Sembilan Belas

6.5K 1K 54
                                    

Ada yang aneh dengan Bianva hari ini.

Dia memperlakukan Elona lebih baik dari biasanya, bahkan mentraktirnya untuk makan siang bersama. Dia juga minta maaf pada Elona dengan sangat tulus sampai menangis, bukan hanya Elona yang meras aneh, teman-teman Bianva juga merasakan yang sama, tidak mungkin gadis dengan harga diri setinggi langit itu meminta maaf atas perbuatan yang ia lakukan hanya untuk bersenang-senang.

Elona adalah gadis yang naif, ia menerima permintaan maaf Bianva dengan senang hati yah meskipun dia menerimanya hanya untuk formalitas, sampai kapanpun Elona tidak akan pernah memaafkan Bianva. Hampir dua tahun Bianva menekan Elona, mana mungkin ia bisa menerima permintaan maaf Bianva begitu saja.

"Lo tahu kan besok gue ultah," ujar Bianva tiba-tiba.

"I-ya, aku tahu." Elona menjawab sekenanya.

Bianva tersenyum. "Satu sekolah gue undang, lo juga."

"Makasih,"

Bianva memberikan sebuah Paper Bag kepada Elona. "Datang yah besok, nih gue siapin baju khusus untuk lo, gue tahu lo engga punya Dress bagus, pengertian banget kan gue?"

Elona mengangguk, ikuti saja permainan gadis ini, jangan buat masalah. "Iya, sangat." Ketiga teman Bianva tertawa kecil ketika mendengar jawaban Elona. "Tapi karena acaranya malam, mungkin aku engga bisa datang."

Sudah hampir 2 Tahun lamanya ia di rundung. Rasanya ia sudah mati rasa, tidak peduli apapun yang ia lakukan, tidak ada yang membantunya. Elona membiarkan Bianva membawanya kemanapun itu, terserah Elona tidak peduli, setiap kali Bianva menyakiti dirinya hanya satu hal yang Elona harapkan.

Semoga semuanya cepat selesai.

Dia tidak tahu lagi harus bagaimana, karena apapun yang ia lakukan kenyataan tidak pernah berjalan lancar.

Elona sudah mati rasa dan Bianva tidak peduli itu.

Rasanya sakit, namun percuma Elona mengeluh tidak ada yang peduli.

Jadi ia lebih memilih diam, diam, diam dan diam.

Terserah Bianva.

Mungkin gadis itu akan berhenti menyakiti nya jika ia mati tapi, jika Elona berhenti disini, siapa yang akan mengurus Ares.

Ares adalah alasan Elona untuk bertahan, jika tidak ada Ares sudah lama Elona memiliki mengakhiri hidupnya. Tidak ada yang menginginkan Elona di dunia ini, tidak akan ada yang menangis jika ia pergi.

"Kenapa?" Bianva merunduk sedih. "Padahal gue pengen banget lo datang, lo kan teman dekat gue." Kenapa dia santai sekali ketika mengatakan sebuah kebohongan.

Elona mengigit bibirnya. "Aku harus jaga adik aku, dia sakit." Semoga dengan alasan ini Bianva akan melepaskannya, jujur Elona tidak mau pergi tapi, siapa yang akan mendengarkan pendapatnya, tidak ada yang mau mendengar.

Elona tidak bebas berpendapat bahkan hanya untuk kepentingan dan kenyamanan sendiri.

Bianva mengambil semua itu.

Gadis itu tiba-tiba bertepuk tangan. "Oh! Ajak adik lo, di sana banyak makanan enak dia pasti senang."

Elona tersenyum bahagia, kalau alasannya adalah Ares ia selalu bahagia. "Boleh?"

"Boleh dong." Bianva merangkul bahu Elona. "Lo wajib pakai Dress pemberian gue yah, gue yakin lo pasti cantik banget." Ekspresi wajah Bianva sedikit jijik ketika mengatakannya, ia berusaha menyembunyikan namun, Elona tahu.

Elona tidak mendengarnya, di kepalanya terbayang ekspresi wajah Ares ketika melihat makanan lezat. "Iya." Ia tidak akan kesepian disana jika ada Ares.

Ia bisa bermain-main bersama Ares.

Your Guardian Angel (The End)Where stories live. Discover now