10

525 45 7
                                    

Seoul, South Korea
2006

"Lihat ini," Shin Gae In, gadis berambut panjang dan terlihat mengenakan blouse berwarna abu-abu itu tersenyum lalu memperlihatkan sebuah berita yang terdapat di salah satu halaman majalah yang sedang ia baca kepada seorang gadis yang sedang duduk di depannya. Tapi, senyum cerahnya luntur ketika mendapati Yuna, gadis yang ia ajak bicara, tidak juga merespon dan malah sibuk dengan sebuket bunga mawar dan selembar kartu ucapan di tangannya.

Ya. Selama beberapa hari belakangan ini, hampir setiap hari pasti saja ada yang selalu meletakkan sebuah buket bunga dan sebuah kartu ucapan di depan rumah Yuna. Dan sampai saat ini, gadis itu tidak mengetahui siapa pengirimnya. Begitupun hari ini, saat ia hendak berangkat ke kampus, ia menemukan kedua benda itu sudah tergeletak begitu saja di depan pintu rumahnya. Untuk itu akhirnya ia membawanya ke kampus.

"Park Yuna, kau mendengarku tidak?"

Yuna yang masih berusaha mencari tahu identitas si pengirim bunga dan kartu ucapan itu dengan cara membaca kartu di tangannya itu menoleh ke arah Gae In, sahabatnya sejak SMA yang kebetulan juga masuk ke universitas dan kelas yang sama dengannya, dengan pandangan bertanya. "Ada apa?" tanyanya.

"Coba lihat ini. Dia tampan sekali bukan?" tanya Gae In seraya menunjuk seorang lelaki yang gambarnya terpampang di majalah yang sedang dipegangnya. "Aaahhh, Rain Oppaa," serunya lalu memeluk majalahnya. Hal itu membuat Yuna menggelengkan kepalanya melihat tingkah kekanak-kanakan sahabatnya itu.

"Ne. Gae In-a," ucap Yuna. "Dia memang tampan. Tapi sayang, di mataku ia terlihat biasa saja." [Iya]

Gae In membulatkan matanya saat mendengar ucapan Yuna. "Mwo? Aktor setampan ini kau bilang biasa saja? Yang benar saja. Apa kau sedang demam? Atau matamu sedang bermasalah?" [Apa?]

Yuna menggelengkan kepalanya seraya menggelengkan kepalanya untuk menanggapi tingkah sahabatnya yang kadang suka berlebihan seperti ini. "Aku baik-baik saja."

"Lalu kenapa kau bilang seperti itu? Apa kau tidak mau mempunyai kekasih seorang aktor sepertinya, eo?"

Yuna tersenyum lalu kembali meggelengkan kepalanya. "Aniya. Aku lebih menyukai mempunyai kekasih yang bekerja sebagai seorang penyanyi dari pada seorang aktor." [Tidak]

Gae In mengerutkan keningnya tidak mengerti. "Jinjja? Waeyo?" tanyanya. [Benarkah? Kenapa?]

Yuna terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Gae In. "Karena menurutku, akan lebih romantis saat mendengarkan kekasihku bernyanyi untukku, daripada melihatnya sedang mencium perempuan lain. Ya walaupun aku tahu itu cuma akting dan bagian dari pekerjaannya, tapi tetap saja menyakitkan."

Gae In mengangguk mengerti. "Jadi kau ingin memiliki seorang kekasih yang berprofesi sebagai seorang penyanyi?" tanyanya kemudian.

"Mungkin saja," jawab Yuna tidak peduli, kemudian kembali membaca kartu ucapan bertuliskan namanya yang semakin membuatnya penasaran dan ingin segera mengetahui siapa pengirimnya.

Mendengar percakapan itu, seorang lelaki yang sedang duduk tak jauh dari meja tempat kedua gadis itu berada menatap ke arah sahabatnya yang sedang asyik memakan kue rasa strawberry dan juga susu rasa strawberry kesukaannya.

"Hyung," panggilnya.

Lelaki yang dipanggil dengan sebutan 'hyung' dan masih sibuk dengan kue-nya itu merespon sekenanya. "Hmm?"

"Kau masih menyimpan lembar pendaftaran audisi agensi yang kau terima seminggu yang lalu itu kan, Hyuk Jae hyung?"

Hyuk Jae mengangguk. "Masih. Untuk apa?" tanyanya tidak mengerti. "Bukankah kau bilang tidak tertarik dengan hal seperti itu, Kyu?"

Lelaki yang dipanggil dengan nama Kyu itu tersenyum. Ia menggelengkan kepalanya perlahan. "Aku berubah pikiran, hyung. Sekarang aku ingin menjadi seorang penyanyi."

"Jinjja?" [Benarkah?]

Kyuhyun mengangguk. "Jadi, ayo kita sama-sama mendaftar ke sana, Hyuk Jae hyung."

Hyuk Jae mengangguk senang. "Baiklah," serunya bersemangat.


_____________________

Visual : Shin Gae In
Edited. 30.04.2017

My Happiness Is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang