fin

Healing (COMPLETED)Where stories live. Discover now