}-Eksekusi-{

87 5 1
                                    

Happy Reading^^

===  ===

Tanggal eksekusinya berada ditanggal yang sama dengan hari kelahirannya. Hanya karena kelahirannya tepat pada tanggal 31 Oktasius. Tanggal dimana seluruh gerbang dimensi terbuka, ia dijuluki iblis. Mereka membencinya, sangat membencinya. 

Gadis itu keluar dari lorong gelap. Ia melihat cahaya matahari menyambutnya dan para rakyat yang bersorak sorai dengan gembira. Apa salahnya? Ia hanya gadis bangsawan pada dasarnya, tida ada sangkut pautnya dengan hal semacam sihir dan lainnya. Ia sangat membencinya, ia membenci dirinya sendiri. Mengapa ia harus terlahir seperti ini? Mengapa bukan orang lain? Keluarganya mati karenanya, bawahan bawahannya yang setia dieksekusi semua dan kepala mereka tergantung di gerbang kerajaan.

Penghianaan dan cemooh terdengar ditelinganya. Ia ingin menangis sekeras kerasnya namun apa dayalah gadis sepertinya. Hanya ada manik mata biru lautnya yang membeku.

Ia menatap keatas singgasana, tempat sang putra mahkota yang terpilih menjadi kaisar berdiri. Orang itu menatapnya jijik, padahal mereka tidak saling kenal. Hanya sebatas pertemuan resmi, tidak lebih dan kurang.

"Rey Derkbellia, kamu akan dijatuhi hukuman mati karena penguasaan gerbang dimensi jiwa secara illegal!" seru putra mahkota.

'Apa apaan itu. Saya bahkan tidak pernah tahu menahu tentang itu.'

Para penjaga disekitar gadis itu menarik tubuhnya lalu kepalanya disodorkan pada guillotine. Ia hanya menurut dan diam tanpa perlawanan. Saat guillotine benar benar siap digunakan, gadis itu akhirnya menangis. Menangis dalam diam.

'Saya mohon, siapapun, dewa manapun yang mendengar saya. Tolong kembalikan waktu hidup saya, saya ingin kembali ketempat dimana keluarga dan teman teman saya masih hidup. Saya mohon..'

Kepalanya terpotong, hanya tersisa air matanya yang masih tergenang. Kesadarannya masih ada walau sangat sedikit namun cukup untuk membuatnya merasakan sakit yang dahsyat. 

Beberapa waktu berlalu, kesadarannya benar benar hilang. Yang terakhir ia lihat hanya kebahagiaan rakyat begitu kepalanya terpenggal.

Kini ia berada dalam alam bawah sadarnya. Ia membuka mata dan melihat ruang hampa penuh bintang dengan tubuhnya yang mengambang. Dengan segera ia menyesuaikan diri dalam lingkup ruang hampa itu dan bertemu dengannya.

Deluna.

Gadis kembaran Rey Derkebellia itu melambaikan tangannya dengan pelan sambil tersenyum tipis.

"Sakit tidak?" tanya Luna mendahului. Rey hanya berdiam, menatapnya bingung. Apa ini? Ia menanyakan apakah sakit atau tidak seakan melihat orang yang terpeleset dijalan.

Masih dengan senyuman yang sama dengan sedikit melebar ia berkata lagi.

"Padahal kamu yang memanggilku kesini tapi kamu tidak tahu siapa aku."

"Hah?" Rey sedikit ternganga. Apa dia tidak datang terlambat? 

"Pfft- kamu sangat lucu jika sedang bingung." 

"Perkenalkan namaku Deluna, dewi yang kamu panggil tadi saat...kamu dieksekusi." lanjutnya.

"Dewi? Mengapa anda sangat mirip dengan saya?" tanya Rey lagi, sedikit memastikan. Ya wajar jika Rey bertanya demikian. Dilihat dari surai rambutnya yang berwarna hitam kebiruan dan manik matanya yang berwarna biru laut ditambah wajah dengan paras yang sangat mirip, siapapun akan mengira mereka satu orang bukan lagi saudara kembar.

"Entah, aku juga kurang tahu. Saat aku lahir didunia ini aku melihat ada manusia dengan wujud yang sama persis denganku karena itu selama ini aku selalu berada disampingmu walau kamu tidak sadar." lanjut Luna sambil menaruh jari telunjuknya dibibir merah mudanya.

"Oh," balas Rey dengan anggukan mengerti.

"Mau kembali ke masa lalu tidak? Aku ini masih dewa magang loh." lanjut Luna yang sejak tadi tidak henti hentinya bicara. Berbanding terbalik dengan Rey yang lebih suka mengatakan poinnya langsung.

"A.. Apa syaratnya?" tanya Rey ragu ragu.

"Hem... Aku masih dewa magang dan aku belum memiliki pelintas jadi aku akan menggunakanmu sebagai pelintasku. Kamu akan memiliki kuasa bebas atas seluruh gerbang dimensi." jelas Luna. Rey hanya berdiam. Ia teringat masa eksekusinya dan tak lagi menjaa panggilan Luna.

Luna seakan mengetahui apa yang Rey pikirkan, dengan cepat ia mengalihkan pikiran Rey. "Aku akan membantu kok, cukup panggil namaku maka aku akan berada disampingmu." ujar Luna sambil mengelus pundak Rey yang sejak tadi merenung.

Kini Rey merasa memiliki dukungan. Tanpa ragu ia tersenyum tipis lalu menyetujui syarat dari Luna. Dengan ini, perjalanan awal dimulai.

===  ===


Night SkyWhere stories live. Discover now