6. SIAPA?

39 3 0
                                    

"Maaf, aku... aku tadi... aku tadi..."

"Aku... aku gak tahu harus kemana"

Av memicingkan matanya, ditanya apa jawab apa

"Tadi... aku ikut naik itu... mobil itu... diam-diam" jawab Ily gugup

"Maaf..." ia meremas pakaiannya, ia begitu gugup ia tahu ia salah tapi ia bukanlah pencuri, lihatlah pakaiannya saat ini ia menggunakan dress diatas lutut tanpa lengan namun tenang saja karena ia menutupi lengannya dengan jaket, tapi tetap saja bagian antara leher dan dadanya terekspos bebas lantaran jaketnya yang tak di resleting

"Terus mbak bawa apa itu?" tanya salah satu santri yang ikut serta dalam menangani kejadian ini kala melihat koper yang sedari tadi Ily bawa

"Ini... ini koper saya" kenapa dia begitu gugup, bukankah mereka akan semakin curiga dengannya jika ia terus-menerus berbicara terbata-bata dan gugup seperti ini

Av menunjuk koper itu dengan dagunya, memerintahkan mereka untuk memeriksa koper tersebut

"Permisi mbak kalau boleh kami ingin memeriksa koper mbak, agar kami tahu bahwa mbak tidak bersalah"

"Ahhhh" Ily menatap kopernya, ia agak bimbang

Pandangan Av beralih ke pak sopir, isyarat kepala dan matanya menyuruh salah satu santrinya agar menemani pak sopir tersebut untuk memeriksa barang bawaannya tadi, apakah benar ada yang hilang

"Pak mungkin saya bisa menemani bapak memeriksa barang di mobil, kira-kira apa benar barang bapak ada yang hilang atau tidak"

"Ya monggo" sopir itu berdiri, mereka berdua pergi ke tempat dimana mobil pickup terparkir

"Mbak bagaimana? bisa kami periksa?"

"I... iya" Ily memberanikan diri membuka kopernya, bukan karena apa-apa namun ia malu ada beberapa pakaian dalamnya di sana

Santri tersebut menelan ludahnya susah payah, bagaimana bisa barang pertama yang ia lihat adalah pakaian dalam wanita

Av memalingkan wajahnya, rupanya agak canggung juga

Dengan tangan gemetar Ily mengambil pakaian dalamnya dan menyembunyikannya di balik tubuhnya

"Udah... itu kalian bisa memeriksa nya"

Kedua santri tersebut mengambil alih koper Ily, ia mulai memeriksa barang apa saja yang berada di dalam koper tersebut

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

"Siapa imam di masjid kok... astaghfirullah" pria yang baru masuk tadi buru-buru mengalihkan pandangannya, ini masih pagi buta ia sudah di suguhi hal seperti ini

"Ustadz Taufiq" jawab Av sekenanya

"Ustadz Taufiq baru nikah, astaghfirullah gus ini gak peka banget, kenapa gak di ganti jadwalnya" decak pria tersebut yang merupakan salah satu ustadz di sana

"Bukan tanggungjawab saya"

Ustadz Dava namanya, ia menepuk keningnya, tak salah juga apa yang Av bilang, karena pembagian jadwal bukan urusannya, ehhh tunggu dulu kok...

"Terus gus ngapain di sini, apakah gus sudah menemukan calon istri" sindirnya

Av menatap tajam ustadz sekaligus sahabatnya, ntahlah kenapa bisa-bisanya keduanya bersahabat Av dengan sifat datarnya dan Dava dengan mulut ceplas-ceplos tanpa tahu kondisi

Dava hanya tersenyum "Kalau gitu lanjutkan urusan kalian, biar saya yang imami, oh ya mbak kalau bisa jaketnya di resleting ya, menggoda iman tau, bisa-bisa saya tidak jadi mengimami jamaah di masjid malah mengimami mbak seorang" tegurnya lembut, namun... sedikit menggoda

Begitu pria itu menghilang Ily buru-buru mengikuti perintah tersebut, ntahlah ia agak terpukau dengan sosok Dava tadi, tegurannya tak seperti yang lain, terdengar begitu lembut di telinga nya

"Tidak ada apa-apa gus, hanya ada pakaian, beberapa perhiasan, alat mandi sama foto"

Av mengangguk tak lama kemudian sang sopir dan santri tadi datang dan mengatakan bahwa tak ada barang yang hilang

Av mulai berdiri hendak keluar ruangan

"Gus" panggil salah satu santri tersebut

Av menoleh sebelum melangkahkan kakinya keluar

"Bagaimana dengannya"

"Suruh pulang" jawabnya enteng dan langsung pergi berlalu

"Mbak boleh pulang sekarang" timpal santri tersebut

Ily menatap ke arah santri itu "Bisakah... bisakah aku tinggal di sini?" mohonnya

"Hah"

Mereka saling sikut menyikut, ini bukan urusan mereka apalagi mereka masih santri di sini bukan seorang ustadz dan tentunya mereka tak memiliki wewenang apapun

"Maaf mbak kami juga santri di sini, mungkin nanti kami akan bicarakan dengan para ustadz di sini" suasana begitu sepi karena semua sibuk mencari pahala di masjid

"Sekarang mbak bisa pulang dulu"

"Aku tidak punya tempat tinggal"

***

Beberapa ustadz tengah berdiri di depan pintu kantor, mereka nampak bingung dan tak berani masuk

"Ada apa ini ustadz?" tanya Dava pada rekannya, ia telah berpakaian rapi dan wangi siap mengajar santri-santri di pesantren ini

"Di dalam ada seorang wanita" timpal salah satu ustadz di sana, ustadz yang lebih tua darinya

"Wanita? SIAPA?" tanya Dava penasaran

"Kita juga tidak tahu, kita tidak berani masuk takut timbul fitnah, wanita nya pun berpakaian terbuka" ustadz lain menyahuti

"Wanita berpakaian terbuka" gumam Dava, otaknya mengingat kejadian subuh tadi, ada seorang wanita yang di bawa Av ke dalam kantor karena di tuduh mencuri

"Apa dia" gumam Dava sendiri

"Kenapa ustadz?" tanya ustadz lain yang mendengar gumaman Dava

"Ah bukan apa-apa" ia menatap pintu yang tertutup rapat, sengaja di tutup agar tak ada yang masuk dan melihat sesuatu yang tak pantas dilihat

"Bentar lagi jam masuk, beberapa bahan ajar ada di dalam" keluh salah satu ustadz di sana

"Ya sama, bahkan buku pelajaran pun aku tinggal di dalam"

Suasana nampak ribut hingga akhirnya suara bel mampu menghentikan kegaduhan di sana

Para ustadz berjalan menuju kelas masing-masing sesuai kelas tempat mengajar mereka, dengan terpaksa ada beberapa yang mengajar tanpa membawa bahan ajarnya, itu semua tak akan menghalangi kewajiban mereka sebagai guru di sana

Dava menghela nafasnya, ia ingin membuka pintu tersebut namun takut ada yang mencurigai dan di sangka mengintip

"Gus Av kenapa kamu meninggalkan masalah mu di sini" gumam Dava sembari menggelengkan kepalanya, ia ikut melangkah ke kelas tempat ia mengajar sekarang

Av tengah sibuk di pesantren putri tanpa tahu kegaduhan yang terjadi di pesantren putra, memang bagus seperti ini pesantren putra dan putri di pisah cukup jauh dan tidak bersebrangan sehingga tidak ada yang namanya surat menyurat sesama lawan jenis, atau curi-curi pandang ketika ada acara tertentu

Suara dering hp nya berbunyi, ternyata kakeknya yang menelpon

"Halo assalamualaikum mbah kung"

"Waalaikumsalam Av, bisa kamu ke pesantren putra ada suatu urusan yang melibatkan kamu di sini"

"Ah iya kung, aku ke sana segera"

Setelah panggilan berakhir ia buru-buru membereskan meja kerjanya, padahal ia belum selesai menginput data-data santri di sini dan keuangan belum ia periksa kembali namun panggilan sang kakek harus ia penuhi

My Cool UstadzWhere stories live. Discover now