Chapter 1: Devil dirección

321 117 36
                                    

Mobil hitam dengan beberapa di belakang nya memasuki pekarangan lapas narkotika, Madrid

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mobil hitam dengan beberapa di belakang nya memasuki pekarangan lapas narkotika, Madrid .

Bersama para algojo kedua tangannya di cekal ke belakang, bodyguard dengan penghormatan nya sedikit menunjukkan kepalanya saat ia sudah berada di depan mobil hitam.

Salah satunya Alesio—tangan kanan nya membuka kan pintu belakang penumpang,“Senang bertemu kembali, Señor.” ucapnya saat pria jangkung itu masuk kedalam mobil.

Setelah dirasa Tuannya masuk kedalam mobil dengan aman, seluruh bodyguard nya sigap segera mengikuti nya dari belakang dengan mobil.

Diperjalanan Pria itu menikmati keindahan kota Madrid dengan sesekali memejamkan matanya, tak di sangka ternyata begini rasanya kelaut dari penjara dunia.

“Señor, apakah anda ingin makan terlebih dahulu?” tanya Alesio sambil melihat kaca kecil mengarah ke pria itu.

“Tentu, Alesio. Aku sudah lama menunggu makanan yang lezat, panggil lah Juan dan Maria untuk makan bersama.”

“ Baik, namun sepertinya nona Maria tidak akan bisa hadir.” katanya lagi.

Pria itu sedikit mengalihkan pandangan nya menjadi menatap ke depan sambil menaikan satu alisnya, “Ada apa?” tanyanya.

“Sudah 5 hari nona Maria tidak pernah pulang.”

“Terakhir ia meminta Salgar untuk mengantar nya ke Castellana.” sambung nya singkat.

Setelah mendengar itu, bukanya khawatir dengan keadaan adik nya ia malah membulat kan mulut nya tak peduli.

Mobil yang di tumpangi nya sedikit berdecit dan menampakan bangunan mewah di depannya.

“Sudah lama sekali aku tak berkunjung kesini.” pikirnya sambil memasukkan tangan nya ke dalam saku celananya dengan menghirup dalam dalam udara sore Madrid.

Langkah panjang nya dengan cepat memasuki pekarangan rumah, tanpa mengetuk pintu itu sudah terbuka oleh para maid di sana. Mereka menyambut kedatangannya dengan beberapa sapaan singkat.

“ARES!!”

“Oh anak ku.” teriakkan seseorang dari dalam.

Menolehnya ke belakang matanya menangkap sosok sang ayah yang ditunggu tunggu, tangannya menyambut untuk bersalaman ala pria bersama ayah nya—Castana Leonele Zeus.

Tangan besar Castana pun menepuk nepuk pundak putra sulung nya itu dengan wajah yang berseri penuh rindu, “Bagaimana di dalam sana, huh?”

Ares hanya acuh mengedikkan bahunya, “Tidak buruk, namun cukup sempit.”

“Oh ayolah Ares, kau harus berterima kasih pada Juan kali ini. Dia yang berusaha menghambur kan uang nya demi membebaskan mu dari sana.”

Ares mengabaikan ucapan ayah nya malas yang menyebut nama adiknya—Juan El Castana, memang sebetulnya cukup rumit hubungannya dengan sang kakak banyak perselisihan diantaranya. Tak ayal jika mereka sering melakukan perang dingin antar keduanya, meskipun hanya karena hal kecil.

“Baiklah seharusnya aku tak memberi tahu mu soal ini, Ares. Tapi Ayah serius.” ucap Castana menatap putranya dengan tatapan penuh harap.

“Maria, dia tidak pernah pulang jika tak di seret. Aku mohon padamu untuk membantu agar Maria pulang.”

Sejujurnya Ares sungguh tidak peduli dengan Maria yang akan pulang atau bahkan sekalipun tidak sama sekali, tapi ayah nya ini sungguh merepotkan dirinya. Biarkan lah wanita itu pulang dengan sendirinya, Maria sudah dewasa pikir nya.

Ares sedikit berdecak malas mendengar penuturan Castana, dari awal Alesio memberi tahu Maria tak pulang ke rumah sudah pasti Ayah nya akan memohon padanya untuk menyeret anak perempuan nya pulang. Ini sudah menjadi kebiasaan bagi Castana meminta minta untuk Maria, jika sekali saja ia menolak. Castana selalu mencari cari bukti untuk menjebloskan nya ke penjara.

Ares menghembus kan nafasnya berat,“ Baiklah, sekarang biarkan aku menikmati makanan itu.” ucapnya.

Keduanya bersiap akan menyantap makanan dengan para maid di belakang nya yang menyajikan makanan pada tuan nya,“Apakah kalian bersekongkol untuk tidak menunggu ku?— Hei, kau harus berterima kasih pada ku Ares.” ucap seseorang yang baru saja bergabung di meja makan itu dengan wajah sombongnya.

Ares sudah cukup muak dengan Juan, tak pernah sekalipun ia tenang jika berhadapan dengannya.

“ Hey, santai saja. Aku tak akan menagih hutang Budi padamu. Anggap saja itu tabungan ku.” sambungnya sambil menjentikkan jarinya memanggil maid untuk segera menyajikan makanannya.

Ares sudah tak perduli dengan itu, biarkan lah Juan dengan ucapannya yang sungguh tidak berguna terus berbicara. Ia hanya fokus pada makanannya  dan segera pergi dari tempat ini jika Juan masih terus saja berbicara omong kosong.

“Ares, kamu benar tidak akan mengambil sebagian dari perusahaan?” tanya Castana santai.

Ares hanya menggeleng sambil terus memakan makanan nya, “Kita sudah membahas ini.”

“Tapi ini demi masa depan mu nanti dengan pasangan mu, mau makan apa kau dengan nya?”

“Aku tidak akan menikahi siapapun.”

Castana menggeleng, pembicaraan ini ternyata cukup serius dibicarakan saat sedang seperti ini.

“Bagaimana mungkin? Adik mu sudah akan menikah satu bulan lagi. Kau harus segera mencari pasangan jika ingin mendatangi acara nya.”

“Baiklah, aku tidak usah datang.” final nya.

“ Apa apaan! Tidak ada yang tidak datang di acara ku— kau seharusnya sudah mendapatkan istri di usia mu yang sekarang ini. Bukan hanya mengurusi kartel mu yang katanya akan bubar.”

Ck

Ares berdecak malas, pembicaraan ini sungguh membosankan untuknya. Bukankah tahun lalu ia sudah membahas ini dengan keluarganya, bahwa ia tak akan pernah menikah.

“Klan Castana harus mempunyai banyak keturunan, Ares. Jangan biarkan ini yang terakhir.”

Bukannya menjawab, Ares justru pergi begitu saja melenggang meninggalkan meja makan dengan Castana dan Juan menatapnya dengan tatapan penuh harap.

Bukannya Ares tak ingin memotong keturunan, tapi ayah nya selalu melarang untuk mengadopsi anak panti asuhan. Walaupun memang bukan darah daging nya tapi akan ia anggap dan memasukan ke daftar hartanya.

Sedari kecil ia tak pernah mendapatkan kasih sayang sang ibu, rasa cinta pertama nya tak pernah ada sekalipun seseorang miliki. Ares tak mengenali apa itu cinta, dunianya hanya tentang suara suara merdu yang penuh dengan kesakitan. Itu saja sudah cukup membuat nya jatuh cinta, sehingga menjadi candu dan selalu ingin.

Dengan langkah nya yang menjadi cepat, ia meminta kunci mobil kepada Alesio. Hari ini hari kebebasan nya ia harus merayakan nya dengan benar, sembari memarkirkan mobilnya untuk keluar dari rumah itu tangannya mengotak atik ponsel nya dan menghubungi seseorang.

“Siapkan yang paling mulus, hari ini aku ingin melihat nya menjadi rusak.” ucapnya pada seseorang di sebrang sana.

Mobil itu berhasil keluar dari pekarangan rumah, dengan kecepatan tinggi bak kesetanan ia membelah jalanan Madrid menuju tempat yang dituju.

Diperjalanan banyak sekali yang memakai bahkan hampir menabrak trotoar dengan gaya nya yang menyetir ugal ugalan, tawanya seketika timbul di bibir nya yang sedari tadi menampilkan wajah datarnya.

Tangannya ia perlihatkan memutar tangan nya mengagumi keindahan jari jemari nya yang sebentar lagi akan tiba pada tempatnya.

“Sebentar lagi, kau akan menemukan nya. Sebentar lagi.” seraya mengeluarkan katana kesayangan nya yang tersimpan di pinggir jok tempat duduk nya.

Seringainya yang terpancar di bibirnya dan tatapan yang terlihat menggelap itu kembali muncul setelah beberapa tahun sang empu mendekam di sel tahanan.

Hari yang menyenangkan.

ARESion: The God Of WarWhere stories live. Discover now