Satu.

293 8 0
                                    

Suara sorakan serta tepuk tangan meriah menggema ke seluruh sudut sekolah begitu tim cheerleaders SMA Juana menyelesaikan penampilan mereka.

Senyum lebar dari seorang gadis yang masih diangkat oleh rekan tim nya belum kunjung luntur. Ia merasa bangga akan dirinya, juga teman-teman nya karena semuanya berjalan dengan lancar.

Termasuk senyum sang kekasih yang tengah berdiri di pinggir lapangan, menonton aksi gadisnya sejak detik pertama. Pandangan matanya pun sama sekali tak berpaling ke mana pun, ia hanya mengunci tatapan dalam itu ke gadis bernama Ashel.

Ya, Ashel namanya. Lengkapnya Adzana Shaliha. Singkatnya dipanggil Ashel. Hanya Ashel yang menarik menurut laki-laki itu.

Setelah beberapa detik, Ashel dan dua orang lainnya diturunkan dari formasi. Mereka berbaris memanjang untuk mengucapkan terima kasih sembari membungkuk sebelum bubaran.

Dari tempat yang sama, Zee menyodorkan kedua jempol nya kepada Ashel saat Ashel meninggalkan lapangan. Zee juga mengusap puncak kepala Ashel. Keduanya saling melempar senyum.

Azein Asadel, lebih akrabnya dipanggil Zee. Dia anak basket. Seangkatan sama Ashel, hanya saja beda kelas dan jurusan. Bisa kalian tebak bagaimana awal mula Ashel dan Zee bisa dekat bahkan sampai berpacaran seperti sekarang.

Ashel dan Zee adalah murid yang sangat famous di SMA ini karena pesona yang mereka miliki masing-masing. Banyak siswa yang tak heran kenapa mereka berdua akhirnya menjadi pasangan, karena memang cocok. Meskipun banyak siswa juga yang patah hati, apalagi yang diem-diem naksir mereka.

Hari ini tidak ada kegiatan belajar. Hanya diisi oleh demo ekskul. Jadi, para siswa di sini bebas berkeliaran di area sekolah. Biasanya sih, setelah jam 1 siang dibubarin.

"Kamu keren, Shel. Selalu."

Yang dipuji begitu berusaha menyembunyikan senyum nya, namun gagal. Ashel paling gak bisa nutupin salah tingkah nya. Kedua sudut bibirnya auto ketarik ke atas.

"Mau makan gak? Laper gak?" Tanya Zee.

"Lumayan. Mau sih tapi aku ngumpul sama anak cheers dulu sebentar, ya? Biasa briefing sedikit."

"Aku pesenin sekalian aja kalo gitu. Mie goreng bakso?"

"Iya. Ga pake-"

"Ga pake seledri. Sambel nya dua sendok, gak pake saos. Kasih kuah sedikit? Keren 'kan aku?"

Ashel menjentikkan jarinya. Tebakan Zee benar semua. "Makasih, sayang."

Zee mengangguk. "Aku duduk di tempat biasa, ya."

"Boleh gak sih aku minum es teh? Seger banget deh babe keknya. Tenggorokan ku kering banget sumpah."

Lelaki itu tampak berpikir sejenak. "Kapan kamu terakhir kali minum minuman sejenis itu?"

"Dua minggu lalu. Kamu yang beliin aku hazelnut choco waktu itu!"

"Masa, sih? Bentar aku inget-inget dulu..."

Ashel berdecak sebal. Selalu seperti ini. "Azein Asadel."

Mendengar Ashel menyebut nama lengkapnya dengan nada kesal, Zee terkekeh. "Iya iya yaudah es teh iyaaa. Kali ini aja lho. Ya?"

Zee memang sangat protektif akan makanan atau minuman yang rasanya manis. Zee sendiri kurang suka sama rasa itu. Berbanding terbalik dengan Ashel yang kerap kali beli es teh setiap istirahat, atau kalau lagi kalap, ia bisa minum sekaligus dua gelas hazelnut choco.

Terlebih Mommy nya Ashel punya toko pastry & bakery yang mana pasti disediakan berbagai macam kue manis. Jadi bisa dibilang Ashel cukup maniak akan gula.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 15, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ADELINOWhere stories live. Discover now