24. Hide and Seek

621 169 88
                                    




Voter ke berapa nih?

Gimana, cakep gak kover barunya AFJ? hehehehe





Pintu kamar Jane yang August tutup berdebum lirih di belakang punggungnya. Napas pria itu terembus besar dan berat. August mengedip perlahan dengan rahang dikeratkan sesaat. Terlambat menyadari, ekor mata August menangkap seseorang yang tengah menatap padanya di balik gaun tidur sutra lengan panjang berwarna hitam tepat di depan pintu kamar Eden.

"Vergamo?" August terkejut, matanya menatap penuh curiga saat mendekat perlahan. "Apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana caramu bisa masuk?"

Jasmine menyugar santai rambutnya, pupil seabu-abu kromium itu praktis tak mempermasalahkan pertanyaan August dan bagaimana ia tertangkap basah. "Jane memberiku kode pintunya dan aku datang ke sini hanya ingin melihat Eden."

Tangan Jasmine yang memegang gagang pintu berhasil dicengkeram August hingga wanita itu menoleh.

"Kau pikir aku akan percaya?"

"Memangnya kepercayaanmu penting untukku? Buat apa?"

August jelas-jelas terkenal memiliki sumbu kesabaran paling tebal di antara enam saudaranya. Di saat orang-orang hanya berani memutus satu benang kesabaran, entah kenapa berhadapan dengan Jasmine membuat August merasa wanita itu menggunting nyaris semua ketenangan yang ia punya. August menarik tangan Jasmine, mendorong salah satu pundaknya hingga si pemilik mata tegas itu tersudutkan pada tembok.

Kala August hendak membuka mulut dan bersuara, langkah dari kamar Jane sukses membuat keduanya menoleh. Dalam hitungan sekon August menarik tangan Jasmine dan masuk ke dalam kamar Eden. Debum pintu itu terdengar bersamaan derit pintu Jane yang dibuka.

"Tuan August? Saya mendengar ada yang berbicara."

"Hanya aku, Jane. Sedang di kamar Eden. Kembalilah tidur."

"Oh, begitu, ya... Baik, Tuan August."

Saat suara pintu lain berdebum, August terlihat mengembuskan napas besar. Jasmine merasakan mulutnya dibungkam dengan telapak tangan yang besar, sementara dadanya sedikit terjepit oleh tubuh bidang August. Matanya, hidungnya, garis rahangnya, dan lehernya, Jasmine dipaksa untuk melihat pemandangan August Harrington begitu saja.

August tercengang, melihat seberapa cepat semua terjadi dan apa yang telah ia lakukan. Jasmine ia sudutkan sekali lagi pada belakang pintu, tangan August terasa lembab saat menyentuh bibir Jasmine yang hangat. Sama hangatnya dengan apa yang August rasakan bersinggungan dengan dadanya. August refleks melepaskan tangan dan melangkah mundur.

"Sepertinya Tuan August Harrington ini memang senang membungkam mulut. Itu seksi, sih. Tapi aku lebih senang dibiarkan bersuara sebanyak yang aku mau."

Jasmine menyilangkan kedua tangan di depan dada. Gaun tidurnya yang sedikit berpotongan rendah membuat kedua mata August tanpa sadar mengikuti nalurinya. Jasmine yang menyadari hal itu bergerak lambat ke arah rak tinggi dan mengambil satu handuk besar untuk dilingkarkan pada pundaknya sendiri. Seolah-olah berkata 'ini salahku karena keluar malam-malam dengan penampilan seperti ini' kepada August melalui tindakannya.

August praktis mengabaikan kata-kata Jasmine yang jelas-jelas merujuk pada pembahan yang erotis. Setidaknya, itulah yang August tangkap dari sorot matanya.

"Jangan khawatir, aku memang tidak berniat gaduh." Jasmine mengimbuh. Kedua matanya mengabaikan August dan lebih memilih melihat kamar sang putra dengan sorot yang melembut. "Aku masuk ke sini saja sudah berusaha setenang mungkin. Salahmu sendiri kenapa harus keluar dari kamar Jane. Tidakkah lebih benar kalau kau kembali dari kamar Jane besok pagi?"

August's First July ✅Where stories live. Discover now