2. JENGAH

60 4 0
                                    

Seorang pria tengah sibuk menatap layar komputer, dahinya berkerut menandakan keseriusan di wajah tampannya

Sesekali jarinya memainkan keyboard, dan sesekali matanya melirik kesamping melihat dokumen di sampingnya dengan teliti

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuat konsentrasinya sedikit buyar, ia menatap ke arah pintu masuk yang memang sudah terbuka sedikit, siapakah gerangan pelaku tersebut

"Assalamualaikum gus" salam terucap dari sosok gadis seusianya, wajahnya sedikit menunduk, saling menghormati sesama muslim

"Waalaikumsalam, ada apa?" tanyanya to the points

"Mohon maaf gus, saya mau mengingatkan sebentar lagi jam mengajar gus tiba di kelas 11-E"

"Astaghfirullah hampir lupa" pekiknya dalam hati, diliriknya jam dinding, sisa beberapa menit lagi saat kelas di mulai, ini belum terlambat

"Baik" Av mengangguk, ia merapikan dokumennya sembari mencari kitab nahwu sebagai bahan ajar di kelas 11-E

"Kalau begitu saya pamit undur diri, assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Gadis itu pergi berlalu setelah mendengar balasan salam dari sang penerima salam

Pria itu berjalan dengan penuh wibawa, tubuhnya yang tegap dan tinggi menambah kesan karismatik dalam dirinya

Langkahnya memasuki sebuah kelas yang hanya berisikan kaum hawa di sana, ntahlah perasaannya saat ini begitu campur aduk tak karuan, sejujurnya jika bisa memilih ia akan lebih memilih mengajar kaum pria saja ketimbang kaum hawa, bukannya tak suka namun baginya kaum hawa itu sedikit berisik, bawel dan... Ia juga tak suka di puji terlalu banyak oleh santriwatinya

"Hari ini pun ustadz tampan ya"

Lagi-lagi godaan itu ia dengar dari salah satu santriwatinya yang memiliki mulut lemes, bukannya baper sembari senyam-senyum sendiri ia malah sedikit JENGAH

Meski ia sudah memancarkan hawa yang cukup dingin dan wajah tanpa ekspresi tetap saja ada aja santriwati yang menggodanya dengan kata-kata manis

"Kata "Iyyaka na'budu" dimana letak mafulun bihnya?" tanya Av pada seluruh santri, biasa sebelum materi berikutnya dimulai ia akan mengorek-ngorek ingatan santri tentang materi minggu lalu, benarkah ilmu itu singgah di otak mereka atau hanya sekedar lewat sekilas dan pergi ntah kemana

"Iyyaka ustadz" jawab salah satu santri dengan bangga

"Mafulun bih letaknya dimana?"

Seluruh santri terdiam namun beberapa saat kemudian ada yang berani menjawab

"Sesudah fiil muta'adi ustadz" jawabnya ragu-ragu

"Jadi...." Av menaikan alisnya meminta jawaban pada mereka, ahhhh ketampanannya jadi bertambahkan

"Gak ada mafulun bihnya ustadz"

"Benarkah?" ia memicingkan matanya, ternyata ingatan mereka tak cukup baik juga

"Nyerah ustadz" keluh beberapa santri

"Jawaban kamu benar, iyyaka merupakan mafulun bih yang berada di awal" Av menunjuk santri yang tadi berhasil menjawab namun tak mengingat alasannya

"Bukankah minggu lalu sudah saya jelaskan"

"Lupa ustadz, kebanyakan pikiran" ada aja alasan santriwati di sana

"Sekaran pertanyaannya, kata iyyaka pada kalimat "iyyaka ukrimu" yang notabennya mafulun bih di depan bisakah mafulun bihnya dipindah ke belakang menjadi "nukrimu iyyaka"?

My Cool UstadzWhere stories live. Discover now