meet him again

11 1 0
                                    



"Cinta itu gak harus memiliki, buktinya kamu pernah pacaran sama yang lain aja aku masih cinta."

****
Di satu hari, tahun 2023.

"Hai, Amerta."

Suara itu sangatlah familiar bagi gadis itu.

Langkah kaki Amerta yang baru saja keluar dari salah satu warung kopi terhenti. Dia terdiam dan menatap sosok yang sudah lama
tidak lihat secara nyata.

Rambutnya tidak gondrong lagi, mengenakan kemeja flanel yang memang sudah menjadi ciri khas si mahasiswa teknik tersebut.

"Hai, apa kabar?" tanya Amerta, berusaha menghilangkan sedikit raut keceriaan supaya lelaki di hadapannya tidak menyadari bahwa Amerta sedang sangat senang.

Jantungnya kembali berdegup kencang. Euforia yang selama ini dia rindukan kini kembali lagi di situasi yang tidak pernah Amerta duga.

"Bisa ngomong sebentar? Kalau kamu enggak sibuk sih."

"Boleh, mau dimana?" jawab Amerta yang memang tidak pernah bisa menolak kehadirannya. Walaupun padahal sudah selalu berjanji akan berusaha abai jika bertemu lagi.

"Ikut aku aja, gak akan lama kok."

Keduanya berjalan tidak terlalu jauh dari warung kopi dan duduk di kursi yang disediakan oleh pedagang kaki lima.

"Aku sama dia kandas, Mer."

Amerta agak kaget mendengarnya, pasalnya hubungan antara Senja dan gadis itu sudah berjalan hampir dua tahun. Bagaimana bisa kandas secara tiba-tiba? Walaupun tidak pernah bertemu secara langsung, tapi Amerta jelas tau bagaimana kisah Senja dengan gadis itu.

"Bukannya semua masih baik-baik aja? Kamu kelihatan bucin banget sama dia."

"Gak seindah yang terlihat di sosial media, Mer." Senja berkata sembari menatap Amerta.

Amerta berusaha mencari kebohongan di mata Senja, namun hasilnya akan selalu sama. Dia tidak pernah berhasil menemukan itu.

Karena selama apapun Amerta mengenal sosok Senja, dia selalu bingung. Senja terlalu rumit, bahkan terkadang Amerta merasa tidak mengenali sosok itu.

Entah karena Senja terlalu pandai menyembunyikan dirinya. Atau Amerta yang tidak berbakat untuk menerka cowok itu, entahlah semuanya masih menjadi tanda tanya.

"Siapa yang putusin?"

"Aku."

Hal itu membuat Amerta lebih tidak percaya. "Kenapa, apa alasan kamu minta putus?"

"Udah terlalu sakit di akunya, Mer. Dia masih berhubungan sama mantannya, padahal kita udah sepakat. Kalau udah menjalin hubungan jangan komunikasi sama mantan lagi. Tapi dia melanggar itu semua. Aku sempat maafin dia sekali, tapi dia mengulang kesalahan yang sama. Aku rasa emang udah waktunya untuk mengakhiri."

Senja kembali menatap Amerta. "Gak nyaman rasanya menjalin hubungan dengan seseorang yang hatinya masih tertinggal di masa lalu."

Amerta menghela nafas, ternyata karena itu?

Jika karena itu alasannya, berarti dapat disimpulkan bahwa Senja memang tidak pernah memikirkan dia lagi semenjak menjalin hubungan dengan perempuan lain.

Kenapa Amerta merasa tidak terima dan menyedihkan seperti ini?

"Terus dia langsung mau pas kamu putusin?"

"Enggak, dia nangis-nangis dan mohon sama aku. Tapi aku udah enggak mau, udah terlanjur sakit akunya."

"Kalau udah gitu jangan sampe balikan lagi, rugi banget sih kalau kamu balikan setelah tau rasa sakit yang kamu dapatkan dari dia."

Senja terkekeh pelan, sampai matanya yang emang sipit menjadi lebih sipit lagi.

"Gak akan, kamu bisa pegang janji aku. Gak akan aku balik lagi sama dia, untuk merasakan sakit yang sama kedua kalinya."

Amerta menganggukkan kepala saja, walau dia merasa ragu akan itu. Mengingat bahwa Senja pernah meninggalkan dirinya untuk balikan dengan mantannya yang lain.

Mengingat bahwa Senja terlalu sering mengingkari semua janji yang pernah dia ucapkan.

"Amerta, apa kabar? Aku kangen banget sama kamu. Gak nyangka kalau kita bakalan ketemu di sini."

Deg.

Amerta benci mendengar kalimat itu.

Tapi tidak berbohong, kalau dia senang sekarang.

SkripshitWhere stories live. Discover now