Nathan yang menyembunyikan identitas sebagai pemimpin gangster dari istrinya..
"tapi aneh. hanya kepalanya yang tersisa, lalu dimana badannya? siapa yang membunuhnya? apa ini kebetulan atau karma? aku penasaran" ujar Zella, istri Nathan yang bingun...
Saat ini Zela berada di dapur, memasak sarapan, entah mengapa lengan berotot seseorang memeluk pinggang rampingnya dari belakang dan berbisik, "harusnya kita punya bayi, bukan?"
"Why?." Tanpa melihat siapa pria pemilik lengan berotot itu Zela sudah menyadarinya jika itu adalah Nathan, suaminya.
Nathan menenggelamkan kepalanya di leher Zela, menghirup aroma manisnya, yang anehnya dapat menenangkannya,
dia memeluk pinggang istrinya yang ramping sedikit lebih erat sebelum menjawabnya.
"Aku ingin seorang pewaris."
"...." Zela pun terdiam dengan seribu bahasa.
Nathan mulai mencium lehernya, naik turun di kedua sisi sambil berbisik kata-kata kasih sayang dan pujian yang membuat detak jantung Zela semakin cepat.
Nathan menggerakkan tangannya dari pinggang Zela ke perutnya, mengelus perut yang rata dan lembut dengan penuh kelembutan.
"Jika saja ada sebuah bayi yang tumbuh di sini maka akan sempurna."
"Ternyata kamu benar-benar ingin punya bayi, itu cukup mengagetkan." Pendapat Zela sambil meletakkan sarapan mereka ke piring sebelum disajikan.
Zela merasakan napas Nathan di pipi saat dia berbicara, dia terus menciumi bahunya dan punggungnya.
"tentu saja aku ingin punya anak, aku tidak pernah menyangkal itu. Aku telah menantikan saat kamu akan duduk di pangkuanku, dengan perut besar dan bulat dari anak kita."
Zela hanya meloloskan sebuah dengusan nafas kecil dan menjawab dengan pelan, "no comment"
Jika Nathan menginginkan sesuatu maka ia akan berusaha mendapatkan nya, itu membuatnya sedikit was was mulai sekarang.
Nathan meloloskan tawa pelan di telinganya, tangannya yang berotot mengelus perut Zela kembali dengan lembut sebelum menariknya kembali agar lebih dekat dengannya.
Suaranya yang dalam dan serak menggelitik kulitnya saat dia berbicara.
"Aku tidak akan melepasmu sampai aku mendengar jawabanmu. So, jadilah gadis baik dan katakan padaku, bagaimana pendapatmu tentang memiliki seorang bayi?"
"Not bad" Saat mengatakan itu ia sedikit terlintas dalam ingatan nya mengenai jisoo yang bilang 'not good but not bad'
Nathan dengan lembut mengambil wajahnya agar Zela menoleh ke arahnya dan dapat mencium bibirnya, lidahnya menyerbu mulut Zela dan menari didalamnya.
Tiba-tiba dia mengangkat dan dudukkan Zela di atas meja dapur, tangannya dengan lembut mengelus perutnya, tubuhnya kini berada di antara paha istrinya.
"Aku yakin kamu akan membuatku merasa puas dengan jawabanmu." Katanya di sela-sela ciuman.
Zela pun memundurkan wajahnya hingga pautan mereka terlepas, "Ada apa denganmu? Tiba-tiba minta bayi?."
Dia sedikit mengerutkan kening ketika Zela mengakhiri ciuman dan mempertanyakan perilakunya, dia sama sekali tidak mengharapkan hal itu.
Dia diam sejenak dengan seribu bahasa, sebelum akhirnya menjawab dengan nada dingin.
"Ada apa dengan perilakuku? dan kenapa tiba-tiba kamu begitu ingin tahu dan suka ikut campur?".
Zela pun mendorong suaminya lantaran kesal dengan jawaban tersebut, "Ck, buat bayi sana sama tepung" Kemudian ia turun dari meja dapur dan menyajikan sarapan yang ia buat dengan segenap hati, diletakkan nya piring di meja makan.
Nathan menatapnya dengan mata kosong saat Zela cepat-cepat bangun dari meja dan pergi ke ruang makan untuk menyajikan sarapan.
Sebagian dari dirinya merasa kecewa karena dia tidak mengharapkannya untuk menolaknya seperti itu.
Dia menggerutu sendiri sebelum mengikuti istrinya dan menarik kursi untuk istrinya duduk.
Zela pun menerima niat baik suaminya dan duduk di kursi itu.
"Ini, segelas susu untuk melengkapi sarapanmu. Ini untuk membantu menjaga kesehatanmu dan bayi kita di masa depan."
Katanya sambil menuangkan segelas susu dan memberikannya pada Zela, memastikan dia tidak menyadari tatapannya di perutnya, dan kehangatan dalam tatapannya setiap kali dia berbicara.
Zela pun memutar bola matanya muak, "Apa maksudmu sehat untuk bayi? Kamu tahu, aku belum hamil"
Nathan tersenyum melihat sikap istrinya sekarang, entah mengapa dia terlihat lebih menggemaskan dan lucu dari biasanya meskipun matanya terlihat kesal.
Ia menganggap itu sebagai tanda bahwa hormonnya lebih aktif yang dapat meningkatkan kegembiraannya.
"Aku bilang masa depan sayang, jadi tentu saja kamu belum hamil sekarang."
"Taruh saja susunya di meja, aku tidak suka susu."
Lalu dia meletakkan gelas susu di meja tepat di samping Zela, dia bersandar pada sisk di meja makan dan meletakkan kepalanya di bawah dagunya dengan senyum mengembang di wajahnya.
"Kamu suka apa? kopi? jus? atau alkohol?"
"Nah, aku suka semuanya tapi aku suka alkohol, seperti wine."
Nathan tertawa senang dan agak terkejut dengan jawabannya, tapi dia merasa itu bahkan menggemaskan dengan alasan tertentu, dia mengangkat alisnya
"alkohol? apa kau yakin? kau tahu kan bahwa alkohol dapat memengaruhi perkembangan janin, kan?"
Disela-sela makannya Zela menjawabnya dengan singkat, "So?."
Dia mengerutkan kening dan menghela nafas mendengar jawabannya.
Dia sangat tahu bahwa alkohol buruk untuk kesehatan, meskipun dia sendiri kadang menikmati minum-minuman sejenis itu juga, dia hanya bisa menatapnya dengan kesal.
"Alkohol tidak baik untuk kesehatanmu, tidak peduli apa alasannya. Aku tidak ingin kamu minum terlalu banyak seperti itu, apalagi saat kamu sedang hamil."
"Hm, i know."
Dia hanya bisa memberinya tatapan tak senang, jelas tidak suka dengan keteguhan hati Zela, dia tidak suka istrinya terlalu keras kepala.
"Aku rasa kau sebenarnya tidak tahu, dan kau terlalu keras kepala meskipun aku sudah menasihatimu untuk tidak melakukannya." Bisiknya masih dengan ekspresi stoik di wajahnya. Sarapan pun telah usia, tiba-tiba dia berdiri dari kursinya dan dia meraih membersihkan sudut mulut Zela dengan kasar menggunakan ibu jarinya.
Lalu masukkan ke mulutnya dan menjilatnya hingga bersih, sambil memperhatikan reaksi istrinya.
Tampaknya kini Nathan sedang dalam suasana hati yang baik pagi ini.
"Apa yang ingin kau lakukan hari ini setelah sarapan? Aku punya waktu luang."
Sementara itu Zela terdiam membeku dan hanya berkedip-kedip mencerna apa yang baru ia alami barusan.
Nathan meletakkan tangannya di dagu Zela, membuatnya menatap lurus ke matanya.
Ibu jarinya dengan lembut meluncur di atas bibir Zela saat dia menatapnya dengan penuh perhatian, pandangannya kosong namun di dalamnya tersembunyi keinginan gelap dan nafsu untuk menciumnya.
"Bicaralah, kamu sudah diam cukup lama." Bisiknya serak sambil menjilat bibirnya.
"Yahh, i don't know." Akhirnya ia membuka suara untuk mencairkan suasana tersebut.
Nathan memperhatikannya beberapa saat, mencoba untuk mempelajari reaksinya sebelum memberikan senyuman nakal kecil dan mendekat, "Haruskah kita bersenang-senang untuk menghabiskan waktu?".
" Like what?." Jawabnya sambil melihat kedua tangannya di dada, apapun itu pasti buruk untuknya.
Dia mbawa wajahnya turun hingga sejajar dengan telinga istrinya, nafas panasnya menggelitik kulit Za dan mengirimkan rasa gemetar di tulang punggungnya saat dia menjawab,
"bagaimana kalau kita ke kamar dan praktik membuat bayi?" Bisiknya dengan serak, suaranya rendah dan menggoda, dia mengigit daun telinga Zela dengan ekspresi menggoda.
TBC
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.