Chapter 2

417 56 9
                                    

Cerita ini adalah hasil remake dari fiksi milik penulis Neriyura_  dengan judul yang sama.

Karakter hanya milik Tuhan, Keluarga, Orang Tua, SMEnt, dan dirinya sendiri.

Mohon maaf apabila ada kejadian atau nama yang serupa, bukan merupakan unsur kesengajaan.









TW // major character death














"We try so hard to hide everything we're really feeling from those who probably need to know our true feelings the most. People try to bottle up their emotions, as if it's somehow wrong to have natural reactions to life."
― Colleen Hoover, Maybe Someday













"Tuan Lee."

Seorang pria berpakaian polisi menghampirinya ketika ia duduk menunggu Kun yang sedang diberi tindakan oleh dokter dan perawat-perawat di ruang Instalasi Gawat Darurat. Ia mendongak, menatap pria itu dengan tatapan datarnya.

Polisi itu menghela nafas panjang sebelum ia mengeluarkan sebuah kotak dari tasnya. "Kami menemukan ini di TKP, sepertinya kau lebih berhak untuk menyimpan ini," ujar polisi tersebut seraya menyodorkan kotak berwarna ungu itu ke hadapan Ten.

Ten menatap kotak yang sudah hancur itu sesaat sebelum tangannya menyentuh permukaannya. Hatinya berdenyut nyeri ketika ia membuka kotak itu dan menemukan sebuah syal rajut berwarna merah maroon buatan tangan yang sudah tidak jelas lagi bentuknya dan selembar kertas ucapan selamat tahun baru, yang ia tahu dengan pasti siapa yang menulis kartu ucapan tersebut.

"Kun, maafkan aku," ujarnya lirih sembari menutup mata dan meremat kedua benda itu bersamaan.

"Setelah kami melakukan penyelidikan, diperkirakan bahwa pelaku berjumlah lebih dari dua orang. Kami masih mengumpulkan bukti dari para saksi mata dan CCTV di sekitar taman. Semoga pelakunya bisa segera kami tangkap."

Ah, ya. 

Polisi-polisi itu memang harus segera menemukan para bajingan yang berani melakukan hal menjijikkan itu pada Kun. 

Ya, sebelum Ten menguliti hidup-hidup para manusia berengsek itu.

Kemudian suara pintu ruang IGD yang dibuka membuat Ten segera bangkit dan menghampiri para tenaga medis yang keluar dari sana.

"Bagaimana keadaan Kun ge, Dokter?" tanya Lucas dengan mata yang memerah dan wajah sembab karena menangis sejak tadi.

"Kondisinya tidak terlalu baik. Tapi mari kita berdoa semoga ia bisa bertahan."

Setelah mendengar penuturan tersebut, tanpa pikir panjang Ten langsung masuk ke dalam ruangan itu. Dirinya disambut dengan aroma obat-obatan khas rumah sakit yang langsung menyapa indra penciumannya.

Lalu ia menatap Kun yang masih memejamkan matanya. Wajahnya pucat, bibirnya tak lagi menyunggingkan senyum seperti yang biasa ia lakukan.

"Tanganmu ternyata lembut juga ya? Tapi mengapa begitu dingin?" gumam Ten.  Ia menggenggam tangan Kun dengan lembut sembari menatapnya dengan sendu. Kemudian ia mengambil tempat duduk di samping tempat tidur Kun.

"Hei, bangunlah. Kau mengatakan bahwa kau ingin pergi berkencan denganku. Jika kau seperti ini, kau tidak bisa menepati ucapanmu. Kau tahu dengan baik bahwa aku membenci orang yang mengingkari ucapannya, 'kan?"

Ten menunggu, terus menunggu. Satu detik berganti menjadi satu menit, satu menit berganti sepuluh menit, hingga akhirnya satu jam telah terlewat tanpa ia sadari.

[Remake] I don't love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang