3. MEREKA SEMUA SALAH

58 15 2
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU SEBANYAK MUNGKIN

SELAMAT MEMBACA ❤

TERIMA KASIH 🥰

* * *

* * *

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

* * *

Aku lelah menghapus air mata dan mengatakan besok adalah hari yang baik.

* * *

Semua orang di Indonesia History School mengenal siapa Khafee Prava. Seorang cowok dari kelas 11 IPA 2 itu adalah murid yang paling pintar dan rajin. Dia berhasil memaksimalkan semua nilai sekolahnya. Bukan cuma akademik yang baik tapi juga non akademik bisa Khafee kuasai dengan mudah.

Selama menjadi teman sekelas cowok itu, Gwenya selalu berpikir kalau Khafee adalah manusia paling sempurna. Sejak mereka berada di kelas sembilan, cowok itu sudah menempati peringkat satu paralel di IHS. Belum ada yang mampu menandingi kepintaran cowok itu. Bahkan salah satu murid beasiswa di IHS bernama Pal saja tidak bisa mengalahkannya.

Khafee dan Pal saling bersaing dalam segala hal. Mereka berdua sangat aktif di semua bidang. Mengumpulkan banyak sekali piala dan medali yang tidak pernah Gwenya miliki satu pun. Belum lagi wajah Khafee tetap bisa dijajarkan dengan cowok-cowok tampan di IHS. Menurut Gwenya, kepintaran Khafee makin menambah nilai kesempurnaan cowok itu. Ia yakin banyak sekali cewek yang diam-diam menyukai Khafee.

Bukan hanya sekadar pintar dan juga tampan, Khafee juga bisa menghancurkan hidup siapa pun dengan satu permintaan cowok itu kepada orang tuanya yang kaya raya. Uang bisa saja mempengaruhi apa pun. Uang yang dimiliki Khafee mungkin saja mampu mengubah hidup orang lain.

Dan jelas Gwenya bertanya-tanya ketika tadi cowok itu menatapnya, karena untuk pertama kalinya seorang Khafee Prava melihatnya. Untuk kali pertama mereka saling bertatapan dalam diam. Ia tidak tahu apa tujuan cowok itu melihatnya setelah sejak lama mereka mengenal. Setelah selama ini mereka tidak pernah saling berbicara satu sama lain.

"Pemanasan yang maksimal!" Suara Pak Anhar, salah satu pelatih renang di IHS berhasil membuat fokus Gwenya kembali. "Pemanasan sepuluh menit lagi, setelah itu saya akan pantau latihan kalian."

"Baik, Sir!" balas semuanya kompak. Sementara Gwenya memperhatikan teman-teman sekelasnya sekarang dan kembali melakukan pemanasan.

Kelas renang yang selalu diadakan setiap hari rabu ini menggabungkan tiga kelas. Dan kelas Gwenya bergabung dengan 11 IPA 3 dan 11 IPS 1. Kolam renang perempuan serta laki-laki dipisah meskipun saling bersebelahan.

Gwenya mengatur napas sembari menyelesaikan pemanasan sebelum akhirnya menunggu giliran latihan di kursi penonton. Meskipun nilai olahraganya juga pas-pasan tetapi setidaknya selama ini sudah membantu untuk ia bisa naik kelas. Ia tidak pandai dalam renang, juga tidak bisa dalam olahraga apa pun yang ada di IHS. Seperti yang dikatakan Miss Anggi, ia mendapat peringkat akhir sama sekali bukan karena menjadi murid bermasalah tetapi alasanya karena dirinya bodoh.

Hanya saja Gwenya tahu bahwa sebenarnya menjadi murid bodoh juga bermasalah.

"Eh itu Khafee, kan?"

Mendengar cewek-cewek di sebelahnya menyebut nama itu membuat Gwenya mendongak dan ikut mencari di mana keberadaan Khafee. Dengan cepat Gwenya menemukannya. Khafee juga sedang duduk di kursi penonton dekat kolam laki-laki. Dia tetap terlihat bersinar di antara yang lain dan detik ini mungkin menjadi impian para laki-laki karena dibicarakan hal baik oleh semua cewek.

"Khafee peringkat satu lagi semester kemarin."

"Gila sih, makin keren aja."

"Idola gue banget."

Gwenya tidak mengalihkan pandangan dan tetap memperhatikan Khafee dari jauh. Ia terus melihat cowok itu dengan banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya.

"Tunggu!" teriak seorang cewek seakan menyadari satu hal. "Khafee lagi lihat ke sini gak sih?"

"Serius lo?" sahut yang lain.

"Iya," ucap mereka histeris. "Khafee lihat ke kita. Khafee lagi merhatiin kita."

Salah. Mereka semua salah. Mereka tidak tahu ke mana mata Khafee terarah. Mereka tidak tahu ke mana tatapan cowok itu tertuju.

Sementara Gwenya tertegun di kursinya, karena detik ini ia menyadari matanya tetap terkunci kepada Khafee yang ....

... yang sedang balas menatapnya.

* * *

Gimana chapter ini menurut kamu?

NEXT?

VOTE!

KOMEN!

SHARE ke teman-teman kamu!

TERIMA KASIH

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Khafee dan Juta PikiranWhere stories live. Discover now