40.

28K 2.4K 493
                                    

Tiffany merapihkan penampilannya sebelum keluar dari dalam bilik kamar mandi, mengoleskan sedikit lipstick dibibir pinknya, setelah merasa sudah rapih dari sebelumnya ibu anak tiga itu segera keluar dari kamar mandi.

Wanita cantik itu mendekat kearah putra bungsunya yang tengah asik bermain ponsel diatas brankar, dengan sebagian tubuhnya yang menyender didada bidang Jeffrey.

Saat ini keadaan Jeno terbilang sudah lebih baik dari yang sebelumnya, efek samping dari medical check up yang diikutinya membuat tubuhnya yang baru pertama kali seumur hidup merasakannya sangat tidak main main.

Jeno engga bisa terlalu banyak bergerak bebas, ia sering tiba tiba meringis ketika sedang tertidur atau bermain ponsel diatas brankar, nyeri dan linu ditubuhnya suka mendadak muncul.

Bahkan, Jeffrey pun, sangat berhati hati ketika menggendong koala putra bungsunya, karna takut menyentuh area tertentu yang menjadi salah satu area sakitnya.

" Papah tidur? " Tanya Tiffany, pelan seperti berbisik.

Jeno mendangak melihat sang papah yang sedang terpejam, walaupun dilihat dari angle bawah wajah tampan Jeffrey tak bisa dikalahkan dari angle apapun, rahangnya begitu tegas serta hidungnya yang sangat mancung.

" Iya, kayanya. " Jeno mengangguk kecil, lalu melanjutkan bermain ponselnya.

" Besok gimana, kamu udah mulai tesnya Jev? "

" Iya, ternyata dipercepat jam satu siang "

Tiffany mengangguk mengerti, lalu duduk dipinggir brankar.

" Jev, kalau engga keterima dinegri, kamu mau ambil dimana selain jogja? "

" Mau ikut eyang sama uti "

" kekorea? "

Jeno menjawab dengan anggukan tanpa ragu.

" Misal kalau bunda minta sama kamu untuk engga kuliah boleh? "

Pertanyaan Tiffany membuat sih bungsu memberhentikan bermain ponselnya.

Pertanyaan sang bunda persis seperti pikiran Jeno beberapa minggu ini, tak heran mengapa akhir akhir ini Jeno sering mengalami gejala pusing akibat terlalu memirkan hal hal yang menyangkut kuliahnya, ditambah sang bunda dan keluarga barunya yang benar benar pasti akan melarangnya.

" Bun, kenapa? "

" Korea itu jauh, bunda engga mau kamu kemana mana Jev. "

" Tapi bundaa, Jeno mau kuliah, Dewa, Ardan, Haikal mereka lagi coba tes buat masuk ke universitas negri, sama kaya Jeno "

" Iya bunda tau sayang.. tapi bunda engga mau Jevano jauh dari bundaa, Jevano boleh kok kuliah tapi jangan jauh jauh dari bunda, kamu bisa ambil universitas swasta yang ada didekat rumah mau? "

Jeno terdiam, ia bingung harus menjawab apa, dirinya sangat labil untuk situasi saat ini.

Satu sisi ia sangat sayang dengan sang bunda dan juga dirinya memang sebenarnya tak bisa jauh dari sang bunda. Namun di sisi lain, Jeno juga ingin berkuliah seperti ketiga sahabatnya, menempati gedung perkulihan yang sangat dirinya impikan dari dulu.

" Jeno coba tes dulu bun. " Jawab Jeno, membuat Tiffany langsung tersenyum simpul kepada putra bungsunya.

" Badan kamu gimana masih sakit? " Tiffany mengalihkan pembicaraan.

Jeno mengangguk kecil, badannya memang sudah tidak sesakit pas awal, tapi masih terasa sedikit nyeri diarea tertentu.

Tiffany menangkup wajah Jeno dengan kedua tangannya, membuat kedua pipi Jeno menyatu dan bibir mungilnya yang semakin cemberut lucu.

Jevano WilliamWhere stories live. Discover now