CW: mature dikit.
________________
•
•
•
_______________________
"Good morning?" Ucapan selamat pagi mengudara tatkala melalui pantulan cermin, Jaemin bisa lihat kalau si manis baru saja membuka kelopaknya. Pria itu sedang mengatur tatanan rambutnya omong-omong.
Haechan sunggingkan senyuman, dia menggeliat, "Kok gitu nadanya kayak orang nanya?" Balasnya bersama serak suara yang dia keluarkan, temukan Jaemin sudah bersama pakaian formalnya bersiap ke kantor, berbanding terbalik dengannya yang baru kembali terjaga setelah tidur begitu nyenyak akibat kelelahan. Lalu tak berapa lama Haechan mengubah posisinya menjadi duduk bersandar pada kepala ranjang.
"Pengen aja." Jaemin balas asal. Kalimat sebelumnya dia akhiri tanya sebab tidak yakin kalau Haechan akan cepat tangkap ucapannya lantaran kesadaran yang belum naik sepenuhnya. Sehingga ragu itu mengubah nada bicaranya menjadi tanda tanya.
Kemudian dominan itu balik badan, menjejak menuju Haechan, dia duduk di tepi kasur. "Sakit gak badannya?"
Undang rotasi malas pada manik Haechan yang mendengarnya. "Iyalahh, kemaren mainnya sampe tengah malem! Yang bener aja?!" Bahwasanya bagaimana Haechan tidak bereaksi berlebihan kalau mereka memulai pukul sepuluh pagi kurang beberapa menit, kemudian selesai di pukul sebelas malam? Tapi, Jaemin tidak sejahat itu, ada selang istirahat supaya Haechan bisa isi tenaga sebelum kembali melanjutkan.
"Tapi kamu masih kuat-kuat aja kan semalam? Masih desah terus sampe selesai." Balas Jaemin ringan, tangannya bergerak ambil gelas berisi air putih di nakas samping ranjang sebelum diulur kepada si manis agar segera minum. Bersama gelas air putih di nakas itu, Jaemin juga sediakan sarapan pagi, kalau-kalau wira itu tidak bisa beranjak dari kasur dan Jaemin sudah berangkat kerja, maka Haechan tidak perlu repot keluar apalagi melewatkan sarapannya.
"Bisa gak, sih, kalo ngomong tuh gak usah yang eksplisit apalagi lagi bahas kegiatan dewasa? Gak malu apa?" Haechan membalas bersama wajah yang dia atur supaya terlihat marah sembari tangannya kembali taruh gelas pada letak sebelumnya setelah dia teguk isinya.
"Ya, enggak? Ngapain malu cuma ngomong begitu sementara kita udah praktek langsung?"
"Sstt, stop!" Jari telunjuknya ditempelkan pada bibir si dominan. Sesungguhnya Haechan merasa malu apabila Jaemin membahas kegiatan mereka yang satu itu. Sialnya Jaemin justru bicara dengan tampang kelewat santai, seakan pembicaraan itu bahasan biasa.
Pada akhirnya Jaemin juga angguk kepala. Mengerti ketika dari sorot matanya, telinga Haechan memerah bak tomat matang. Sehingga dia beralih pada bahasan selanjutnya, "Kalo badan kamu masih sakit, gak usah ngapa-ngapain dulu. Nanti biar saya kasih tau bi Ara bawain semua keperluan kamu ke kamar ini." Ada usap di tulang pipi Haechan seturut ucapan Jaemin yang mengudara.
"Bi Ara udah mulai masuk?"
"He'em. Semalam beliau ngabarin saya." Jaemin ingat pesan masuk dari wanita itu pukul delapan malam, tapi baru dilihatnya pukul dua belas setelah dia bersihkan tubuh si Gemini yang lebih dulu terlelap.
"Bagus deh, Minjung jadi gak dateng lagi." Begitu, Haechan lega sampai dua sudut bibirnya mengembang. Sandaran punggungnya pada kepala tempat tidur terasa lebih enteng setelah dengar kabar tersebut.
Jaemin tidak membalas, hanya tersenyum berniat tagih rutinitas setiap paginya sejak berapa hari lalu yang tidak pernah absen dia lakukan.
Sisi rahang si Gemini diusapnya lembut. Perlahan kepalanya maju. Tapi, tanpa aba-aba Haechan justru dorong wajah Jaemin supaya menjauh. "Aku belum sikat gigi." Kilahnya, Haechan dorong mundur kepalanya sampai mentok bersandar pada kepala ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
When the day comes | NAHYUCK (ON HOLD)
FanfictionAnd he became the obsessed one. bxb