Tokoh-tokoh:
Banyak sekali, males ngetik namanya satu persatu 🙏😂
***Istana Pulau Berhala
Hari itu Dewa Iblis secara mendadak mengumpulkan seluruh orang-orangnya, termasuk dengan para prajurit-prajurit nya, prajurit -prajurit itu memakai pakaian khas yakni sebuah zirah dengan pelindung kepala seperti tengkorak. Jumlah Prajurit itu hanya 600 orang, tetapi meski sedikit, kemampuan rata-rata prajuritnya diatas nalar, yakni 1 banding 20 pasukan kerajaan biasa, hal itu karena kerasnya didikan dan tempaan yang diberikan oleh Dewa Iblis. Tak hanya prajurit biasa itu, di lapangan agung itu ada satu barisan yang ternyata diisi seratus tokoh dunia persilatan. Diantara seratus orang itu terdapat Timur Agung dan Empu Barata, juga si Hantu Kubur. Astaga ternyata Dewa Iblis telah berhasil mengumpulkan pendekar-pendekar tangguh untuk memenuhi mimpinya membentuk Seratus Prajurit Iblis, dan upacara itu sendiri bertujuan untuk merayakannya
Dewa Iblis berdiri diatas satu mimbar yang dipenuhi tulang belulang manusia, di sebelahnya berdiri orang-orang kepercayaannya, termasuk Dewi Ular, Iblis Bunga, Maut Biru dan Maut Hitam, juga Satra Dirgantara, sang putera yang berdiri di paling pinggir.
"Saudara-saudaraku, hari ini adalah hari bersejarah bagi kita. Hari yang menjadi titik kebangkitan kita menuju kegemilangan. Selama ini dunia di penuhi oleh golongan-golongan putih yang munafik, berkedok kebaikan namun memiliki kekejian tersembunyi, ada yang menjadi raja dengan menyengsarakan rakyat, ada yang saling merampas hak orang lain untuk kepentingan pribadi, seperti yang pernah kualami, aku dikhianati adikku sendiri, tahta ku dirampas, bahkan perempuan yang paling ku cintai juga ikut direnggutnya. Oleh sebab itu, mari kita tumpas orang-orang munafik itu, kita tunjukkan pada mereka bahwa golongan kita bisa membawa manusia menuju kehidupan yang lebih baik. Hari ini Seratus Prajurit Iblis telah terbentuk, saatnya memberi penghormatan dan penyambutan kepada mereka" selesai bicara Dewa Iblis menjentikkan jarinya, tiba-tiba saja di depan tiap wajah Seratus Prajurit Iblis muncul masing-masing satu buah cangkir yang berisi minuman berwarna merah.
"Nah Seratus Prajurit Iblis Perkasaku, teguklah minuman itu, anggap itu anggur terlezat di dunia"
Mendengar perintah Dewa Iblis itu, laksana kerbau dicocok hidungnya, Seratus Prajurit Iblis ambil cangkir yang melayang-layang di depan wajah, seratus mulut membuka dan gluk gluk gluk, cairan itu di teguk.
Terjadilah satu pemandangan menggidikkan, bagaimana Seratus Prajurit Iblis menunjukkan perubahan wujud yang diluar dugaan, di kepala mereka tumbuh sepasang tanduk, dari sela bibir mencuat sepasang taring, juga dari ujung sepuluh jari menyeruak kuku cakar panjang, setiap wajah berubah menjadi semerah darah, hingga membuat seratus Prajurit Iblis tak ubahnya bertopengkan darah.
"Hahahaha Seratus Prajurit Iblis, kalian telah meneguk darah iblis, maka sekarang kalian telah menjadi bagian dari iblis" Seru Dewa Iblis sambil mengangkat kedua tangannya yang mengepalkan tinju.
"Sekarang sudah saatnya kita mulai. Mari kita taklukkan dunia!" Ucap Dewa Iblis berapi-api.
Pengikutnya menyambutnya dengan semangat gegap gempita.
Hari itu jugs berangkat lah mereka semua meninggalkan Pulau Berhala dengan menggunakan kapal-kapal besar, pulau itu nyaris kosong, hanya meninggalkan para dayang dan juga pengabdi tua renta.
Target pertama mereka adalah dua kerajaan terdekat, yaitu Kerajaan Talawi dan juga Kerajaan Nusa Mutiara. Sengaja mereka menyerang dua kerajaan itu karena untuk mengambil prajurit tambahan, para prajurit dari kedua kerajaan itu akan mereka taklukan dengan ajian Tenung Iblis hingga menjadi pengabdi mereka. Rombongan di bagi dua, Dewi Ular akan memimpin penyerangan ke negeri Talawi, sedangkan Dewa Iblis langsung menuju Kerajaan Nusa Mutiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]
Historical FictionDi dunia persilatan sudah menjadi hukum tak tertulis bahwa seorang guru tidak boleh saling jatuh cinta dengan murid sendiri, apalagi jika guru dan murid itu sesama pria, maka gegerlah dunia persilatan. itulah yang dialami oleh Wisnu Dhanapala, seora...