26 || Happiness and Sadness

311 71 19
                                    

Baru kemarin gue berpikir setiap hubungan pasti ada cobaanya. Dan gue berdoa gue sama kak Julian selalu baik-baik aja dan langgeng sampai kapanpun. Ternyata memang ada aja hambatannya.

Cinta gue dan kak Julian terhalang restu orang tua ternyata.

Itu parah banget nggak sih?

Masalahnya bukan dari gue dan kak Julian tapi dari orang sekitar kita. Apalagi ini orang tua, papanya kak Julian.

Padahal gue pikir om Daren suka sama gue dan merestui hubungan gue. Ternyata salah.

Gue ternyata cukup bodoh dan enggak peka soal semua yang dilakuin om Daren. Membawa dokter Sandra ke rumah, lalu kak Julian dan apartemen barunya. Juga sering kali ngajak kak Julian pergi tiap akhir pekan.

Kemarin kak Julian bilang dia pergi keluar kota juga bersama papa dan dokter Sandra.

Apa saat itu kak Julian tau tujuan om Daren selalu melibatkan wanita itu selain title-nya sebagai senior kak Julian?

Entahlah. Karena sekarang gue bisa berpikir dewasa-yah gimana gak bisa gue terus-terusan berpikir seperti anak kecil kan?

Gue enggak menyalahkan om Daren dan enggak benci sama beliau juga. Apa yang om Daren lakukan pastilah dia berpikir itu yang terbaik untuk kak Julian.

Sama seperti mama, orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Meski itu artinya gue bukanlah yang terbaik di mata om Daren.

Sedih ya?

Padahal beberapa waktu yang lalu gue semangat berapi-api mau membuktikan kalau gue punya tekad dan keinginan gue pasti melakukan sesuatu yang membanggakan.

Gue juga mau buktiin kalau gue tuh enggak buruk-buruk amat kok bersanding sama kak Julian.

Sayangnya hari ini gue terlampau lemes. Padahal mau bimbingan sama pak Arjuna, tapi rasanya males banget.

Tidak Lovely!!! Mari kita usahan lulus 3,5 tahun ini!!

"Jadi bimbingan ke kampus, Love?"

"Iya, kak Ian masih libur ya?"

"Heem, aku di rumah. Harusnya tadi kamu bilang ke aku biar bisa aku anter ke kampus."

Gue tersenyum. Kak Julian kedengerannya santai seperti hari biasanya. Gue senang dia enggak menjauh dari gue.

"Udah sampai kampus kok. Aku cuma mau bimbingan doang kak Ian. Nggak ngapa-ngapain kok. Ribet nanti kalau kakak bolak-balik."

"Kan bisa aku tunggu."

"Iya deh yang pengangguran."

"Hahaha! Semangat sayangku. Bilang ke dosenmu nggak usah macem-macem. Takut pacarnya ngamuk."

Gue tertawa. Ya ampun kak Julian bisa banget bikin mood gue naik deh.

Dia emang tau gue bimbingannya sama pak Arjuna. Awalnya kesel dan cemburu lah. Keliatan banget pokoknya, ditunjukin ke gue kalau dia gamau gue deket-deket sama pak Arjuna.

Gak lama kak Julian sadar. Dia emang pinter mengatur pikirannya sendiri. Gue cuma bimbingan soalnya.

"Awas aja kalau dia mempersulit kamu. Aku nggak akan tinggal diam." Begitu katanya waktu itu.

Haha! Mana ada! Justru pak Arjuna yang sangat amat membantu gue dalam tugas akhir ini.

Tok! Tok! Tok!

Gue mengetuk pintu di depan gue. Melirik ke arah pergelangan tangan, sekarang pukul 1 siang. Di luar panas gue belain ke kampus demi menyelesaikan tugas akhir gue ini.

LOVEIANحيث تعيش القصص. اكتشف الآن