3 || He Miss Me?

491 109 37
                                    

Sejak awal gue salah, salah besar. Dan gue baru tahu itu setelah patah hati. Memang inilah yang dinamakan patah hati membawa cahaya ilahi.

Maksudnya membawa berkah. Ya bisa dibilang berkah atau apa ya gatau lah gue.

Intinya selama ini gue berjuang memperbaiki diri demi orang lain. Demi cinta pertama gue. Demi kak Julian.

Sejak gue berusia 8 tahun- pertama kali gue bertemu malaikat tampan gue- sampai gue umur 16 tahun bego gue nggak ilang-ilang.

Ya, bego karena ketutupan sama bucin yang gak ketulungan. Mendekati bucin tolol sepertinya.

Gue berusaha mengecilkan badan, bikin kulit gue tambah cerah, skincare-an ampe dimarahin mama karena asal beli produk dan parahnya nyuri produk punya mama.

Gue kebelet pengen glowing karena yang gue lihat orang lain kok pada cantik-cantik.

Rasanya cuma gue yang punya masalah entah jerawat dan bekasnya lah, komedo lah, muka berminyak lah, bruntusan. Semua itu komplit di muka gue.

Now I know, gue harus berubah demi diri sendiri.

Dih, baru sadar pas udah sakit hati dianggep adek doang gini?

Iya!

"Kenapa nggak di makan?" tanya mama ke gue.

Nada suaranya kek sedikit marah karena gue menyingkirkan beberapa makanan dan cuma mau makan sayur. Bukan gue banget memang.

Iya karena biasanya gue tuh paling anti sayur. Ada sih yang gue suka tapi enggak banyak cuma beberapa doang. Sawi tuh contohnya gue suka banget!

"Apalagi sekarang? Mau diet-dietan lagi?"

"Gausah diet-diet! Badan kamu udah kecil, mau jadi kerempeng kamu nggak mau makan daging?

Baru juga gue mau ngejawab mama udah nambahin perkataan yang lain. Jadi berasa ceramah di pagi hari.

"Mama nyari uang buat kalian supaya bisa makan enak setiap hari. Jangan cuma karena kamu pengen badan kecil jadi buang-buang makanan."

"Nggak kasihan kamu sama mama?"

Kalau mama udah gitu gue cuma bisa diem. Memang semenjak papa meninggal 11 tahun yang lalu mama ngelola bisnis sendirian. Dia jadi ibu rumah tangga sekaligus kepala rumah tangga.

Gue gak kebayang capeknya jadi mama. Punya karyawan banyak di restoran tapi masih harus tetep kerja. Secara mama gue koki.

Jangan ketawain gue yang selalu gagal masak makanan enak karena bakat mama nggak menurun ke gue.

Bang Haikal yang lebih pinter ngolah makanan dibanding gue. Dan cowok itu sekarang lagi asik mainin ponselnya di bawah meja.

Gue tahu dia pura-pura budeg aja. Dalam hati pasti ngetawain gue karena mulai kumat lagi pilih-pilih makanan.

Dalam sejarahnya mama paling sebel kalau ngelihat kita pilih-pilih makanan gini.

Mama tuh dedikasinya tinggi banget buat gue keluarganya. Dia bahkan gak kepikiran buat nikah lagi ataupun nyari pria lain selain papa.

Apa yang ada dipikiran mama cuma uang. Uang untuk menghidupi gue dan bang Haikal.

"Maaf, Lovely habisin kok ma."

Mama ngangguk dan megang ucapan gue. Sampai gue selesai sarapan pun masih dilihatin sama dia.

"Kamu sama Julian lagi berantem?"

"Uhuk! Uhuk!"

Gue tersedak karena mama tiba-tiba aja nanya gitu. Gak ada angin gak ada hujan padahal bisa-bisanya langsung nyebut nama kak Julian.

LOVEIANWhere stories live. Discover now