◐ P e n t e

5.7K 343 5
                                    

◑◑◑

"Where are you now that i need you?!"

"Lo ngamen, Ra?" tanya Alwan yang betah jadi teman sebangku.

"Gue konser," jawab Andara.

"Lu ngapain nyanyiin lagu suami gue?" tanya Fia yang kebetualn duduk di bangku depan Andara.

"SUAMI LU?!" seru Andara membuat seluruh atensi kelas mengarah padanya.

Fia hanya menutup mukanya yang memerah malu. Hari ini ada bimbingan dengan wali kelas setelah try out terakhir dilaksanakan. Harusnya sudah limabelas menit lalu, tapi wali kelas belum juga datang.

"Bolos yuk?" ajak Alwan.

Andara menoleh menatap Alwan lekat, "Sepuluh."

"Apanya yang sepuluh?" tanya Alwan kebingungan.

"Sembilan, delapan, tujuh."

"Lo hitung mundur, Ra?" tanya Fia heran, hingga gadis itu memutar tubuhnya kebelakang.

"Enam, lima, empat."

"Lo latihan berhitung?" Alwan bertanya lagi.

"Tiga."

"Dua."

"SATU!"

"PULANG!" teriak Andara bersamaan dengan bel yang berbuyi nyaring. Ia berlari keluar kelas pertama kali keluar, disusul Alwan dibelakang.

"Sialan," gumam Alwan ketika sudah berjalan beriringan.

Mereka menuju parkiran, Ali sudah siapa di kursi pengemudi, menunggu Andara juga Alwan yang baru datang.

30 menit perjalanan, Andara melepas sepatu converse hitam yang sudah lusuh lalu meletakkannya di rak sepatu, hal itu diikuti oleh Alwan dan Ali yang menepati perkataan kemarin.

Main ke rumah putri bungsu Geovano.

"Andara pulang!" serunya ketika melewati ruang tamu yang kosong.

Andara menoleh, mengarahkan Ali dan Alwan untuk semakin masuk ke dalam rumah--living room.

"Iya," gumam Kelvin yang sedang berbaring dikarpet living room. Ia sibuk menonton televisi, beristirahat setelah pulang dari kelas pagi.

"Pagi Kak!" sapa Ali dan Alwan yang hanya dibalas oleh lambaian Kelvin.

Andara mengajak keduanya ke dapur, membiarkan mereka duduk di kursi bar. Mengetuk pintu kulkas, memperlihatkan di dalamnya pada mereka.

"Mau apa?"

Alwan mendecak kagum, "Nanti pulang beli itu dulu, Al." ujarnya yang buat Andara tertawa.

"Nanti ambil sendiri, ya?"

"Iya, santai aja Ra. Anggap rumah sendiri." Andara mendengus pelan, pada dasarnya Alwan dan Devan tidak jauh beda.

Sama-sama tidak tau malu.

"Eh, ada tamu ganteng-ganteng," ujar bunda yang baru saja selesai menyetrika.

Ali tersenyum manis sedang Alwan terlihat malu-malu yang begitu dibuat-buat.

"Mau tumis gak, Wan?" Alwan kembali menatap Andara di seberang meja bar.

"Tumis apa?"

Andara berkata dengan wajah datar, "Tumis daging Alwan."

"Galak," gumam Alwan.

DevandaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang