(8). Sebuah Kesialan atau Keberuntungan ?

459 29 6
                                    

Sudah satu Minggu berturut-turut Shila datang ke Halim untuk menemui Ayu sekaligus mengirimkan surat untuk Gilang yang dikirim langsung ke orangnya. Walaupun sampai saat ini belum dibalas olehnya. Tapi tidak apa-apa, Shila bukan tipe perempuan yang menyerah di tengah jalan begitu saja, ia tetap dengan pendiriannya yaitu untuk mendapatkan hati pria dengan julukan Elang Biru itu.

Selama satu minggu kebelakangan ini Shila berani untuk berbicara berdua pada Gilang, dirinya juga terang-terangan membahas soal perasaan yang membuat ia merasa terbebani dengan kehadiran Gilang yang tiba-tiba saja datang pada saat dirinya ingin melupakannya dan ternyata tidak bisa. Wajah tampan Gilang pada saat jadi taruna AAU dulu masih terlintas jelas dibenaknya.

Flashback on.

Hari pertama Shila sudah berani terang-terangan mengungkapkan isi hatinya pada Gilang di pinggir lapangan Halim. Hari itu juga semua pandangan dari orang-orang di Halim tertuju pada Shila dan Gilang. Shila tidak peduli sama sekali dengan semua itu. Sedangkan Gilang sudah kesal karena Shila membuang waktunya saja.

"Kapten Gilang tunggu" Shila menghadang jalan Gilang.

"Apa?" Jawab Gilang dengan wajah tanpa ekspresi.

Bukannya berbicara Shila malah bengong memerhatikan wajah Gilang yang kini dihadapannya. Pria itu memang tampan sekali.

"Jangan buang waktu saya, cepat ada apa?" Ucap tegas Gilang.

Shila menyengir sebelum memulai topik yang ingin dibicarakan "hmm, Kapten Gilang masih inget anak SMA yang numpahin air ke baju Kapten ga ?"

Gilang mengangkat alis kanannya "untuk apa kamu nanya itu?"

"Yaa, aku penasaran aja sama Kapten. Aku yakin Kapten engga akan lupa dengan anak SMA yang memakai kacamata itu. Di hari itu kan Kapten kesel banget kan" Shila mengalihkan pandangannya pada pesawat F-16 Fighting Falcon yang tengah di perbaiki menurutnya.

Setelah beberapa detik diam, Gilang mulai bicara lagi "ingat, kamu kan orangnya" jawab Gilang menatap Lettu Pnb. Riandika Pratama yang sedang berjalan dengan pakaian penerbangan berwarna hijau lengkap.

Shila menoleh kearah Gilang "Kapten masih kesal engga?"

Gilang menoleh, namun Shila lebih dulu "menurut kamu?"

"Hmmm" Shila berdehem dan memalingkan wajahnya sebentar, setelah itu menatap Gilang lagi "aku minta maaf Kapt. Aku benar-benar engga sengaja numpahin minuman sampe kena baju Taruna Kapten dulu. Sekali lagi aku minta maaf Kapt."

"Saya sudah maafin kamu sejak dulu"

"Terimakasih Kapten" Shila memberi senyuman tulus karena Gilang sudah memaafkannya.

Gilang membalas dengan anggukan tanpa menoleh ke Shila.

"Apa Kapten masih kesal sama aku?"

"Tidak"

"Trus kenapa Kapten jarang senyum?" Tanya Shila dengan polosnya.

Pertanyaan itu lantas membuat Gilang menoleh pada perempuan berponi, alis sedikit tebal dan bibir tipis berwarna pink. Tingginya hanya sekitar 160 cm.

"Bukan urusan kamu" Gilang memalingkan wajahnya lagi.

Shila tersenyum "aku mau jujur sama Kapten" Gilang menoleh "Dulu itu, waktu pertama kali kita bertemu, aku suka sekali dengan Kapten. Lama kelamaan aku berniat untuk melupakan Kapten, tapi tidak bisa. Dan akhirnya semesta mempertemukan kita kembali, aku juga masih mencintai Kapten sampai saat ini" Shila mencoba untuk menahan air matanya yang ingin jatuh di pipi.

"Terimakasih sudah hadir dalam hidup aku. Kalau gitu aku pamit dulu Kapten. Assalamualaikum" Shila mulai berjalan untuk meninggalkan Gilang sendiri.

"Waalaikumsalam" jawabnya setelah kepergian Shila. Gilang terdiam di tempat memikirkan ucapan Dion Minggu lalu. Dan ternyata benar ucapan Dion, bahwa Shila menyukai dirinya sejak jadi Taruna dulu. Gilang tidak ingin berpikir panjang tentang ini, Gilang juga tidak menyukai Shila, lalu untuk apa dipikirkan.

Elang BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang