Chapter 2

84 26 0
                                    

Hari ini Yuri bangun lebih siang dari biasanya. Ya, kebiasaan semenjak ia lulus dari sekolah menengah atas adalah sering bermalas-malasan. Yuri seringkali menyangkalnya jika ia tidak malas, ia hanya menunggu panggilan interview untuk bekerja.

Yuri mengambil ponselnya kemudian mengecek beberapa notifikasi.

"Hah.." Yuri tampak bosan, ditatapnya nanar pada ponsel tersebut. Tidak ada timbal balik dari perusahaan atau supermarket manapun yang ia lamar.

Yuri kembali mendesah kecewa, sudah tiga bulan lamanya ia menganggur dan tidak ada kegiatan apapun selain mencari lowongan pekerjaan dan.. universitas.

Yuri belum beranjak dari tempat tidur, ia sempat bangun pada pukul empat pagi lalu kembali melanjutkan tidurnya hingga kini pukul sepuluh siang.

Yuri mengambil sebuah laptop dan mengetikan beberapa untaian kata sehingga membentuk kalimat yang sempurna. Gadis itu tersenyum seolah 'dia' mendengar keluh kesahnya selama tiga bulan ini. Yuri kembali menyukai mengarang sebuah cerita, ia menuangkan khayalan-khayalannya pada setiap untaian kata yang ia simpan digital.

🍁🍁🍁

Sore hari, Yuri kembali terbangun dari tidur siangnya, ntah keberapa kali ia tidur dalam sehari, Yuri tidak peduli. Yang ia inginkan kali ini ialah uang dan dukungan.

Yuri kembali mengambil lapotp, ia kembali menuangkan khayalannya pada sebuah web digital.

"Aku ingin kau menjadi nyata, menjadi teman hidupku. Aku ingin kau mendengar keluh kesahku, aku ingin kau hadir." Yuri bergumam, tangannya masih menari indah di atas keyboard laptop untuk merangkai sebuah kalimat.

Darr

Gemuruh petir saling beradu, awan pekat disertai tangisannya membasahi bumi. Suasana yang mendukung untuk Yuri namun tidak kali ini. Semua listrik di perumahan kecil tersebut padam akibat hujan deras disertai angin dan petir, sepertinya akibat hujan dan angin. Batin Yuri.

🍁🍁🍁

Waktu terus bergulir tanpa rem. Seperti halnya usia Yuri yang kian menua. Yuri merasa ia semakin tua setelah satu tahun lamanya ia menganggur.

".." Yuri menelusupkan kepalanya pada bantal, selama satu tahun ia sering mengurung dirinya di kamar dan menangis tidak jelas.

Badannya kian kurus, kulitnya tampak memucat, perasaannya terkadang sensitif. Yuri menghiraukan omongan tetangga, keluarga dan saudara-saudaranya yang membicarakannya secara terang-terangan maupun dibelakangnya. Tetangga dan saudaranya mendesak gadis cantik tersebut untuk mendapat pekerjaan pun keluarganya terkadang membicarakan hal serupa, tak jarang mereka menyuruh Yuri untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Yuri memang tampak mengabaikan itu semua, namun ketika ia dikamar dan menjatuhkan tubuhnya pada kasur, hanya bantal, selimut dan seekor kucing lah yang menjadi saksi tumpahnya air mata tersebut. Yuri semakin frustasi dengan keadaan sehingga ia sering memukul kepalanya sendiri.

"Gabrielle.." isak Yuri memanggil nama seseorang yang berarti untuknya.

Yuri tahu, tindakannya tidak akan mendatangkan apapun bahkan mendatangkan seseorang.

Yuri kembali mengeluarkan bulir air mata yang kini lebih banyak dari sebelumnya. Lulus SMA di usia muda ternyata buruk bagi Yuri, kini ia berusia tujuh belas tahun dan tidak ada perusahaan yang berani memperkerjakan anak di bawah umur. Jika syarat bekerja di negaranya kali ini ialah berumur delapan belas tahun, itu artinya Yuri harus menunggu bulan ke-9 serta masa menganggurnya yang semakin lama.

Feels Like PygmalionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang