Bab 1: Akhir dari Segalanya

41 1 5
                                    

Tak disangka pelaksanaan operasi pembukaan portal di bulan yang seharusnya terhubung dengan Alam Selestial tidak membukakan jalan menuju tempat semestinya.

Bentuk portalnya pun tidak sesuai. Portal raksasa itu seperti cincin terbuat dari gelombang merah misterius dan mengerikan, membentuk spiral menuju kegelapan tak terhingga. Sejauh mata memandang tak setitik pun cahaya terlihat dari lubang besar itu.

Namun kejanggalan itu tidak sebanding dengan segerombolan makhluk mengerikan yang menerobos keluar dari lubang tersebut. Beragam makhluk aneh yang bentuknya sama sekali di luar nalar–sebuah bola yang terbentuk dari kumpulan bola mata dan memiliki tentakel, seekor laba-laba raksasa bermulut dengan deretan gigi bertaring, seekor belut tanpa wajah yang mampu berenang di ruang hampa dengan kecepatan luar biasa, dan berbagai makhluk aneh yang tak pernah dibayangkan sebelumnya–mereka keluar karena haus dan lapar akan satu hal yang sama:

Darah segar dan daging hidup para Realmkeeper.

Tragedi penuh teror dan horor itu menyelimuti bulan. Para Realmkeeper yang jumlahnya sangat sedikit dengan kesiapan seadanya berusaha melawan. Mereka menembakkan berbagai macam sihir seperti manipulasi cahaya, api, air udara, tanah, listrik, tumbuhan, seluruh tenaga mereka kerahkan demi menjaga pertahanan. Namun sialnya tetap ada yang menjerit tak terselamatkan saat dilumat hidup-hidup, ada pula yang berusaha kabur dengan mengorbankan orang lain, ada yang selamat dari gigitan maut tetapi harus kehilangan salah satu atau lebih dari anggota tubuhnya.

Mulanya kerusuhan ini hanya terjadi di satu titik, tetapi kemudian menyebar semakin luas, semakin luas, hingga penciuman tajam para monster itu mendeteksi jumlah darah dan daging tak terhingga di tempat lain:

Bumi.

Kerumunan itu menerobos angkasa demi mencapai ratusan ribu kilometer di depannya. Tak ada yang bisa menghalangi mereka. Bahkan berbagai serangan sihir yang ditembakkan oleh para Realmkeeper tidak sedikit pun menggoyahkan mereka.

Seluruh operasi ini dijalankan oleh dia. Satu-satunya seseorang yang berdiri tak berkutik sedikit pun, memandang portal dan seluruh tragedi di hadapannya dengan kengerian tak terbendung.

Apa yang salah? pikir pria itu.

Pria berambut cokelat keemasan itu masih berdiri kaku, tidak menghiraukan anak buahnya yang memanggilnya terus-menerus di belakangnya.

"Kaisar! Apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" tanya anak buah yang malang itu, menggantungkan nyawa pada kaisarnya. Sayangnya sang Kaisar tidak bisa berbuat apa-apa.

Anak buah itu pun memanggil lagi dengan frustrasi.

"Kaisar!"

Kaisar masih tidak menjawab.

Apa yang salah?! Kaisar mengulang pertanyaan itu dalam benaknya.

Jeritan sekelompok Realmkeeper di barisan terdepan yang tersiksa karena kalah jumlah, seruan sekelompok Realmkeeper lain yang berusaha melindungi kaisar mereka dengan mengaktifkan benteng perlindungan yang bercahaya, perlawanan sekelompok Realmkeeper lainnya yang menghadang para monster agar tidak pergi dari bulan, mereka semua perlahan kehilangan moralnya untuk bertahan. Di saat mereka membutuhkan pemimpin mereka, sang Kaisar hanya berdiri termangu dengan mata memelototi portal merah raksasa, tidak menghiraukan pertumpahan darah yang terjadi di depan mata. Tidak sedikit pun mencerminkan posisinya sebagai pemimpin.

Kaisar masih belum mau menerima kondisi ini. Benaknya terus-menerus menggali kesalahan yang menyebabkan ini semua. Kesalahan-kesalahan yang bahkan bisa ditarik mundur lebih jauh. Kesalahan yang seharusnya menanggung beban ini semua.

Kesalahan yang merupakan kesalahan sesungguhnya.

Tiba-tiba saja Kaisar teringat senyum licik wanita itu. Bibirnya dipoles dengan lipstik sewarna darah di atas kulit pucatnya yang membentuk kerutan tipis setiap kali tersenyum.

Realmkeeper [2024]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang