• villa [6]

1K 205 110
                                    

Tolong jangan mau enaknya aja ya, kasih aku feedback kalo kalian emang nikmatin cerita ini. Jangan jadi sider.

- hari keenam -

Hujan deras yang mengguyur villa sejak semalam tak kunjung reda, langit pun bahkan masih dipenuhi oleh awan hitam dan tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa hujan akan berhenti.

Pukul empat pagi Chalisa terbangun dan mendapati teman-temannya yang masih tertidur dengan bergelung selimut. Chalisa terkekeh pelan melihat Malik dan Dimas yang saling berpelukan karena hawa dingin akibat hujan.

"Bangun daritadi, Sa?"

Chalisa menatap pada Nesya yang bertanya. Temannya itu bahkan terlihat sangat sulit untuk membuka matanya.

"Baru bangun."

Nesya bergumam pelan seraya mengeratkan selimut yang menutupi tubuhnya. "Tidur lagi aja, masih kepagian ini." ucapnya dengan mata yang terpejam.

"Hm," gumam Chalisa. "Kinan kemana, Nes?" tanyanya ketika tidak menemukan sosok temannya yang satu itu.

"Pindah kamar."

"Oh."

Chalisa lalu beranjak karena ia merasa harus pergi ke kamar mandi.

Chalisa meringis pelan merasakan air yang sangat dingin dan serasa menembus kulitnya.

"Gue harus pergi periksa ke dokter kayaknya," gumam Chalisa pelan dan menghela napasnya panjang setelah mengganti pembalutnya. "Kalau gue sakit gimana ya?"

"Soalnya ini bener-bener gak normal," ucap Chalisa dengan rasa takut dan khawatir yang mulai menyelimuti dirinya. "Kenapa darah mens gue masih sebanyak ini padahal udah mau seminggu?"

sreek sreek

Chalisa mengalihkan pandangannya ketika mendengar suara dari luar kamar mandi.

Suara apa itu?

Setelah selesai dengan urusannya di kamar mandi lantas Chalisa pun bergegas keluar, terlebih ia juga penasaran dengan suara tadi.

sreek sreek

Chalisa melangkah pelan kala suara itu kembali terdengar. Suaranya seperti plastik yang diacak-acak.

Chalisa memperhatikan sosok yang membelakanginya. Sosok itu tengah berjongkok di depan tempat sampah dan seperti tengah melakukan sesuatu.

"Siapa?" tanya Chalisa pelan.

Sosok tersebut dengan perlahan menoleh. Chalisa mengerutkan dahinya kala sosok itu ternyata seorang wanita cantik, terlebih ketika sosok tersebut tersenyum padanya. Siapa dia?

"Lo siapa?"

Chalisa melirik pada apa yang tengah wanita itu pegang dan langsung membelalakkan matanya terkejut. Untuk apa wanita itu memegang pembalut kotor miliknya yang ia ganti semalam?

Jantung Chalisa nyaris copot kala ia kembali menatap pada sosok tersebut ternyata sosok tersebut telah berubah. Bukan lagi seorang wanita cantik yang tersenyum manis padanya, melainkan sosok dengan mulut yang berdarah-darah dan lidah yang terjulur panjang, rambut gimbal, wajah dengan penuh luka, darah, dan nanah dimana-mana, kuku tangan yang sangat panjang-panjang, serta bau amis dan bau melati yang tercampur langsung memenuhi indera penciumannya.

Tubuh Chalisa terdiam kaku.

Sosok itu tersenyum menyeramkan pada Chalisa dan Chalisa sontak berteriak keras kala mulut dari sosok itu tersenyum lebar hingga menyentuh telinganya sendiri.

VILLAΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα