Yura menyusuri jalan setapak, berjalan kaki pulang karna tak ada yang bisa dia tumpangi. Terlebih lagi hpnya ketinggalan. Ivone juga sudah pulang duluan karna ada urusan keluarga yang mendadak.
"Bundaa, mau pulang ga mau disinii." Ucap Yura, ia kangen kehidupan lamanya yang hanya dipusingkan dengan tugas saja. Sedangkan di dunia fiksi ini ia harus memikirkan banyak hal terutama plot novel yang tidak bisa ia tebak.
"Mana gue kena sial Mulu disini, apalagi kalau ketemu si mata empat itu. Pasti ada aja musibah yang gue alamin."
Melihat ada bangku dipinggiran trotoar, Yura langsung mendudukan dirinya disitu. Beristirahat sejenak.
Ingatannya kembali mengulang kejadian yang dialaminya disekolah.
Flashback on
"Lo ikut gue!"
Pergelangan tangannya, dicengkeram dengan kuat."Bira Lo apa-apaan sih, maen narik aja." Yura memegang tangan Bira, yang mencengkram tangannya. Bermaksud melepaskan tapi tenaganya tak cukup kuat melawan Bira.
Tibanya didepan ruang osis, Bira membuka pintu sembari menarik Yura untuk ikut masuk.
Anak-anak osis langsung menoleh kearah pintu masuk, dimana berdirinya dua manusia berbeda gender itu. dengan Bira yang masih memegang pergelangan tangan Yura.
"Hari ini kita ga jadi rapat, kalian semua boleh keluar." Ucap Bira menyuruh, anggotanya keluar dari ruangan.
Melihat semua anggota OSIS keluar, Yura pun mau ikut keluar. Tapi tangannya sudah ditarik oleh Bira duluan.
"Gue bukan nyuruh Lo yang pergi, duduk." Perintah bira, lalu dia pun ikut duduk menghadap Yura.
Bira memandang gadis didepannya, yang dengan santainya duduk sambil melipat kedua tangannya.
"Mau Lo apa? bawa gue kesini."
"Lo ga ada merasa bersalah banget ya Ra, Lo baru aja bikin orang luka. Tapi bisanya Lo santai aja kayak gini tanpa minta maaf." Bira tak habis pikir ada orang seperti Yura, dia mencelakai seseorang tapi bersikap biasa saja.
"Gue tau lo cemburu, karna Tara bisa dengan mudahnya narik perhatian abri. Sedangkan Lo udah banyak cara tapi ga bisa dapetin perhatian abri. Jujur Gue kasian liat Lo"
Yura menganga sembari mengernyitkan alisnya, apa katanya dia cemburu dengan tara. Ga ada hal yang lebih menarik apa dari itu.
"Dengar ya Bira, gue ga minta maaf sama Tara, itu karena Lo bawa gue kesini! Dan satu lagi jangan memutar balikkan fakta ya. Lo yang cemburu karna kalah start dari Abri. Malah nuduh gue yang cemburu."
Yura tersenyum miring meremehkan Bira, dengan masih melipatkan tangannya.
"Gue lebih kasian sama Lo, yang ga berani berjuang sama sekali. Seenggaknya gue ada usaha untuk bisa sama abri, sedangkan lo? Pengecut banget jadi cowok."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑴𝒆𝒆𝒕 𝑰𝒏 𝒕𝒉𝒆 𝑵𝒐𝒗𝒆𝒍
RandomRema nasandria, dirinya hanyalah mahasiswi biasa yang pusing akan tugas kuliahnya, dia baru saja menginjak semester 4. Tapi itu sudah membuat kepalanya pusing sampai rasanya ia ingin menghilang saja. "Gue mau pindah ke Pluto aja, yang ga ada namanya...