Chapter 3

3.4K 304 129
                                    

"Because I could watch you for a single minute and find a thousand things that I love about you."


***

"Ini obat buat sakit kepala yang menurut gue cukup ampuh. Biasanya nyokap gue kalo sakit belinya yang kayak gini. Bisa dicoba."

Aura menatap seorang lelaki yang barusan menolongnya saat ia kesulitan memilih obat sakit kepala. Ia terkejut saat melihat cowok itu. Cowok yang sedang memakai baju hitam polos dengan celana pendek jeans beserta sendal jepit, yang membuatnya terlihat lebih santai daripada di sekolah. Tapi sama saja, wajah cowok itu tetap saja datar seperti biasa.

"Kak...Bintang?" Ucapnya ragu saat memanggil cowok itu dengan nama Bintang. Cowok itu lantas menaikkan sebelah alisnya.

Yaelah, baru tadi ngomong panjang, kenapa jadi irit lagi?

Seakan tersadar dengan apa yang sedang dipikirkannya, Aura menepuk dahinya dramatis.

Kok gue malah berharap dia ngomong panjang sih?

Cowok itu mengerutkan alisnya saat melihat tingkah aneh Aura. "Kenapa?"

"Gak," Ucap Aura dengan cepat. "Baru kali ini gue denger lo ngomong lebih dari 10 kata kak," Ucap Aura dengan kekehan kecil.

"Oh,"

Oh doang nih? Buset dah.

"Ini obatnya, mau gak?" Kata si cowok es dingin yang masih menyodorkan obat sakit kepala itu ke Aura.

"Makasih ya," Ia mengambil obat itu dari tangan cowok datar di depannya.

Cowok yang sedang menenteng tas belanjaannya itu lalu menganggukkan kepala.

"Yaudah kak, gue duluan." Aura berjalan menuju kasir dengan membawa cemilan yang cukup banyak dengan kedua tangannya. Ia sempat menyesal karena tidak mau mengambil tas belanja yang tersedia disana. Pikirnya, ia akan membeli dua cemilan saja. Tapi, apa daya jika Aura memiliki penyakit yang bernama lapar mata.

Alhasil, tanpa kesadaran Aura, ia malah tidak sengaja menjatuhkan obat yang barusan diberikan seorang cowok kepadanya. Untung saja, cowok itu memperhatikan Aura yang sedari tadi sibuk dengan barang-barangnya.

Setelah cowok yang Aura panggil Bintang itu membayar belanjaannya, ia menghampiri seorang cewek yang sedang menaruh barang belanjaannya di gantungan motor putih miliknya.

"Eh, cewek doraemon!" Ucap si cowok es agak berteriak.

Yang dipanggil lantas menolehkan kepalanya karena merasa dirinya dipanggil, sebab Aura sekarang sedang memakai baju tidur doraemon kesukaannya itu. Cewek itu mengerutkan keningnya saat menyadari siapa yang barusan memanggilnya. Ia menghentikan niatnya untuk menyalakan mesin motornya.

"Kenapa, kak?" Kata Aura saat cowok itu sudah berdiri di hadapannya.

Si cowok es menyodorkan obat itu dengan wajah datar. "Tadi jatoh,"

Aura melebarkan kedua matanya. "Ha serius?!"

Si cowok es lantas menganggukkan kepalanya. "Dasar ceroboh,"

"Ih? ngeselin dah," Aura menatap cowok itu sinis. "Jarang ngomong. Eh, sekalinya ngomong nyelekit,"

Cowok itu memutar matanya. "Buruan ambil, berat nih belanjaan gue." Cowok itu masih setia menyodorkan obat ke hadapan Aura.

"Oh iya," Aura mengambil obatnya. "Makasih, kak."

Cowok itu menganggukan kepalanya dan meninggalkan Aura begitu saja. Seakan teringat sesuatu, langsung saja Aura memanggil kembali cowok itu.

MemoriesKde žijí příběhy. Začni objevovat