Crush On You 27

575 55 6
                                    

PLAK! Citra menampar pipi Benjiro. Semua orang disitu, termasuk Chairi terkejut bukan main. Benjiro menatap Citra sambil pelan-pelan menyentuh pipinya yang terasa panas. “Bu-Bunda?“ gumam Benjiro tidak percaya. Bagaimana bisa Citra menampar Benjiro semudah itu? Seumur hidup ini adalah pertama kalinya Citra menampar Benjiro sekeras ini. Cemal apalagi. Bisa-bisanya seorang ibu seperti Citra menampar putera sendiri?

“CITRA!“ seru Chairul berteriak. Tangan Citra gemetaran saat mendengar Chairi berteriak semarah itu. “Be-Ben.. Bu-Bunda..“ gumam Citra. Tangan ini telah menampar Benjiro begitu keras, batin Citra menelan ludah. Uh, jantung Benjiro berdebar. Pelipis Benjiro mulai berkeringat. Nafas Benjiro juga terdengar sedikit terengah-engah. Cemal sadar akan hal itu. Ia pun langsung menahan tubuh Benjiro supaya tidak ambruk.

Chairul meraih pergelangan tangan Citra dan mencengkeramnya dengan kuat. Benjiro memang bukan putera kandung. Tapi, singgung Chairi menyayangi Benjiro sebagaimana ia menyayangi Cemal dan Chairul. Chairi sungguh tidak rela siapapun menyakiti putera-puteranya, sekalipun itu istri sendiri. “Cemal, tolong kamu suruh Ben istirahat. Papa sama mama mau pulang dulu.“ ucap Chairi. Saat ia lihat kedua alis Benjiro berkerut terus sejak tadi. Mungkin Benjiro tengah menahan sakit kepala yang amat sangat, mengingat akan penyakit yang dimiliki oleh Benjiro.

Caera mengepalkan tangan saat ia melihat Cemal begitu perhatian kepada Benjiro dan memapah Benjiro ke dalam kamar. Caera pun keluar dari rumah ini. Ia pulang bersama Chairi dan Citra dengan perasaan marah. Orang seperti Benjiro itu, mengapa dia bisa jadi seberuntung itu? Entah dalam berkarir ataupun percintaan. Cih! Caera berdecih kesal. Mungkin Caera harus memberi Benjiro peringatan suatu saat nanti. Huh, liat aja nanti lu, Ben, batin Caera menatap keluar jendela mobil.

Benjiro rebahan di kamar sambil memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Cemal pun masuk ke dalam sambil membawa air hangat di wadah. Lalu, ia campurkan air itu dengan minyak aroma terapi. “Duduk dulu, Ben, rendam kaki.“ seru Cemal. Benjiro pun duduk di pinggiran ranjang. Cemal berjongkok di depan Benjiro dan membantu Benjiro merendam kaki di air hangat beraroma terapi itu.

“Mas.. Serius aku beneran nggak ngerti. Entah kenapa aku ngerasa aku berada di titik yang dimana aku nggak punya siapa-siapa lagi mas..“ seru Benjiro. Sorot mata sendu itu hati ini juga teramat sangat perih menatapnya. Cemal raih tangan itu lalu mengecupnya penuh perasaan. Semoga semua kegundahan dalam hati nan rapuh itu sirna bagai debu ditiup angin. Dan digantikan oleh hembusan angin sepoi-sepoi nan sejuk saat menerpa kulit.

Cemal pun mendongak. Ia tatap kedua mata hitam yang nampak berkaca-kaca itu. Dada Cemal bak dicambuk besi. Betapa besar rasa kecewa di dalam dada sang pujaan saat ia tau seorang ibu dan saudara sendiri yang sejatinya harus memperlakukannya layaknya seorang anak dan saudara malah dianggap diri ini hama dan benalu—atau mungkin parasit yang mampu merusak tanaman yang hidup?

“Kamu nggak sendirian, Ben. Kamu masih punya mas, Chairul, Papa Chairi, Papa Benjamin, Charlotte, dan Brianna. Mas bakalan selalu ada buat kamu, sayang.“ sahut Cemal. Cemal pun berdiri. Lalu, mengecup kening Benjiro lama sekali. “Ben.. Maafin mas kalo mas bukan cowok romantis.“ seru Cemal. Ia dan Benjiro saling bertatapan. Mengunci tatapan itu dengan rasa cinta dan sayang yang tak berujung. Cemal benar-benar mampu membuat Benjiro lebih tenang tanpa mengonsumsi obat-obatan pahit itu lagi.

Cemal genggam kedua tangan Benjiro. “Mas mau nikah sama kamu, Ben. Tolong terima lamaran mas.“ ucap Cemal tersenyum tipis. Benjiro tertegun. Ia menelan ludah susah payah. Cemal melamar aku?, batin Benjiro. Ini sungguh suatu hal yang amat sangat mengejutkan. Inikah yang dinamakan habis gelap terbitlah terang? Entahlah, batin Benjiro.

“Ka-kaki aku mas,“ gumam Benjiro. Pipi Benjiro merona. Benjiro cukup imut juga, ya? Kalau sedang merona seperti ini?, batin Cemal. Benjiro mengalihkan pandangannya ke objek lain saat Cemal mengeringkan kakinya dengan handuk. Setelah dirasa telah kering, Cemal kecup jari-jemari kaki Benjiro itu satu per satu. Bulu kuduk Benjiro meremang.

Crush On You [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang