Jin sampai duluan di bioskop dekat rumah sakit tempatnya janjian dengan teman-temannya. Wangi popcorn karamel bercampur dengan pewangi memenuhi ruang tunggu bioskop. Ia melihat jam sekilas, masih ada waktu 30 menit sebelum pintu bioskop dibuka.
Pandangan Jin menyapu suasana di sekitarnya. Tidak banyak yang berubah. Dulu saat masa residensi, kalau beruntung bisa curi-curi waktu, ia bisa melepas penat di sini, seringnya dengan salah satu teman dekatnya. Ia suka film anime dan action, tapi setiap nonton, selalu mengikuti pilihan film teman menontonnya. Kalau sama Luthfi, ya film romantis. Kalau sama James, ya film animasi. Kalau sama Bang Gio atau Jaka, film action. Kalau sama Bang Juno, film drama. Kalau Ihsan sih... sama dengannya, pasrahan kalau soal pilih-pilih film. Kalau kebetulan nonton bertujuh, biasanya hompimpa.
Malam itu Jin sudah membelikan 4 buah tiket, film yang dipilihnya sebuah film action (yang menang setelah dirandom di random.org Jaka).
Dulu biasanya kalau nonton di sini pakai hoodie yang menyembunyikan baju jaganya, atau paling mentok kemeja seragamnya bekerja. Tapi sekarang semenjak hubungannya dengan Ziva diketahui banyak orang, ia harus menyembunyikan diri, minimal pakai masker.
"WIH! BANG JIN!!" Suara berat Luthfi menggema. Ia mengutuk namanya yang unik. Jika ada seseorang bernama 'Jin' dan di depan orang itu ada 3 orang yang berani-beraninya masih mengenakan baju jaga tanpa ditutupi, siapa lagi kalau bukan Jin tunangan Ziva?
"Mana Zivanya?" Tanya James iseng. Sungguh sia-sia usahanya.
Jin berusaha bersikap santai, sambil berdoa di dalam hati semoga tidak memancing kerumunan. Untungnya orang-orang di sekitarnya hanya melirik. "Gak ada, ngaco." Jawab Jin, pasrah melihat 3 paket popcorn dan minuman ukuran large yang tadi dibelinya langsung diambil tanpa izin oleh ketiga orang di depannya.
"Yah, gak seru." Balas Luthfi, makan popcorn sambil monyong. Tapi Luthfi emang kalau makan selalu monyong, sih.
James tersenyum mendorong lengan Luthfi. Jaka menahan tawa sambil mengunyah popcornnya. Berbeda dengan Luthfi dan James, Jaka mengenakan jaket di luar baju jaganya, sebuah tas hitam besar menggantung di punggungnya. Jaka memang suka begitu, bawa-bawa tas besar. Kalau ditanya, pasti jawabannya "Jaga-jaga, siapa tau butuh."
"Gimana kehidupan Chief? Masih gak percaya gue trio kwek-kwek udah jadi Chief sekarang" Tanya Jin.
"Capek banget Bang ternyata. Tadi pagi aja kebetulan gue sama Jaka ke gedung fakultas mahasiswa preklinik buat ngajar OSCE, abis itu langsung jaga, terus ke sini." Jawab Luthfi, sekarang mengambil duduk di sebelah Jin.
"Ngajar apa lu bedua? Awas ilmu sesat'' Tanya Jin.
"Hahaha kocak Bang, si Jaka kan baru pertama kali ngajar OSCE, dia sampe belajar semalem suntuk buat ngelatih teknik jait simpul ini simpul itu lebay banget all out gak jelas. Orang cuma diminta ngajar simple interrupted." Cerita James.
"Yeee kan siapa tau ada yang nanya, kalau gak bisa peragain kan malu." Balas Jaka.
"Tapi seru kan ngajar OSCE mahasiswa?" Tanya Jin, mengingat-ingat pengalamannya.
"Iya Bang, kocak banget tadi gue denger cerita anak-anaknya. Pada takut sama si Luthfi, katanya kalau merhatiin serem banget, jadi pada grogi ngelakuinnya. Ngajar apa sih lu emang?"
"Antrop" ucap Luthfi, menyeruput minumannya. "Ada anak manggil gue 'pak' mulu, padahal di skenario gue 'ibu'. Terus pas gue koreksi 'ibu' malah tambah grogi sampe minta maaf berkali-kali. Emang gue seserem itu ya?"
"Muka lo galak sih, Fi." Ucap James, diikuti anggukan temannya yang lain.
"Eh udah mau mulai nih filmnya, teater 1. Nih." Jin membagikan tiket, di bawahnya terdapat amplop lebar.
"WAH! CAIR NIH! Emang ada apa? Imlek?" Tanya Jaka, menunjukkan senyum kelincinya ketika dipukul ringan oleh Jin. Sudah lama juga mereka tidak seperti ini.
"Bang Jin mau nikah?!" James yang lebih dulu membaca undangan pernikahan itu.
Jin mengangguk, sok kalem. "Dateng ya kalau gak jaga." Jin mulai berdiri menuju pintu teater 1. Ketiga juniornya mengikuti sambil membaca undangan.
"Wah banyak artis ya Bang?" Tanya Jaka semangat.
"Yang penting ada makanan dan akomodasi gue tanggung. Itu di Surabaya soalnya."
"ASIK! Hotel apa Bang? Minimal Sheraton bisa kali?" Sahut Luthfi.
"Dasar! Bukan Sheraton lah. Ngapain bayarin lu nginep di Sheraton?"
"Yah... Masa gak hotel bintang li-"
"Lo pada gue bayarin di Shangri-la. Tapi satu kamar berdua ya. Kalo sendiri-sendiri, bangkrut gue. Pacar-pacar lo semua juga ikut aja, udah gue pesenin kamar juga buat yang cewek."
"Ya Tuhan.. Rejeki nomplok emang temenan sama anak konglomerat calon suaminya artis internasional. Gini rasanya jadi orang kaya..." Ujar James sambil memandang langit-langit bioskop.
Sikap norak James membuat Jin, Jaka, dan Luthfi bergegas meninggalkannya sendirian yang masih memandangi langit-langit sambil mengucap doa. Setelah Jin, Jaka, dan Luthfi menghilang memasuki studio, James baru menyadari tingkah kurang ajar teman-temannya itu.
"Bisa-bisanya gue ditinggalin! Sialan!"
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Hospitalship
Romance"Love is as unpredictable as cases coming to emergency unit" An alternate universe; telling you a story: when an accident becomes an incident, when it's not only diseases being cured, but also your feeling of love being secured."