Wulan mendengkus melihat Seruni memilih duduk sendiri di sudut ruangan sementara yang lainnya membaur dalam hiruk pikuk pesta. Suara tawa dan alunan nada seolah tak bisa memancing keinginan Seruni untuk bergabung.
"Seruni! Ayo ke sana! Kita gabung sama teman yang lain!" seru Wulan berjalan ke arahnya.
"Gue di sini aja, Wulan! Please," mohonnya.
Menarik napas Wulan berkata, "Lo ini dandan udah sempurna! Lo mau tetap sendiri di sini?"
Seruni mengangguk dengan mata memohon. Wulan tak bisa lagi memaksa. Mengangguk dia meninggalkan sahabatnya.
"Lo jangan pulang sebelum acara usai!"
"Iyaa. Gue tungguin. Sana gih!"
Meski terlihat kecewa, tak urung Wulan mengangguk lalu bergabung dengan yang lainnya.
Seruni tersenyum tipis melihat riuh rendah pesta. Pertunangan Sandra dan Devan sangat sempurna. Hampir seperti terjadi di film atau di sinetron. Hadirnya kedua keluarga semakin membuat suasana hangat.
Sama seperti yang diinginkannya beberapa tahun silam. Namun, keinginan itu sudah dia lipat, meski sesekali terkadang hadir berkelebat di kepala.
Seruni masih ingat bagaimana perasaannya kala waktu semakin dekat ke hari pertunangannya. Segala persiapan begitu matang telah dibuat. Seluruh keluarga besar telah merencanakan banyak hal setelah acara itu. Tentu saja sebuah pernikahan.
Namun, semuanya hancur. Rasa malu dan terluka menyelimutinya dan keluarga. Terlebih setelah mendengar pengakuan dari perempuan selingkuhan Andromeda.
Menarik napas Seruni menoleh ke samping. Tak jauh dari tempatnya, seorang pria barusan duduk. Dari penampilannya tampak pria itu seorang yang sangat berkelas.
Seruni meraih ponsel lalu tak lama kemudian dia sudah asyik berselancar di internet.
**
Banyu menggeleng ketika Niko terlihat tengah melakukan pendekatan dengan salah satu perempuan yang juga hadir di pesta itu.
"Dasar buaya!" gumam Banyu, lalu menyesap minuman dingin di depannya.
Saat tengah mencari posisi yang nyaman untuk bersandar, matanya menangkap sosok perempuan yang duduk memainkan ponselnya.
Posisi tunduk membuat Banyu kesulitan mengamati wajahnya. Dia hanya dapat mengambil kesimpulan bahwa perempuan itu berhidung mancung.
Ada sedikit rasa heran melihat dia sendiri sementara suasana pesta begitu ramai. Sejenak Banyu berpikir bahwa perempuan bergaun hitam itu sama seperti dirinya. Bukan undangan dari kedua pasangan yang tengah berbahagia itu.
Bibirnya sedikit terangkat saat perempuan itu sejenak mengangkat wajahnya untuk merapikan rambut.
"Cantik! Tapi ... penyendiri," gumamnya.
Ada keinginan bergabung dengannya, tetapi tentu tidak semudah itu. Banyu bukan tipe seperti Niko yang bisa langsung to the points. Saat matanya masih mencuri pandang, dia melihat perempuan yang lain datang menghampiri.
Samar tapi cukup jelas jika perempuan yang dia amati sejak tadi bernama Seruni. Dari gerak-gerik perempuan yang datang itu tampak sedang mengajak Seruni untuk bergabung berdansa.
**
"Seruni, ayo! Ck! Sekali ini aja. Please!" mohon Wulan.
Menggeleng Seruni berkata, "Wulan, gue nggak mau. Udah lo aja!"
"Please, Runi! Seseruan kita!"
Seruni menggeleng cepat.
"Gue udah merasakan keseruan dari sini kok, Lan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Deadline untuk Seruni (Tamat -segera terbit)
General FictionBercerita tentang seorang perempuan yang memutuskan untuk berhenti menjalin hubungan dengan lawan jenis karena luka masa lalu. Namun, keluarganya justru tak henti mendesak agar dia segera menemukan jodoh dan menikah sebelum usia tiga puluh. Saat dia...