3 ; Bunda, aku pulang.

257 16 4
                                    

hai,
note : maaf kalo ada typo, mls revisi

-Villa PM-

Pagi sudah menyambut, Matahari bersinar terik di langit. Langit biru yang memanjakan mata membuat ingin menghirup udara segar dipagi hari.

Hari ini Blaze bangun lebih awal. Ia memutuskan untuk mandi. Saat masuk ke kamar mandi, ia pun teriak sekencang kencangnya.

"ANJ- INI DARAH SAPA ANJIMM, BAU BET ADA BELATUNGNYA LAGI."

Taufan kebangun dari mimpinya, rasanya ia mau marah karena Blaze sangat berisik.

"BISA GASIH GAUSAH BRISIK ANJG? INI MASIH PAGI PAGI BUTA LOLOT."

"LO GAUSAH MARAH DULU NJING, LIAT SINI COK."

"Berisik lu."

Taufan pun berjalan ke arah kamar mandi, Matanya mengecil dan diam seperti patung.

"I- ini itunya s- siapa?" tanya Taufan.

"Aduh pinter bat ni orang, kan bisa liat, gw baru masuk mau mandi bgst." Jawabnya

"Yaudah kan gw gak - ta - u." kata Taufan.

Taufan sempat kaget, tapi ia kembali santai seperti tidak terjadi apa-apa. Mau tak mau Blaze pun membersihkan darah itu.

Lalu Blaze pun mandi dengan aman.

Tak lama kemudian si manik zambrud itu pun bangun dari dunia mimpinya, untungnya saja ia tak bermimpi buruk.

Matahari yang terik menyapanya dari jendela, nyatanya ia bangun telat sepertinya.

Ia pun kebawah mencari teman-temannya. Sesampainya di bawah, di sana hanya ada Gempa dan Blaze.

Yang lainnya belum bangun, kecuali Taufan yang sedang mandi.

Sekarang sarapan sudah siap, mereka pun memakan sarapan buatan Gempa. Rasanya seperti makanan surga, makanya Blaze menanti nantikan masakan Gempa.

Di saat sedang makan sarapan, Blaze pun buka suara.

"Eh, Thorn kamu semalem ke kamar mandi gak? soalnya gw liat ada muntahan darah gitu."

Thorn yang mendengarnya terbelalak kaget. Ia lupa untuk membersihkannya. Tapi ia berusaha untuk tenang.

"Aku? ngga samsek, kan aku tidur duluan. Pas kebangun aku cuman pindah ke kasur Taufan." Ia membohonginya, ia memang tak mau kasih tau temannya. Katanya lebih baik di ceritakan saat pulang.

Blaze hanya meng'oh'kan perkataan Thorn itu, sejujurnya ia tak terlalu peduli.

T
I
M
E

S
K
I
P

Jam sudah menunjukan jam 13, tandanya sudah siang hari. Siang memang terlihat namun tetap saja dingin.

Thorn terbaring di ruang tamu, teringat akan kejadian 'di ruangan itu', ia baru sadar, ia meninggalkan sesuatu.

Kameranya tertinggal dikasur yang seram itu. Ia takut mengambilnya tapi itu adalah pemberian alm. Bundanya. Ia sangat menyayangi semua pemberian bundanya itu.

Villa PM [OG]Where stories live. Discover now