UF 1

74 6 1
                                    

Ting

Suara dentingan pedang yang beradu dengan pedang lainnya terdengar. Seorang bocah kecil yang berumur 12 tahun sedang bermain pedang dengan seorang lelaki yang berparas tampan. Permainan semakin memanas seiring bertambah cepatnya gerakan keduanya. Sampai pada akhirnya, pedang si bocah kecil terlempar 2 meter ke belakang, dan menancap tanah dengan sempurna.

"Kurang gesit, nona," Kata pemuda itu.

"Ah sudahlah paman Domz aku lelah, aku akan pulang," Kata bocah itu.

"Sudah kalah, kabur huh?" Tanya lelaki yang bernama Domz itu.

"Lihat saja, kelak aku akan mengalahkan paman. Namun sekarang aku harus pulang," Kata bocah itu.

"Baiklah Ella, hati-hati yaa!" Kata paman Domz sambil melambaikan tangan.

Ella pun segera kembali ke rumahnya. Rumahnya, karena ia sendiri yang membuat rumah itu. Sebenarnya sedikit dibantu oleh pamannya sih. Tapi, bayangkan saja, anak yang masih berumur 12 tahun sudah bisa membuat rumahnya sendiri, apalagi anak itu merupakan seorang perempuan. Bukankah itu luar biasa? Walaupun rumah itu bukan rumah yang tergolong mewah atau besar.

Rumah paman Domz terletak di puncak bukit, sehingga untuk menuju ke rumahnya, Ella harus menempuh perjalanan kurang lebih 3 km. Namun itu tidak menjadi masalah, setiap hari Ella pergi ke rumah paman Domz untuk berlatih beladiri, bukan hanya pedang, melainkan panahan, tombak, dan fisik juga.

Sesampainya di rumah, Ella melihat seseorang yang sedang duduk di depan pintu rumahnya. Kepalanya tertunduk sehingga wajahnya tidak terlihat jelas. Tiba-tiba, ia medongakkan wajahnya membuat Ella tersenyum lega.

"Apa yang kau lakukan didepan teras rumah orang lain, Kath? Kabur lagi huh?" Tanya Ella. Sedangkan yang di tanya hanya menggaruk tenguknya yang sudah pasti tidak gatal. Ella membuka pintu rumahnya, dan dengan tidak tahu malunya, Kath sudah langsung masuk dan mencari makanan di lemari makanan yang berada di dapur. Ella hanya mendengus kesal melihat sikap sahabatnya itu.

"Huh! Ella kau beruntung sekali tidak pernah dimarahi oleh orang tuamu!" Kath mulai bercerita namun ia masih sibuk mengunyah makanan yang ada di mulutnya dan menatap penuh minat dengan kue coklat yang ada di tangannya.

"Tapi aku pernah dimarahi paman Domz tahu," kata Ella.

"Eh benarkah?" Tanya Kath yang sekarang sudah mengalihkan pandangannya kepada Ella. Pasalnya, paman Domz itu merupakan lelaki yang sangat ramah dan jarang menunjukkan emosinya.

"Iya, kau tahu kan bahwa aku ditemukan oleh paman Domz di sungai, dan disana ada sepucuk surat. Paman bilang, disana hanya ada namaku, namun aku yakin bahwa ada hal lain di surat itu. Saat aku bertanya untuk kesekian kalinya, hal itu malah memancing emosi paman. Sejak saat itu, aku tidak pernah menyinggung soal itu lagi," jelas Ella. Sedangkan Kath hanya mengangguk sambil membulatkan mulutnya sehingga membentuk huruf O.

Tok tok tok

"Buka lah," suruh Kath.

Ella berjalan malas ke arah pintu. Siapa yang datang bertamu malam-malam begini. Saat ia membuka pintu, terlihat seorang nenek tua menggunakan jubah hitam panjang yang sampai terseret ke tanah. Jubah itu juga menutupi wajah nenek itu.

"Anda siapa ya?" Tanya Ella.

"Seseorang yang akan memberitahukan takdirmu," kata nenek itu misterius.

"Apa maksudmu? Aku tidak ada waktu untuk meladeni lelucon sepertimu." Kata Ella yang mulai jengah.

"Ini bukan lelucon, Putri Hymnist Aguirella Danktest. Engkau harus pergi ke tempat asalmu dan menyelamatkan orang tuamu. Orang tuamu belum mati seperti yang kamu pikirkan. Ia hanya di sekap oleh Lucivus." Kata nenek itu

"Apa maksudmu? Dimana? Putri?" Tanya Ella berturut-turut.

"Engkau harus pergi ke kera-"

"ELLA! PERGI!" Tiba-tiba paman Domz berteriak sambil melemparkan bola yang bercahaya.

Ella PoV

Sungguh in sangat membingungkan. Mulai dari nenek tua yang mengatakan bahwa aku harus menyelamatkan orang tuaku yang disekap oleh Lacius? Locuvis? Ah Lucivus! Lalu tiba-tiba paman Domz datang dan keadaan langsung berubah seketika. Paman Domz melemparkan seberkas cahaya yang melesat cepat ke arah nenek itu. Namun nenek itu juga tidak kalah cepat, nenek itu segera menghindarinya.

"Ella! Pergi ke rumahku dan tunggu aku disana!" Kata paman Domz. Aku segera masuk ke dalam dan menarik tangan Kath keluar tanpa menghiraukan pertanyaannya.

Aku berlari menuju rumah paman Domz. Sedangkan Kath, aku sudah memaksanya untuk pulang. Dan setelah menunggu kira-kira setengah jam, paman Domz datang dengan penampilan yang acak-acakkan, dan wajah yang sangat pucat. Ia memegangi perutnya yang berdarah.

"Paman! Ada apa? Mengapa cahaya tadi bisa keluar dari tangan paman? Paman ini apa?" Tanyaku kahwatir melihat paman Domz yang terlihat semakin lemas. Aku membawanya duduk di sofa. Ia memegang pipiku menggunakan sebelah tangannya

"Paman tidak apa-apa Ella. Ella dengarkan! Paman tidak punya banyak waktu! Pergilah ke rumah seorang yang bernama Dephsy di kota sebelah. Dan, di gudang, ada tas berwarna hitam, bawa itu bersamamu. Kamu akan menemukan semua barang yang kamu butuhkan di dalam tas itu. Kamu, kamu itu kuat Ella, dan jadilah orang yang kuat. Sebentar lagi kekuatanmu akan muncul dan kamu harus bisa mengendalikannya. Maafkan paman yang tidak bisa menjelaskan ini sebelumnya. Berjanjilah pada paman untuk segera membebaskan orang tuamu. Selamat tinggal Ella," kata paman, pegangannya semakin melemah dan tangannya jatuh. Kucoba cek nadinya, namun tidak ada denyutan sama sekali.

"Tidak! Paman tidak! Jangan tinggalkan aku! Aku tidak punya siapa-siapa lagi paman!" Kataku, sambil menangis tak karuan. Namun aku mengingat kata-kata paman bahwa aku harus kuat. Aku mencium kening paman cukup lama untuk terakhir kalinya. Menumpahkan segala kesedihan yang kurasakan saat ini. Bahkan saat ini aku masih belum bisa mencerna apa yang terjadi sebenarnya. Namun, aku hanya harus mengikuti perintah paman untuk saat ini, karena aku tidak tahu harus berbuat apa.

Aku segera menuju gudang paman dan mengambil tas yang di maksud oleh paman. Aku melihat isinya sekilas, ada kalung berliontin tosca, tongkat, dan kertas yang sepertinya uang. Namun aku tidak pernah melihat mata uang itu dimanapun. Lalu ada peta dan pedang kecil. Aku pergi ke kandang kuda di belakang rumah paman. Aku mengendarai Axel -nama kuda paman dengan kencang. Menembus gelapnya malam, tujuanku hanya satu, yaitu Dephsy. Ini akan menjadi perjalanan yang panjang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 20, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unimaginable FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang