Chapter 3

86 22 0
                                    

Di bulan Juni ini, tibalah saatnya Yuri mengikuti salah satu tes untuk masuk ke jenjang pendidikan kedinasan. Berapa kali Yuri memohon jika ia tidak menyukai bidang tersebut dan hanya dianggap angin lalu oleh orangtuanya

"Aku mohon, aku tidak mau mengikutinya, aku tidak suka kedinasan. Aku punya pilihan kuliahku sendiri." Yuri memohon menatap kedua orang tuanya yang acuh.

Hanya hening lah yang menanggapi permohonannya, Yuri merasa hatinya teriris namun ia tidak menampakkan wajah kecewanya ia hanya berdecak, "ck, kalian memang tidak pernah mendengarkan."

Kedua orang tua tersebut akhirnya saling menatap satu sana lain, sang wanita menatap Yuri bengis,

"Masih untung kami mau membiayaimu hingga kuliah.", "turuti kami dan jangan membantah. Biaya disana lebih murah dibanding pilihan kuliah mu itu." Ibunya kembali memainkan ponsel.

Yuri merasa lelah, ia tahu tentang hak anak yang wajib berbakti kepada kedua orangtuanya. Namun ia juga lelah karena pilihannya selalu diputus dan digantikan oleh hal yang amat tidak disukainya.

"Tapi itu bukan keinginanku, bu. Aku ingin jurusan sesuai minat-

"Bukan urusanku." Potong ibunya.

"Lalu bagaimana nanti, aku tidak bis-

"Belajar. Gunakan otakmu yang sok pintar itu. Jika kerabat-kerabat kita tau kau kuliah disana maka mereka akan memuji kita."

"Tapi.. aku mau menjadi pramugari."

Sepasang suami istri tersebut terkekeh. Tidak diragukan lagi bahwa mereka sedang meremehkannya. Mereka berdua tidak mau keluar uang banyak hanya untuk membiayai kuliah Yuri maka dari itu ayahnya mencari cara masuk perguruan tinggi yang gratis ataupun murah. Tidak peduli apapun itu, asal gratis atau murah.

"Silakan bermimpi setinggi menumpang pesawat."

Setelah itu Yuri dipaksa segera turun dari mobil. Yuri memang bodoh dan tidak bisa melawan, ia turun dari mobil dengan murung dan menatap bangunan yang akan menjadi tempat tes nya kali ini. Yuri mungkin memang tidak bisa melawan, namun apa mereka sangat ingin sekali Yuri masuk kedinasan. Dan kenapa pula Yuri merasa mereka tak mendukung keputusan Yuri lalu mengapa pula mereka suka memaksa Yuri dengan hal yang tidak gadis itu sukai.

Di tengah mengerjakan soal-soal tersebut, Yuri hendak menangis namun menahan airmatanya supaya tidak keluar mengakibatkan matanya perih.

"Kau baik-baik saja?" Tanya seorang pengawas ujian.

Pertanyaan barusan lantas membuat para peserta lain saling melirik terutama pada Yuri. Dan-- demi Tuhan Yuri tidak menyukai saat ia dilirik dan diperhatikan seperti itu. Itu membuat otaknya membuat alarm tidak nyaman dan gusar.

"Y-ya im okay."

Para peserta kembali mengerjakan soal-soal tersebut. Sesekali Yuri menatap komputer para peserta lain meskipun ia tahu tiap orang dengan tiap soal yang berbeda. Yuri menyunggingkan senyuman, ia sudah selesai dengan soal-soal tersebut, Yuri menunggu beberapa peserta lain keluar ruangan sebagai tanda jika ia telah selesai mengerjakan ujian.

Beberapa peserta yang selesai mengerjakan diminta untuk menekan tanda finish pada komputer. Sehingga terdengar bunyi kertas yang beradu pada mesin. Yuri menegak ludahnya kasar, hasil ujian pertama langsung keluar dan Yuri tidak mau mengambil kertas tersebut.

"Hey kid."

Langkah Yuri terhenti saat ia hendak keluar ruangan, seorang pengawas ujian datang menghampiri membawakannya secarik kertas berisikan lembar hasil ujian barusan.

"Kau harus membawa hasil ujianmu." Pengawas ujian tersebut memberikan kertasnya pada Yuri.

Yuri segera mengambilnya dan mengucapkan terimakasih. Ia lalu keluar dari gedung tersebut dengan perasaan gelisah takut dan gundar. Di sana, ia melihat kedua orangtuanya berbincang dengan orang lain. Tampak sang ayah melihat secarik kertas milik seorang anak yang berpakaian sama seperti Yuri.

Feels Like PygmalionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang