CHAPTER 2

1 1 2
                                    

ayo bantu vote + comment up to 100

oiya jangan lupa share cerita author ya! terimakasih sayangku.

ayo follow social media kita!

happy reading
.
.
.
.

"kamu ini gimana sih sa, dulu kamu yang minta adek tiba di kasih adek satu, kamu gak becus jagainnya." ujar seorang pria yang kini tengah menatap sendu keadaan putri bungsunya.

waktu masih menunjukkan pukul 09:21 para pekerja tentunya masih di sibukkan dengan tugas-tugas yang harus mereka emban. namun tidak dengan pria berstyle an jas hitam lengkap dengan sepatu pantofel nya. pria itu nampak tergesa-gesa mengunjungi rumah sakit setelah mendengar kabar bahwasannya putri bungsunya keracunan makanan.

sementara di sebelah kanan brankar rumah sakit, seorang gadis dengan tampang yang jauh dari kata rapih berdiri sambil tersenyum getir. jemari-jemari nya ia tautkan pada jemari mungil yang terpasang infus.

andai papa tau kejadiannya gimana.

pria itu mengusap peluh akibat cemas yang mengalir pada keningnya. lalu, netra kedua ayah dan anak itu beradu " sekali aja kamu buat bunda sama papa senang gak bisa? kalau libur di rumah aja, jagain adeknya, kerjain kerjaan rumahnya, itu udah cukup buat kita sa." ucap pria itu dengan nada memohon.

"Pah, esa udah kerjain semuanya! apa yang papa sama bunda mau udah esa kerjain. tapi pernah gak sih pah kalian hargain? sedikit saja salah esa kalian malah marah-marah tapi—di balik itu semua? kerja keras esa ada papah sama bunda lihat?"

"Pah, jangan terlalu buta untuk bisa ngeliat sedikit aja hal baik yg esa lakuin." ujarnya pelan.

perlahan-lahan bulir air mata mulai meluncur tanpa ada kata perintah membentuk dua anakan sungai yang mengalir begitu deras.

hatinya hancur, selalu saja seperti itu—keluarga nya memang lengkap tapi adakah kenyamanan di dalamnya?

lagi-lagi suara hati yang sudah lama terpendam itu tidak membuahkan hasil, ucapan-ucapan gadis itu selalu di nilai kosong dan bukan hal yang penting bagi mereka.

"papa mau balik kerja, jagain tarissa sampai bunda pulang." ujar pria itu kemudian berlalu begitu saja mengabaikan kalimat putri sulungnya dengan acuh.

"bilang aja kamu iri kan sama ica? Ica di sekolah juara dua tapi papah bangga. kamu? Juara 1 kerja keras mati-matian tetap aja papah gak pernah hargain hasil kerja keras kamu." ucap seorang gadis belia dengan tangan yang masih sibuk mengelap air matanya.

sabtu pagi itu, sekolah libur karena suatu alasan tertentu. Kedua kakak beradik yang usianya berpaut delapan tahun itu kini sedang menghabiskan waktu pagi mereka dengan memulai pertikaian yang rutin sudah di laksanakan apabila mereka sudah bertemu.

"kamu jahat. bisa gak sih sehari aja gak ngomel-ngomel sama aku? " Ujar gadis belia itu lagi.

pasalnya, Gadis belia yang menyebutkan dirinya dengan sebutan Ica tadi enggan beranjak saat di suruh mandi oleh sang kakak. sang bunda yang sudah pergi bekerja memberi pesan pada sang kakak agar memandikan sang adik dan mengajak nya untuk belajar. namun bocah perempuan nakal itu susah sekali di atur sehingga membuat nya menerima Omelan dari sang kakak.

sementara di sebelah meja pantry seorang gadis yang sedari tadi hanya berkacak pinggang dan mendengarkan keluh kesah sang adik itu akhirnya membuka suara. " Heh, ngaca! itu bekas iler lo dimana-mana, bangun tidur itu mandi! ini engga pake acara keluyuran segala, nyemplung di selokan lo itu udah tua ica—udah kelas dua SD otak lo pake kenapa, astaga"

"Lo bangun tidur tinggal makan terus mandi aja banyak drama, gimana kalo bangun tidur di sambut sama cucian se ember kaya gua hah?! Alamat jadi manusia paling tersakiti lo." ujar gadis itu emosi namun masih berusaha sabar.

sedangkan sang empu yang menjadi sasaran empuk amukan sang kakak hanya diam sambil menundukkan kepala sambil memeluk boneka nya yang sudah berlumuran lumpur. ia duduk di kursi meja makan sambil  mengoceh tak jelas—mengulangi ucapan sang kakak dengan nada mengejek.

"Lo kalo di kasih tau itu dengerin bisa gak sih?! Telinga Lo di pake jangan cuma jadi pajangan doang semak gua liatnya." ujar gadis itu lagi.

mengetahui sang kakak sudah akan memasuki mode ulti gadis belia itu akhirnya mengalah dan perlahan mulai menatap dengan takut-takut sang kakak.

"eca—ica laper" Ujarnya pelan.

"Mau mamam"

"Ha kan—apa gua bilang, banyak mau lo sih aelah"

"sekarang mandi ca, lo liat itu iler lo dimana-mana kaki Lo berlumpur Allahuakbar—gua ngepel lagi jadinya kan arghh" ujar gadis itu frustasi.

menurut, gadis belia itu akhirnya turun dari kursi sambil menenteng boneka dan kakinya yang penuh lumpur dan berjalan menuju kamar mandi. Menyisakan jejak tapak kaki yang membekas di lantai.

"stres gua lama-lama mana tugas sekolah numpuk, kerjaan rumah gak kelar-kelar." ujar gadis dengan daster rumahan berwarna biru langit itu mulai mengumpat menyumpah serapahi bocah nakal itu.

lalu pandangan matanya mengarah pada bekas jejak tapak kaki mungil di atas lantai—sungguh menjengkelkan.

gadis itu akhirnya beranjak sambil mengambil pel dan mulai membersihkan lantai. namun baru saja lantai bersih seperti semula, tapak kaki mungil itu kembali keluar dari kamar mandi sambil menenteng roti yang entah ia dapat dari mana.

sambil memegangi perutnya, gadis itu berujar lirih pada sang kakak. " eca—perut Ica sakit hiks mau muntah rotinya bau eek kudanil eca." Isak nya pelan.

"ALLAHUAKBAR TARISSAA! ITU ROTI UDAH KADALUARSA ASTAGHFIRULLAH YA ALLAH YA RABBI."

"cepet sembuh ca, gue udah di salahin bapak lu nih, lagi prefer  nih gue di ulti sama emak lu." ujar gadis itu lagi.

tarissa ayodya rushe, gadis kelahiran 28 februari 2016 itu sukses membuat hari-hari naesa yang sudah suram tambah menjadi suram. selalu saja ada percikan api kecil yang secepat kilat dapat melahap satu kota  saat kedua kakak beradik itu di pertemukan.

namun tiba-tiba entah dari mana datangnya seperti sadar akan sesuatu gadis itu kemudian menitikkan air mata. " ca, nggak kangen abang ipar lo? kalo ada dia—dia pasti belain lo dan nyalahin gue gak becus jagain adek."

"dia kemana ya ca? lagi apa juga gue gak tau." monolog gadis itu sambil terpaku lirih.

"se dalam ini perasaan gue sama lo, kalo sia-sia apa gue nggak gila rasanya."

Tbc

haii sayang ku, balik lagi di cerita arshaka.

ayo tebak, siapa sih yang di kangenin eca?

kalian ada yang sama kaya Eca gak?

ada yg puna adik? Bandel kaya Ica gak?

vote and comment nya ya!

terimakasih.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 18 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ARSHAKAWhere stories live. Discover now