5. Bengkel

14 4 0
                                    

Sepulang dari kampus Lia tidak berniat kemana-mana hari ini. Karena cuaca kota Medan yang lumayan terik, membuat Lia ingin meminum minuman yang segar-segar. Dia memakirkan mobilnya tepat di depan warung, turun dari mobil dan melangkah masuk kedalam warung untuk membeli minuman.

Dan, sialnya begitu dia kembali ke dalam mobil berniat untuk menyalakan mesin. Mesin mobilnya tidak menyalah. Entah apa penyebabnya bisa menjadi seperti ini, padahal bahan bakarnya masih terisi penuh. Hal ini membuat Lia menyisir rambutnya kebelakang frustasi.

Butuh waktu sekitar 20 menit lagi untuk sampai di rumah. Lia mengedarkan pandangannya, berharap di sekitar sini ada sebuah bengkel mobil. Beruntungnya dia, karena tidak jauh dari mobilnya mogok ada sebuah bangunan bengkel mobil yang lumayan cukup luas.

Tanpa berpikir panjang Lia kembali keluar dari mobilnya, melangkah menuju bengkel tersebut. Saat kakinya melangkah masuk bengkel, suara berisik mesin menyapanya. Para montir di sana terlihat sangat sibuk dengan pekerjaannya. Lia melihat ada seorang lelaki yang sedang tiduran di kolong mobil, sepertinya dia sedang memperbaiki mesin di sana.

"Permisi, Bang?" Lia memanggil pelan.

Tidak ada tanda-tanda lelaki itu akan keluar dari sana atau bahkan tanda-tanda mendengar suaranya. Suara mesin yang lelaki itu pegang jauh lebih kuat dari suara Lia. Maka dari itu, Lia menunggu hingga mesin itu mati terlebih dahulu. Di saat melihat ada jeda untuk bersuara, barulah Lia memanggilnya lagi.

"Permisi, Bang?" Nada suara Lia sedikit tinggi, tubuhnya dia bungkukan sedikit.

Mendengar suara perempuan yang sepertinya memanggilnya, membuat lelaki itu keluar dari sana. Tampak jelaslah wajah lelaki itu yang penuh dengan oli, cemong, dan berantakan.

"Darpa?" Lia sedikit terkejut karena tidak menyangka jika lelaki itu adalah tetangganya Salsa.

"Lia?" Darpa buru-buru bangkit menyambut kedatangan Lia dengan hormat. "Ada apa kemari?" Sedikit menepuk-nepuk telapak tangannya membersihkan debu.

Jujur saja, Lia sebenarnya ingin tertawa melihat wajah Darpa yang di penuhi oleh oli. Namun, mau bagaimana pun perempuan itu menahan gelak tawanya mati-matian. "Mobilku mogok, apa kau bisa memperbaikinya?"

"Bisa." Darpa menjawab dengan percaya diri serta senyum hangatnya. "Di mana mobilnya?"

"Ikut aku." Lia berjalan keluar duluan menunjukan keberadaan mobilnya yang terparkir tidak jauh dari sana

Saat melihat keberadaan mobil milik Lia yang tidak jauh dari sana, membuat Darpa memanggil orang untuk membantunya mendorong mobil itu untuk sampai ke bengkel.

Seorang lelaki berambut cepak keluar dari ruangan, wajahnya begitu familiar di mata Lia. "Gilang?"

"Lia?" Gilang menyapa, tidak menyangka jika sahabat dari kekasihnya ada di sini. "Ada apa kemari?"

"Mobilku mogok." Lia menunjukan mobil Mercedes Benz miliknya.

Setelah mobil itu telah terparkir rapi di dalam bengkel, Darpa seperti menyuruh Gilang untuk memeriksa mesin mobil menggunakan isyarat matanya. Kini, Gilang-lah yang masuk ke dalam kolong mobil, sedangkan Lia menjatuhkan bokongnya di kursi kayu panjang yang tersedia di sana.

Sesekali terdengar suara mesin yang berisik dari para montir lainnya. Bau oli paling dominan di sini.

"Minum dulu, Lia." Darpa menyodorkan gelas berisi teh hangat.

"Ah, makasih. Padahal gausa repot-repot." Lia tersenyum ramah sembari menerima teh manis hangat itu.

Darpa terkekeh pelan, kemudian menjatuhkan bokongnya di samping Lia tapi sedikit ke ujung karena takut perempuan itu merasa tak nyaman dengan bau tubuhnya yang berkeringat. "Nggak repot sama sekali, kok."

ALLOW ME TO FLY [HIATUS]Where stories live. Discover now