21

68.9K 8.2K 235
                                    

*****

Area kantin kini tampak tenang karena belum terlalu banyak murid yang datang. Mungkin kerna waktu istirahat belum berbunyi. Harusnya masih ada lima menit lagi sebelum bel istirahat berbunyi.

Di salah satu sudut kantin terdapat seorang gadis dan juga lelaki yang tampak sudah berumur tengah berdebat di depan rak berisi roti dengan berbagai rasa. Gadis itu ialah Analeya Lexa Hermawan.

" Saya duluan yang ambil jadi itu punya saya dong. " ucap Leya dengan nada yang terdengar kesal.

" Atas dasar apa ini punya kamu, kamu kurang cepat sama saya nak. " jawab pria tua tersebut dengan santai nya.

" Loh bapak yang main serobot roti saya kok. Ngalah dong sama anak kecil. " balas Leya.

" Anak kecil darimana orang kamu gede gini. "

' Ini kakek-kakek nyebelin bener dah. ' batin Leya.

" Duh ngalah ngapa sih paakk.. Udah tua juga masih aja rebutan jajan sama saya. Gak malu apa kalo diliat cucunya kakeknya modelan gini. Malu sama uban kakek noh. " ucap Leya lagi.

" Heh kurang ajar kamu ya! Kamu anak abg bau kencur sok ngatain saya berani kamu. Durhaka kamu ya, kakek ini- "

" Bau kencur katanyaa.. Enak aja, situ tuh yang udah tua bau tanah pulak. "

Jawaban Leya memotong ucapan pria tua itu. Pria tua yang mendengar itu pun sontak melotot garang. Berani-berani nya gadis itu mengatai dirinya.

Tidak sadar bahwa perdebatan mereka menjadi tontonan para murid yang mulai berdatangan memenuhi kantin. Mereka yang mendengar ucapan pun menahan nafas dengan tegang.

Bagaimana bisa dia seberani itu mengatai orang di depannya dengan santai dan alasan kenapa mereka tegang karena mereka tentu tau siapa pria tua yang tengah berseteru dengan Leya.

Leya dan pria tua itu masih saja belum ada yang mau mengalah. Bahkan kini mereka saling menatap tajam satu sama lain. Sampai sebuah suara memecahkan pandangan mereka.

" Kakek? Sedang apa kakek disini? "

Mereka berdua pun menoleh ke arah datangnya suara. Tampak seorang lelaki berjalan menghampiri Leya dan pria tua itu. Itu adalah Alvin. Dan jangan lupakan teman-teman geng nya mengikuti di belakangnya.
Leya terkejut melihat kedatangan Alvin. Lebih tepatnya pada kata yang terlontar dari mulut Alvin.

' Whatt!! Kakek? KAKEK!!??? HA-HA-HA Kakek katanyaaa.. Astaga siapapun tolong tenggelamkan aku😓😭. '

Ternyata pria tua yang tengah dimaki nya adalah kakeknya sendiri. Jangan lupakan bahwa pemilik sekolah yang ditempatinya ini merupakan milik kakeknya. Leya pun mengedarkan pandangan nya ke arah penghuni kantin yang masih bergeming menontonnya. Kenapa mereka tidak ada yang mau memberitahu dirinya bahwa pria di depannya ini pemilik sekolah. Salahkan amnesia nya yang membuatnya tidak mengenal kakeknya sendiri.

" Oh Alvin. Tidak ada, memangnya kakek tidak boleh melihat sekolah cucu kakek? "

" Lagipula kakek ingin melihat bagaimana perilaku CUCU kakek jika kakek berkunjung. Apalagi cucu kakek yang satu ini. " jelas kakek sambil mengarahkan tatapannya pada Leya.

Leya yang ditatap pun mulai gelisah. Rasanya dia ingin kabur saja. Bagaimana tidak, baru saja dia mengatakan kakeknya sendiri bau tanah.

Pandangan kakeknya masih belum terlepas dari Leya. Bahkan kini semua orang yang ada di kantin juga beralih melihat dirinya.

" OMAIGATT!! ADA BURUNG TERBANG DIATAS!! " Teriak Leya dengan muka terkejut sambil menujuk ke arah langit.

Sontak teriakan itu mengagetkan semua orang. Mereka semua pun menoleh ke atas. Memang benar disana ada burung yang terbang. Namun yang jadi pertanyaannya adalah, apa yang aneh dengan burung yang terbang? Seketika mereka merasa dibodohi oleh Leya.

A to BarBarWhere stories live. Discover now