Chapter 17

2.5K 175 16
                                    

"Because all i ever did was love you, but all i got was hurt."

***

"Maaf semua, Ibu agak telat."

Bu Juli datang ke kelas 12 IPA 1 sepuluh menit setelah bel masuk pelajaran bersama dengan seorang cowok jangkung yang nampak asing di mata siswa-siswi.

"Ya, semua. Hari ini kita kedapetan siswa baru," Bu Juli menatap siswa tersebut dengan senyuman ramah. "Ayok, nak. Perkenalkan diri kamu."

Cowok itu lalu tersenyum manis. "Nama gue Vino Lornado."

Deg.

Zaro yang sedari tadi sibuk memejamkan mata kini menarik kepalanya dan menatap seseorang yang berada di depan kelas.

Orang itu masih sama. Senyumnya, matanya, rambutnya, penampilannya dan semuanya masih sama. senyum manis yang selalu ia perlihatkan kepada semua orang, mata yang memancarkan kehangatan bagi semua yang melihatnya, dan penampilannya yang sedikit berantakan namun tetap terlihat rapi masih menjadi ciri khasnya.

Mata mereka bertemu. Jujur Zaro rindu dengan mata itu. Senyum manis cowok itu kini berubah menjadi senyum penuh ejekan yang dua tahun belakangan ini tidak Zaro lihat. Cowok itu lalu menaikkan sebelah alisnya sambil mengacak rambut. Membuat Zaro tersenyum kecil dan mengikuti gaya khas mereka berdua yang sering ia dan cowok itu lakukan dulu.

"Anjir ini cogan parah wey!"

"Gila! Mimpi apa gue semalem sampe bisa ketemu cowok manis kayak dia!"

"Wah kalo gini mah gue jadi rajin sekolah nih."

Bisik-bisik yang berasal dari para kaum hawa mulai terdengar. Bu Juli lalu menginteruksikan anak baru itu agar kembali melanjutkan perkenalannya. Lalu cowok itu mengangguk dan kemudian keadaan kembali hening.

"Kalian bisa panggil gue Vino. Gue pindahan dari Bandung. Gue harap, kalian bisa nerima gue di kelas ini. Terimakasih!"

"Tenang aje Vin. Gue terima lo apa adanya kok."

"Jangankan jadi temen, kalo mau lebih, gue mau kok!"

"Najis lu, Re."

"Tau Rere! mulai deh menelnya. Liat bening dikit, sosor."

"Udah sih, gak usah ributin gua!" Kikok berdiri sambil menggebrak meja. "Lo semua kalo mau jadi cewek gue ngantri ya! Jangan rebutan!" Lanjutnya sambil menunjuk cewek-cewek yang sempat menggoda Vino dengan sendok nasi.

"Ye, siapa juga yang demen ama lu!"

"Ngarep bege lo, Kok!"

"Heh sudah, sudah!" Kata Bu Juli akhirnya melerai. Ia lalu melirik Kikok dengan tampang heran. "Kamu ngapain lagi bawa sendok nasi segala, Kikok?!"

"Yah, tuhkan kena lagi gue," Gumamnya. "Ini Bu, buat apa ya? Aduh jawab apa nih gue. Emm-- buat, buat makan Bu! Buat makan!" Ucap Kikok akhirnya setelah sekian lama kebingungan. Padahal, ia sengaja membawa centong nasi dari rumah supaya bisa mengambil nasi sendiri di kantin Emak. Apalagi kalau bukan supaya ia bisa mengambil nasi banyak tanpa harus menunggu antiran.

"Dasar kamu, Kok. Makin hari makin aneh aja," Bu Juli menggelengkan kepalanya. "Yasudah Vino. Kamu boleh duduk. Dimana saja boleh, asalkan kosong ya!"

"Terimakasih, Bu." Vino lalu berjalan menuju bangku kosong yang berada di sebelah barisan Zaro. Tetapi, belum berhasil ia duduk, Deri sudah memanggilnya terlebih dahulu.

MemoriesWo Geschichten leben. Entdecke jetzt