7#Bagaimana

0 0 0
                                    

Bagaimana ini...

Ketika apa yang dipikirkan tak nampak bahkan jauh dari kenyataan. Terasa pahit yang dipaksa untuk menelan. Bukan berarti obat jika tujuannya akan membaik. Hanya menambah penyakit lain yang datang satu per satu.

Bisa saja aku pergi tapi keadaan seakan memaksa untuk tetap tinggal. Memiliki rasa belas kasihan seakan menyiksa ku semakin dalam. Bahkan untuk egois pun, rasanya tak sanggup. Karena beliau adalah ayah dari anak yang tak berguna ini.

Sekitar memperlakukan kami butuh tak butuh. Padahal kehidupan keluarga ini ada di tangannya. Perlakuan spesial dan pekerjaan yang nyaris sempurna sepertinya tak mengubah jalan pikirnya. Oleh karena mulut busuk yang memprovokasi sehingga dia percaya sepenuhnya. Tidak melihat bahwa dia bisa berada di sini karena kebaikan siapa.

Ayah berkata jika kita hanya akan bersikap seadanya. Mengikuti alur apa yang akan dia mainkan. Meski nasib berada di ujung tanduk saat bumi sedang mengalami bencana parah, kita harus berusaha tenang.

Aku tahu bahwa dia hanya berbohong, karena sekarang usiaku bukan lagi berusia satuan. Bagaikan seekor bebek yang berenang dengan tenang, dimana kakinya mengayuh tak karuan. Seperti pribadinya yang tegar seraya menebar senyum menyembunyikan kalutnya pikiran.

Itulah alasan yang memaksa untuk tetap tinggal sehingga aku mengambil lagi jalur pahit demi memikul bersamanya. Apa yang aku pikul saat ini, jangan sampai dia tahu. Karena sangat rumit bahkan tak tahu bagaimana untuk memulainya sehingga tercetus sebuah pikiran ingin bunuh diri.

Bagaimana.... sepertinya tak tahu harus apa. Setiap cabang pemikiran terus saja menemukan kebuntuan di setiap awal perjalanannya.

Jujur, ini sangat berat.

Kala Dirinya HinggapWhere stories live. Discover now