HAYO! JANGAN SIDERS!
...
Terbaik bukan berarti selalu datang bawa bahagia, karena bisa saja dia datang membawa kata pisah dan yang menetap hanyalah luka. Andara tidak terlalu memahami arti teman, mereka tidak benar-benar datang sebagai kawan.
Kelvin sibuk berdiskusi dengan ayah di ruang kerja, Andara sibuk siapkan makan malam dengan bunda.
"Devan jadi kesini?" Andara mengangguk.
Ia sibuk mengaduk mayonaise, yogurt dan susu jadi satu di mangkuk bening, lalu menuangkan pada mangkuk berisi buah-buahan yang sudah dipotong kecil-kecil.
"Kakak kamu, mau magang di kantor lain." Kalimat bunda buat dahi Andara berkerut.
"Padahal, kalau mau magang di kantor Ayah gapapa, tetap bakal diperlakukan seperti karyawan lain. Ayah juga lebih sering kerja lapangan, tengil emang."
Oh, pantas saja.
"Mau taruhan gak, Bun?"
"Taruhan apa?"
"Kak Kelvin magang di kantor Ayah atau gak?" Andara menaik turunkan kedua alisnya.
"Bunda pegang, Kak Kelvin nurut sama Ayah."
Andara mendecih-meremehkan. "Kak Kelvin juga pengen mandiri kali, Bun."
"Jadi kamu pegang, Kak Kelvin yang magang di kantor lain, nih?" Andara mengangguk.
"Kalau kamu kalah, uang jajan dipotong."
Andara mengangkat dagu, "Siapa takut. Kalau aku menang, Bunda beli saham atas nama aku, gimana?"
"Deal!"
Jabat tangan keduanya terurai bersamaan Devan yang memasuki area dapur, dia duduk di kursi bar, melihat apa yang Andara buat.
"Jadi tamu masuk gak pakai salam," gerutu Andara.
Devan terkekeh kecil, "Besok mau ikut, gak?"
"Kemana?"
"Ngopi sama Ali, Alwan."
Andara terdiam sebentar, "Sore atau selesai try out?"
"Selesai TO."
"Oke," jawab Andara.
Devan beralih memperhatikan bunda, "Bunda cantik masak apa?"
"Ayam saus tiram, suka?" Devan mengangguk semangat.
"Udah punya pacar, jangan gangguin punya orang." Ayah keluar dari ruang kerja, diikuti Kelvin.
Devan tersenyum hingga matanya menyipit, "Halo Ayah tampan."
Ayah tertawa sembari menepuk bahu Devan, "Kamu ini."
Bunda dan Andara membawa makan malam ke meja makan, Devan mempersilakan ayah dan bunda ambil duluan. Andara dan Kelvin sama-sama diam, membuat Devan heran.
"Makan aja, Dev," suruh bunda. Devan tersenyum senang juga canggung.
Masih punya malu ternyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devandara
Teen Fiction"I know, i'm not enough. So i let you go, because it hurts to be half loved." ... Written in bahasa [#151 in Teen Fiction 20.07.17]