02 Panic Attack

152 62 152
                                    

"Baiklah anak-anak setelah ini kalian bisa istirahat, bapak berikan waktu istirahat tiga puluh menit, dan akan ada bel pertanda istirahat berakhir, jika bel sudah berbunyi bapak harap kalian sudah selesai mengisi perut  kalian dan silahkan berkumpul di Aula atas, apakah kalian mengerti?" Ucap kepala sekolah mengakhiri pidatonya

"Mengerti bapak" teriak seluruh siswa yang terdiri dari delapan kelompok

"Baik sekarang bapak akan tutup dengan doa, siapa yang bersedia?" tanya kepala sekolah lagi 

Tidak ada yang menjawab.. "baik kalau begitu, bapak mohon kesediaan siswa dari kelompok lima" ucapnya lagi, tapi tetap tidak mendapat jawaban

"Baiklah, bisa saya minta daftar nama kelompok lima?" tanyanya kepada para osis yang bertugas. Salah satu osis maju dan memberikan daftar nama yang diminta. 

"Saya minta kesediaan dari Jevelin" ucapnya lagi dengan lantang

Sedangkan di barisan kelompok lima mata mereka tertuju pada satu orang, "Elin lu pimpin doa sana, dipanggil" kata Aletta membuyarkan lamunan Jevelin.

"HAH?! Kok gue sih?" pekik Jevelin histeris, pasalnya dia merupakan orang yang sulit beradabtasi dengan lingkungan baru, jadi untuk memimpin doa di hadapan wajah-wajah yang masih asing dihadapannya rasanya masih canggung.

Sedangkan dilain kelompok mereka saling berbisik, "dih siapa sih dia?  kok disuruh kedepan aja gitu banget"

"Iya alay banget gitu doang udah histeris kayak gitu"

"Iw sok jual mahal banget"

"Huh lama banget sih, gue pengen istirahat keles!"

"Woy cepetan kelompok lima, lama banget sih!"

Kurang lebih seperti itu seruan dari kelompok sebelah, yang isinya para gang julid

Sedangkan Jevelin masih berusaha mengontrol nafasnya, "aduh gimana nih Let, Ren?! Gue masih malu!" Ungkap Jevelin berusaha menahan isakannya.

Sedangkan Aletta dan Maureen sudah panik berusaha menenangkan Jevelin, takut-takut Jevelin berulah "Elin, maju aja ya.. bisa pasti bisa!" ujar Maureen menyemangati Jevelin.

"Tarik nafas Lin, terus dihembus perlahan, bisa ya Lin?" Timpal Aletta sembari mengusap lembut punggung Jevelin.

Jevelin meangguk lalu melangkahkan kakinya perlahan menuju tempat kepala sekolah berdiri, disertai dengan beberapa seruan yang membuat Jevelin semakin takut, kepala sekolah memberikan MICnya kepada Jevelin, saat mic sudah ditangannya, tiba-tiba..

'Brukk' Jevelin jatuh pingsan, Maureen dan Aletta langsung berlari untuk menolong Jevelin..

"ELINNN!" teriak Aletta histeris.

Mereka membopong Jevelin menuju UKS, "suster, tolongin teman saya dia pingsan, hiks," ucap Maureen sambil terisak.

Suster pun memeriksa keadaan Jevelin, "sepertinya dia mengalami pannic attack, serangan panik yang berlebihan, akibat belum terbiasa akan tempat dan suasana yang baru.." jelas suster itu kepada Maureen dan Aletta.

"Tidak perlu khawatir, semua orang pasti akan mendapat serangan panik ini, kalau hanya 1 atau 2 kali itu hal wajar, tidak ada yang perlu kalian khawatirkan," timpal suster itu lagi dengan senyumannya.

"Bener tidak apa nih, sus?" Tanya Maureen memastikan. Dan hanya mendapat anggukan dari si suster.

Sedangkan Aletta sudah berdiri disebelah brangkar tempat Jevelin berbaring, "uy! Lin! Acting aja lu, bangun!" Kesal Aletta sembari menepuk pipi Jevelin.

Jevelin membuka sebelah matanya, dan berusaha menaha tawanya, "BAHAHHA!!"
Tidak dia tidak bisa, melihat raut Aletta saja Jevelin tidak sanggup.

"LU YA KALO MO ACTING JANGAN GINI BEGO!!" Sentak Aletta berusaha mengontrol suaranya agar tidak mengganggu orang lain, mengingat mereka yang masih ada di UKS.

Annoying StrangerWhere stories live. Discover now