2.46

357 55 50
                                    

Selamat membaca!

.

.

.

.

.

Helaan napas penuh kekecewaan menyebar di udara seiring tubuh bergerak ringan, menandakan kegelisahan yang mendalam. Ujung kaki tanpa sadar menghantam meja selama beberapa kali. Satu demi satu seruan namanya diabaikan, membuat pihak lain merasa kewalahan menghadapi jiwa lelaki tampan yang berada di tempat lain meski raga tidak pernah pergi dari depan mata.

Seolah perilaku dapat menular, helaan napas panjang saling bersahutan. Lelaki manis itu merasa lelah hingga sedikit amarah berhasil meracuni hatinya. Sendok yang diangkat tinggi-tinggi pun mendarat tidak wajar, mengenai kotak bekal hingga menimbulkan bunyi tabrakan yang mengejutkan. Dia memijat pangkal hidung demi mendorong rasa pening ke titik terendah. Bersamaan dengan itu, suara lembut mengalir, tetapi kelembutan ditutupi oleh nada dingin yang mematikan. "Jika tidak ingin makan, pergi dari ruanganku."

Baru di saat itulah titik fokus Chen Yu kembali. Dia takut setiap kali diusir, tetapi dia juga tidak tahan untuk tidak tenggelam dalam pikiran lain. Dengan demikian, dia segera meraih tangan kanan Gu Wei. Kemudian, kembali meletakkan sendok di dalam genggaman tangan tersebut sembari berkata penuh penyesalan, "Baobei, suapi aku."

Ada apa dengan kata 'baobei' itu? Dikatakan dalam nada yang lembut pula. Sayangnya, kali ini Gu Wei tidak akan luluh dan tidak akan mudah dibujuk. Dia telah diabaikan sebanyak puluhan kali sehingga tidak ada kesempatan lagi bagi Chen Yu. Dia tidak akan melonggarkan hati sedikit pun. "Tuan Wang, sebaiknya kamu pergi."

Chen Yu benar-benar menyesal. Selama ini, Gu Wei selalu lemah dalam menanggapi segala jenis rayuannya. Setiap kali masalah datang, dia hanya perlu merayu sedikit maka masalah akan terselesaikan sampai ke akar. Kali ini, dia tahu masalah tidak sesederhana itu sehingga mulai memutar otak untuk kembali membujuk, "Baobei … aku salah. Aku salah telah mengabaikanmu. Tolong beri aku keringanan, hum? Jangan terlalu keras pada anak kecil ini."

Sebenarnya, Gu Wei sudah sedikit luluh. Namun, dia tetap bersikap seakan-akan kesalahan kecil Chen Yu sama sekali tidak pantas mendapatkan pengampunan. "Pergi dari sini dan renungkan semua kesalahanmu!"

Jika kalimat tersebut telah dikemukakan, Chen Yu tidak memiliki akal lain selain mendekap Gu Wei dengan penuh ketakutan, bahkan sudah ada getaran yang mengguncang tubuhnya. Bagian wajah ditenggelamkan pada ceruk leher sang kekasih, terkesan bahwa dia tidak lagi memiliki semangat untuk menghadapi dunia. Tanpa diketahui, Chen Yu bertindak demikian untuk menghirup aroma manis yang menguar dari tubuh Gu Wei. Dia secara ringan menjilati leher lelaki manis itu seperti seekor anjing yang tengah bermanja ria bersama sang majikan.

Pada detik berikutnya, anjing licik itu kembali bergumam dengan nada yang sangat parau, "Baobei … maafkan aku, hum?"

Gu Wei yang merasakan nafsunya telah naik ke ubun-ubun mau tidak mau memberikan pengampunan secara cuma-cuma. Dia tahu kapan harus melunak. Dia tidak sanggup untuk terus berkeras hati sebab rangsangan dari pihak lain akan semakin bertambah. Dia tidak ingin membiarkan si pengkhianat yang berada di antara dua kakinya semakin terjaga. Bagaimanapun, dia adalah lelaki dewasa yang juga membutuhkan kepuasan seksual. Hanya saja dia harus menahan agar tidak dianggap sebagai binatang tua yang berusaha mencari keuntungan pada anak kecil. Dia harus menunggu sedikit lebih lama lagi. Lagi pula, dia masih belum menentukan siapa yang akan berada di atas dan siapa yang di bawah.

Gu Wei secara alami melepaskan tubuh mereka. Menugaskan tangan untuk membelai wajah sang kekasih yang tengah dilapisi kesedihan. Dia tahu bahwa bukan hanya satu masalah yang ada di pikiran Chen Yu. Mulanya, dia tidak ingin bertanya sebab ingin lelaki tampan itu terbuka atas keinginan sendiri. Namun, bibir ranum terasa gatal untuk tidak bertanya ketika telah melihat kegundahan yang sama selama beberapa hari ke belakang, "Tidak mau bercerita?"

THE GLOOM S.2 (YIZHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang