4

3K 182 21
                                    

"Dilarang berbicara dan kesalahan selalu dilimpahkan pada yang tidak seharusnya menerima"

_Reyhan Arsenio Ghazanvar_





Happy Reading

***


Fajar begitu mengusik, sengatan mentari bagi menyilaukan mata burung berkicau bertengger bersaut-sautan, seakan tenang yang di iramakan.

Menyibak kain berbulu halus anak remaja pemilik netra coklat terang itu menguap lebar, kepalanya terasa pening mungkin karena belakangan ini jarang beristirahat dengan benar.
Bukan tanpa alasan, ambisi kuat mengejar ketertinggalan dari sang kakak sampai lupa tubuh juga butuh istirahat.

"Bagus ya jam segini baru bangun, merasa diri sebagai pangeran kerajaan??" sinis seorang dadi ambang pintu.

Reyhan menoleh terkejut pada wanita berdiri sambil berkacak pinggang raut wajahnya tampak tidak bersahabat.

"Mentang-mentang ini hari libur bukan berarti kamu bisa berbuat seenaknya, coba lihat Alfian bahkan dia sudah pergi joging bersama Kakek dan Papamu!" hardik Sandra.

"Maaf ma, kepala Reyhan pusing" adu Reyhan mengharap secuil perhatian.

Namun justru tatapan datar yang diterima, tak ada senyum atau nada khawatir yang didapat.

"Banyak alasan! kamu pikir mama percaya? cepat mandi lalu bantu pak Hadi membersihkan dan memotong rumput di belakang supaya ada gunanya dikit jadi orang" titah Sandra menghilangkan di balik pintu.

Reyhan terkekeh miris menggaruk kepalanya, ayolah ia sudah terbiasa mendapat kata seperti itu, meski tetap terasa menyakitkan.

"Sabar Reyhan" gumamnya menuju kamar mandi.

Bermodalkan gunting rumput anak berkulit putih rambut pirang itu mulai memotong rerumputan panjang di taman belakang rumah, tak jauh tukang kebun di rumahnya sedang menyiram tanaman, sesekali mereka mengobrol sambil mengerjakan pekerjaan masing-masing.

Bukan hal janggal sebab setiap hari libur Reyhan akan membantu membersihkan kebun terkadang juga anak itu di minta membersihkan rumah membantu para ART. Aneh memang, karena hanya dirinya biasa di perlakukan bak babu, sementara Alfian seperti putra mahkota.

"Pak ini tanaman apa sih perasaan tidak ada kita punya pot semacam ini?" ucap Reyhan memperhatikan pot bunga yang tampak asing.

Pak Hadi menoleh terkejut kala beberapa ranting pot bunga baru itu tal menyatu lagi dengan dahannya.

"Astaga Tuan muda! Jangan dipangkas itu!" seru si Tukang kebun panik.

Reyhan menatap aneh pria yang lebih tua dari sang ayah, loh kan selain memotong rumput ia juga harus memangkas ranting pada tanaman.

"Memangnya kenapa pak? pangkasan nya salah ya?"

"Bukan masalah salah atau benarnya, tapi ini tanaman baru yang dibeli nyonya Sandra, beliau melarang mengusik tanaman ini. Kalau begini pasti Nyonya Sandra marah" jawab pak Hadi.

"R-reyhan tidak tau Pak Hadi" cicit Reyhan takut-takut.

"Maafkan saya tuan muda tapi saya tidak ingin tau menahu masalah tuan muda, saya tidak ingin kehilangan pekerjaan"  pria itu melenggang pergi begitu saja bertujuan mengamankan diri sendiri.

Reyhan tidak peduli entah pria itu mau melarikan diri atau apapun itu, yang pasti nyawanya saat ini sedang terancam.

"REYHAN!" teriakan itu memekakkan telinga.

Tak Satu Arah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang