𝐖𝐢𝐥𝐥𝐢𝐚𝐦 𝐀. | Daddy Issues

169 30 60
                                    

Kamu dengan gugup mengetuk pintu rumah Afton, sekarang adalah liburan musim panas, kamu secara tiba-tiba hanya ingin bertemu dengan Michael karena kesepian sendirian di rumah, kamu sudah terbiasa sebelumnya sendirian namun setelah dekat dengan Michael kamu jarang kesepian dan merindukan kehadirannya.

Entah sudah berapa lama dan ketukan yang sudah berapa kali namun tidak kunjung ada jawaban, apakah keluarga Afton berlibur? Michael selalu bercerita soal liburan yang direncanakan keluarganya jauh-jauh hari namun kamu rasa Michael tidak berbicara soal liburan musim panas kali ini.

Putus asa tidak mendengar jawaban kamu segera akan kembali namun pintu di buka dan memperlihatkan William dengan tampilan sehabis mandi.

William terkejut, begitupu kamu, kamu terkejut melihat penampilan ayah sahabatmu yang baru saja keluar dari kamar mandi. Rambut cokelat yang biasanya disisir rapih kini berantakan dan tetesan air turun dari rambutnya.

"Halo." sapanya yang diikuti namamu, William terdengar terkejut dan canggung.

"Uh– Halo juga Tuan Afton. Maaf telah mengganggu waktumu, aku kesini untuk bertemu Michael."

William hanya mengangguk mengerti kemudian mencodongkan tubuhnya ke depan yang membuat dirimu reflek mundur. Mata William tampaknya mencari sesuatu.

"Kamu tidak bersama supirmu?" tanyanya menatapmu dengan sebelah alisnya terangkat menghakimi.

Kamu menelan ludah gugup, tatapan William seakan mendorongmu untuk jujur, "Tidak, aku melarikan diri hehe. Aku pergi naik taksi." kamu menjawab dengan takut dia akan marah namun William hanya terkekeh.

" Ayo masuk! Michael dan yang lainnya pergi ke rumah kakeknya."

"Eh? Michael tidak ada? Sebaiknya aku pulang saja, terimakasih atas tawarannya, Tuan Afton." kamu akan melarikan diri dari pandangannya namun tanganmu di cengkeram.

Kamu melihat William tersenyum geli, tampilan yang kamu benci dan juga kamu suka, William tampak seperti ayah yang akan melemparkan lelucon buruk pada anaknya.

"Aku tidak menawarimu apa-apa, aku menyuruhmu dan aku tidak menerima penolakan. Kamu sudah jauh-jauh kemari jadi duduk saja dan jadi anak yang baik untukku, oke?" tanyanya yang terdengar memaksa, sepertinya itu adalah pemaksaan.

Kamu hanya pasrah menerimanya.

"Baiklah, terimakasih atas keramahanmu, Tuan Afton."

"Kita sudah lama kenal dan dekat, sweetheart. Kamu berbicara denganku seperti baru pertama kali bertemu."

Jelas! Kamu gugup hanya berduaan dengan William, berduaan dengan laki-laki dewasa di rumahnya. Siapa yang tidak gugup jika berada di posisimu?

"Aku juga sudah lelah untuk memberitahumu jika kamu bisa memanggilku William, tidak perlu repot-repot memanggilku Tuan Afton." William tampak jengkel.

Kamu meringis, "Maaf, aku tidak terbiasa dengan itu."

"Yah aku tidak akan memaksa, aku izin memakai pakaianku terlebih dahulu. Tidak baik hanya memakai handuk di depan anak kecil."

Kamu hanya bisa terdiam canggung, karena kamu tidak tahu harus apa kamu hanya melihat perubahan kecil interior rumah Afton. Kamu melihat foto yang di ambil saat ulang tahun Michael kemarin di sebelah sofa, foro itu mengganti foto keluarga Afton, kamu masih ingat persis foto keluarga Afton sebelumnya berada di tempat itu.

Kamu melihat William turun dengan kemeja ungu, seperti biasa, atasan ungunya yang sudah bosan kamu lihat dan celana jogging biru dongker yang pas untuknya, itu simple tetapi ketika William yang memakainya tampak keren. William tampak sibuk membaca sesuatu dan langsung melenggang ke arah dapur, kamu mendengar suara kompor di nyalakan dan melihat William keluar dari dapur dan duduk di sebelahmu sambil terus membaca kertas yang ia pegang sejak awal.

𝐆𝐨𝐨𝐝 𝐎𝐥𝐝 𝐅𝐚𝐬𝐡𝐢𝐨𝐧𝐞𝐝 𝐋𝐨𝐯𝐞𝐫 𝐁𝐨𝐲Where stories live. Discover now