01. Savira Anjani Diningrat

317 65 14
                                    

Sunyinya malam membuat Savira mulai mendekap tubuh mungil malaikat kecilnya. Satu-satunya sumber kekuatannya. Empat jam yang lalu Savira baru saja selesai melakukan pemotretan dengan beberapa rekan modelnya. Seperti biasa, saat para rekan kerjanya mengajak untuk berpesta, Savira selalu menolak. Bukannya Savira tidak ingin namun, ada tanggung jawab lain yang harus ia lakukan.

"Paling sama om om pemasok dana, kalau nggak gitu sama pejabat mana gitu biar dapat job terus. Anak orang kaya sibuk apa sih? Kelihatan punya temen juga enggak!"

Sayup-sayup Savira mendengar cibiran yang ditujukan padanya saat tengah berganti pakaian. Hatinya terlalu sakit mendengar hal semacam itu hampir setiap hari, bahkan untuk mengelak pun Savira tidak bisa. Ada rahasia besar yang masih harus ia tutupi untuk menjaga nama baik keluarganya. Toh, sampai detik ini pun berita tentang Savira jalan dengan om-om atau pejabat-pejabat tak pernah ada. Ya karena memang Savira tidak pernah melakukan hal itu.

Savira menahan air matanya, semakin hari Maura semakin mengerti akan banyak hal. Akhir-akhir ini putri sematawayangnya itu tengah banyak menagih janji. Dari yang menagih mainan baru sampai menagih janji pada Savira untuk bertemu Papa ketika bocah manis itu telah berhasil menghabiskan sayur untuk menu makannya

Savira mulai mengecupi puncak kepala Maura, menyampaikan kata maaf karena sampai detik ini ia sama sekali tidak tahu kapan Maura dapat bertemu dengan Papanya. Semenjak ia dan Jefri memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka, semua bentuk komunikasi terputus.

Bukan inginnya Savira untuk memutus segela bentuk komunikasi dengan Jefri, namun karena setelah dua hari mereka berpisah, Renata-kakak Savira-menemukan hasil tes kehamilan miliknya di tempat sampah yang berada di kamar. Keluarga besarnya tahu dan marah, sangat marah! Tidak lama setelah itu Savira langsung di kirim ke Amerika untuk menyembunyikan kehamilannya.

Sebenarnya Savira tidak ingin memulai kehidupan barunya dengan sorot kamera sekembalinya ia di tanah air, namun karena banyak tawaran yang masuk membuat ia harus mengambil pekerjaan itu untuk memenuhi kebutuhannya dan Maura.

Di awal karirnya tidak banyak yang tahu tentang siapa sesungguhnya Savira Anjani, namun saat memasuki bulan ke delapan karirnya berjalan, banyak media yang mulai menyorot dirinya. Setiap pemberitaan tentang dirinya selalu membawa dan dikait-kaitkan dengan nama besar Diningrat.

Jika boleh jujur, Savira sebenarnya tidak ingin untuk menanggung beban besar nama Diningrat. Selain karena keluarga besarnya yang masih belum bisa menerima dirinya dan Maura, serta karena memang Savira ingin membuktikan pada keluarganya bahwa ia mampu berdiri dengan kakinya sendiri. Namun kini kenyataannya berbeda, karena bagaimanapun keadaannya Savira tetap saja bagian dari keluarga Diningrat. Bahkan video-video semasa kakeknya masih menjabat di pemerintahan kembali beredar, menyorot Savira kecil yang merupakan cucu kesayangan Hartono Jaya Diningrat.

***

Ibu

Sayang bagaimana kabarnya?
Kamu sama Maura sehatkan?
Maaf ya untuk bulan ini ibu
belum bisa datang berkunjung.
Ibu harus menemani ayahmu
ke luar negeri. Sehat selalu ya nak,
kalau ada apa-apa segera hubungi ibu.

Savira tersenyum setelah membaca pesan dari Saras-ibunya. Hanya ibu yang masih aktif berkomunikasi dengannya. Tidak jarang juga Savira mengirim foto setiap kegiatan dan tumbuh kembang Maura. Selain dengan Saras, beberapa kali Savira juga menerima pesan dan kabar dari Soraya-adiknya.

Setelah membaca pesan dari Ibu, membuat Savira teringat tentang obrolan mereka via telpon tiga hari yang lalu. Banyak hal yang mereka bicarakan, salah satunya adalah pendidikan untuk Maura. Maura yang akan masuk ke sekolah dasar, dan Savira yang masih enggan untuk menyekolahkan Maura di sekolah umum perihal data-data Maura yang bisa saja tersebar luas. Lagi-lagi hanya demi menjaga nama baik keluarganya Savira harus rela bersembunyi.

Her SecretWhere stories live. Discover now