0.1: Hukum Pacaran

71 31 71
                                    

ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
.

بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
.

WELCOME TO CUTRIENCEE UNIVERSE KETIGA 💌✨💋

Sebelumnya saya ingin bertanya, bagaimana kabar kalian? Jawab di kolom komentar, yaa. Jika itu kabar baik, Alhamdulillah :»

Seperti di cerita yang sebelumnya, kalau ada typo juga tandain ya, teman-teman. Supaya bisa saya benahin. Kritik dan saran dari kalian sangat berguna bagi saya, jadi jangan sungkan ^.^

Udah ah, gitu aja. Selamat membaca, teman-teman!

*****

Allah SWT berfirman: "Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (sholat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."

(QS. Al-Ankabuut: 45)

*****

"Mengapa mengejar cinta yang haram sementara Allah sudah menuliskan sebuah kisah cinta yang halal untukmu?"

— Faraaha Alhaya

*****

"Mau kemana, Ler?" tanya seorang pemuda terhadap sosok laki-laki yang baru saja keluar dari salah satu kamar paling pojok sebuah club malam. Oknum yang ditanya, tak menghiraukan dan tak menanggapi lebih pertanyaan sahabat karibnya itu. Sosok tersebut berjalan dengan rambut setengah basah, bahkan handuk masih tersampir di bahu kekarnya. Kedua tangan menenteng beberapa kantung plastik berisi kue serta beberapa jenis buah-buahan.

Pats!

Melajukan mobil-mobilan remote, merasa ia diacuhkan, memberengut kesal. "Gue tan—"

"Tempat biasa," sela laki-laki itu acuh tak acuh. Sebelum ocehan tak bermutu yang diberikan sahabatnya itu keluar hingga tak cukup dua puluh empat jam. Seolah faham 'Tempat Biasa' yang dimaksud, pemuda tersebut merangkul pundak sang sahabat dengan akrab. "Kapan ngajakin gue?" Niat Bercanda. Pemuda itu menaikkan sebelah alisnya, menggoda.

"Nanti. Kalau udah ketemu," jawab lelaki itu lempeng, melepas paksa rangkulan. Tak tahu saja dirinya, jika manusia  yang menjabat sebagai sahabat dekatnya semenjak enam tahun terakhir itu, tengah bersumpah serapah dalam hati.

Seolah mengingat sesuatu, pemuda itu mendekatkan bibir di telinga laki-laki berkemeja sage, yang menatap dirinya penuh tanda tanya. "Nanti kalau udah ketemu, jangan diajak pacaran, Za!"

Laki-laki yang dipanggil dengan sebutan Za terkekeh kecil.

Jujur saja, meskipun enam tahun bersama-sama, Za sulit sekali mengekspresikan diri. Tersenyum 'pun nyaris tidak pernah. Bisa tersenyum, hanya jika membahas mengenai sosok gadis yang diketahui menetap sebagai cinta pertama di hati Za. Namun, lima tahun lalu, gadis tersebut menghilang begitu saja, meninggalkan lara teramat dalam.

"Ya enggak, lah, Gus. Kan, Gus Arshad yang bilang sendiri waktu itu, kalau pacaran itu dilarang oleh agama," kilah Za tergelak.

Mengingat beberapa pekan lalu, Gus Arshad menghadiri dan mengisi ceramah di acara kajian yang di adakan di Pasuruan, Jawa Timur, membuatnya mengingat kata-kata mutiara yang disampaikan oleh Gus Arshad kepada para jamaah muda-mudi yang hadir pada saat itu.

TATANAN SANG PENCIPTA Where stories live. Discover now