BAB 2 : Arca Lapuk

17 0 0
                                    


"Salam kenal ya dek Dhita."

Ucapan itu membuat Dhita tak tahu harus respon apa. Ini pertama kalinya ia mendapat kan sesuatu yang seperti ini.

Seketika sunyi menyertai sekitar. Nyamuk-nyamuk disekitarnya ikut meramaikan apa yang terjadi. Hingga hembusan angin yang tak tahu berasal dari mana ikut terdengar.

"Ehm..," dehem Dhita dengan suara pelan, lalu ia meraih uluran tangannya itu dan lanjut berkata,"sa-lam kenal ju-ga."

Bayangan papahnya yang begituan sama wanita ini tiba-tiba saja terlintas dipikirannya. Dhita bertanya-tanya apakah papahnya melakukan itu juga ketika perjalanan bisnis nya itu. Seketika ia langsung mengarahkan pandangannya ke bawah.

Dhita mengangkat pandangannya dan menyipitkan matanya, ke papahnya itu. Jago yang merasa ditatap, langsung mengangkat salah satu alisnya dengan berkata,"apa?" tanpa ada suara. Dhita seketika menghembuskan nafasnya pelan.

Dhita mengangkat kedua bahunya sekejap, diakhiri ia melenggang pergi ke kamarnya. Tak lupa sebelum ia melenggang pergi, ia menundukkan kepalanya memberi hormat perpisahan kepada mereka.

Setibanya di kamar, tubuh yang kecilnya itu ia rebahka diatas kasur king sizenya. Hari ini merupakan hal yang luar biasa dengan kejadian-kejadian yang telah hadir padanya. Mulai dari teman kelasnya bernama Ganiya menatapnya tajam, papahnya yang datang dari sekian lama kerjanya, hingga calon ibu baru yang tiba-tiba datang ke hidupnya. Rambut yang awalnya rapi dan bersih ia campurkan keberbagai arah. Ia malas untuk memikirkan lebih, memilih diam dengan mata tertutup, berharap itu akan mereset semua kejadian lalu bangun dengan kesiapan dirinya akan hal yang ada.

Dalam diamnya ia dikejutkan sesuatu yang bersuara. Tiap tiupan angin yang ada disekitarnya ia rasakan juga. Lalu seketika itu ia mendengar seseorang memanggilnya.

Dhita...dhita...dhita~

Seperti suara bisikan namun terdengar jelas dan keras padanya. Ia buka mata lebar-lebar, untuk melihat apa yang terjadi.

Dinding bebatuan tertampak di langit atas kali ini. Berbagai tanaman menempel berwarna hijau menghiasinya. Setiap inci dari tempat yang ia hinggapi sekarang terdapat banyak sekali serangga dan kawan-kawan kecil lainnya ikut meramaikan kehadirannya di dalam lorong ini.

Dhita mencoba bangkit, namun seketika ia mendengar kembali suara itu. Ia tidak tau apa maksud dari suara ini. Sehingga ia memberanikan diri mengitari lorong ini.

Di tengah-tengah perjalanan ia menemukkan sebuah cahaya kecil diujung sana. Menghampirinya adalah sesuatu yang dikatakan oleh otaknya. Sesampainya, ia disuguhkan sebuah kesejukan. Pemandangan dinding bebatuan, di tengahnya terdapat sebuah arca wanita dengan pakaian kerajaannya lengkap hingga ke mahkotanya. Arca itu memeluk dirinya sendiri namun dalam keadaan berdiri. Diatas arca tersebut terdapat sebuah kalimat dengan aksara Jawa. Ia mencoba membacanya, namun suara-suara itu kembali kepadanya.

Dhita....Dhita~

Bulu kuduknya berdiri. Namun dengan pendiriannya ia ingin melihat siapa dan apa yang memanggilnya. Ia mencoba mengarahkan dirinya ke belakang dan...

Langit-langit hijau, beserta lampu kuning yang masih menyala menyambutnya. Ia mencoba menyadarkan kembali apa yang sedang terjadi. Matanya berkeliling sekitar, dan ia masih di istananya.

Zrrrr...zrrrr

Getaran handphone milikinya membangunkan otak kosongnya. Ia meraih dan mencoba apa yang sedang merasukinya. Terdapat 10 notifikasi spam dari Teman Ungu, Andini. Ia meminta beberapa catatan yang ia belum catat dimilikinya. 'Dasar ni anak' batinnya

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 25, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ANDHITA : KEBANGKITAN KEEMPATWhere stories live. Discover now