[02]

166 16 4
                                    


Banyak Typonya, karena author malas revisi jadi maafkan ya.

Hai?

Aku Alphine, bagaimana kabarmu?
Maaf jika aku mengirim mu pesan secara tiba tiba.
Hari ini kamu ada kelas? Bisa ketemu?

Sudah sejak 30 menit yang lalu Viel membiarkan pesan dari nomor yang tidak ia kenal itu, Viel sudah tahu pesan itu dari Alphine karena sang pengirim memperkanalkan dirinya sendiri. Pesan itu belum juga Viel balas, pikirannya masih berkecamuk dengan beribu ribu pertanyaan yang bersemayam di otaknya. Nomor nya hanya diketahui oleh orang orang terdekatnya saja. Namun, Alphine mendapatkan nomornya dari siapa?

Setelah sibuk berkutat dengan pikiran dan rasa penasarannya, akhir Viel berniat membalas pesan dari Alphine. Viel pun mulai mengetik balasannya, namun ia juga bingung harus menhawab seperti apa? Pasalnya,  Alphine ini mengajaknya untuk bertemu.

Viel lebih baik menolak ajakan nya atau menerima nya?

Berulang kali Viel yang baru saja mengetik 2 kalimat atau 3 kalimat langsung kembali menghapusnya akibat perasaan bingung di campur dengan gugup, Aduh aku harus menjawab apa? Batinnya.

Viel kembali mengetik pesannya lalu ia pun mengirimkan pesan yang baru ia ketik td, "Gini aja deh ya?,"

Eum, aku hari ini tidak ada kelas. Ngomong ngomong, ada apa?


Tanpa di sangka sangka baru saja Viel membalas pesan Alphine, tak lama kemudian Alphine langsung membaca pesannya.  "Loh? Langsung di baca?,"

Drrrtt

Handphone nya tiba-tiba berdering, "Loh dia nelepon?," tertera nama Alphine disana karena memang sebelumnya Viel langsung menyimpan nomor telepon tersebut setelah Alphine mengirimkan pesan padanya, dan entah dorongan dari mana ia menyimpan nomor pria tersebut.

Viel yang masih menggengam teleponnya nampak gugup dan sedikit ragu untuk mengangkat panggilan dari Alphine. ia juga bimbang. Angkat apa ngga ya? batinnya, Viel merasa ragu sebab mereka baru saja bertemu sebentar kemarin. Viel belum begitu mengenal Alphine. Dan lagi Alphine begitu agresif?

Dengan segala keraguannya, akhirnya Viel mengangkat telphone itu,

"Halo?"

"Hai? Bagimana kabarmu?"

Viel menghela nafas sejenak karena rasa gugup, "Eum, aku... aku baik baik saja, bagaimana dengamu?,"

"Aku juga." Terdengar suara Alphine yang sedikit agak serak disana.

Susana virtual mereka tiba tiba hening, Viel merebahkan tubuhnya diatas kasur sambil sesekali menggigit kukunya. Jujur saja, dadanya terasa agak kosong. Ujung kaki dan ujung tangannya terasa membeku, suhu di daerah mukanya semakin meningkat, perasaan apa ini?. Aku? Apasih, gak mungkin aku jadi deg-degan gini kan?

"Ngomong ngomong, hari ini kamu free?." Alphine memecah keheningan diantara mereka, yang langsung di jawab oleh Viel.

"I..yaa?? Kenapa?,"

"Mau jalan? Nanti aku jemput kamu setelah selesai kelas,"

Viel tergelitik untuk tertawa dalam hati, dasar pria playboy! batinnya.

"Kamu punya pacar Alphine, nanti aku kena marah!," ketus Viel.

"Kamu percaya dia pacaran sama aku?,"

Viel mengerutkan dahinya, ya pasti Viel percaya. Toh mereka kemarin keluar dari mobil bersama? Bukan kah itu sebuah fakta yang jelas?

"Ya.. tentu saja! Kemarin kalian berangkat kampus bersama, lalu perempuan mu itu juga bilang langsung padaku jika kalian berpacaran," jawab Viel panjang lebar.

ALPHINEWhere stories live. Discover now