9. Demi siapa?

766 93 0
                                    


"Kalau lo bisa ngerasain sakit,
ya lo jangan sekali-kali nyakitin orang lain!"

—Cherry Anastasya—

Happy reading...

*****

Cherry meletakkan kepalanya di atas meja kantin. Menatap sang pacar yang masih berkobar dari sana.

Dia menghela napas. Sebenarnya dia juga ingin mengomeli Raka. Gadis itu sangat kesal karena Raka berbuat semena-mena terhadap orang lain.

Bukankah gila? Raka menghajar anak orang hanya gara-gara Cherry diganggu. Seharusnya cowok itu hanya tinggal mengatakan pada mereka bahwa Cherry pacarnya. Urusan selesai kan?

"Kenapa ada dua mangkok bakso di sini?"

Cherry mengerjap. Setelah sekian lama mereka duduk di kantin dalam diam akhirnya Raka mengeluarkan suara juga.

"Tadi aku—"

"Apa lo memang berencana makan bareng sama Angkasa?"

Cherry mengerutkan kening, "Angkasa siapa?"

Raka berdecak, "Yang gue tonjok pertama kali."

"Enggak! Aku ke sini sama Nadia tadi," elak Cherry.

"Nadia siapa?"

"Nadia temen sebangku tadi loh. Yang pakek kacamata."

Raka menatapnya penuh curiga.

"Ih ... beneran gak bohong! Tanya aja sama yang jual bakso, atau temen-temen yang ada di kantin, atau ke Nadianya langsung deh."

Raka menekan kedua pipi Cherry, "Kenapa gak berontak waktu mereka godain lo?"

Cherry terdiam menatap mata nyalang Raka.

Dengan beraninya cowok itu maju mendekat. Tanpa aba-aba dia mencium bibir Cherry cukup lama. Mas bodo dengan orang-orang. Raka tak sepeduli itu dengan mereka.

Melepas ciuman, Cherry menghela napas panjang, "Mau ngelawan takut di apa-apain."

"Ada gue." Raka menyingkirkan rambut Cherry yang menghalangi wajahnya. Emosinya sudah sedikit mereda swkarang.

"Kamu gak mungkin ada di samping aku setiap waktu." Cherry menatap Raka teduh.

"Kenapa gak mungkin? Gue sanggup kalau harus di samping lo setiap waktu."

Cherry menggeleng keras, "Gak usah!"

Raka menjauhkan tangannya dari rambut Cherry. Dia melipat kedua tangannya di depan dada menghadap gadis itu, seolah meminta penjelasan melalui bahasa isyarat.

Cherry menggigit bibir dalamnya, "Emmm.... Kamu kan punya kehidupan sendiri. Soal temen, soal tugas sekolah, soal orang tua. Terlalu egois kalau dunia kamu cuman buat aku doang."

Raka mengangguk, "Itu alasannya?"

Gadis itu menatap Raka ragu. Sepertinya Raka tak mempan dengan alasannya.

"Lagian kamu udah bilang sama semua orang kalau aku pacar kamu. Mereka pasti udah sadar diri kalau harus jaga jarak, kan."

Raka mengangguk mengiyakan. Kali ini alasan Cherry masuk di nalarnya. Bukannya sombong tapi kenyataannya semua orang akan takut saat berurusan dengannya.

"Gimana hari lo?" tanya Raka mengalihkan pembicaraan.

Cherry langsung duduk menyamping berhadapan dengan Raka. Dia tampak bersemangat untuk bercerita.

Kurang dari TigaWhere stories live. Discover now