Chapter 9

1.7K 279 48
                                    

Ryu Ye Rin POV

Selasa

Telepon iseng itu benar-benar mengganggu. Mulai hari senin hingga sekarang, selasa siang, nomor itu terus muncul mengganggu kesehatan baterai ponselku. Aku harus mengumpat namun aku benar-benar tidak bisa melakukannya sekarang. Aku tengah berada di pusat perbelanjaan dengan banyak orang memburu diskon besar-besaran. Lingerie Victoria's Secret yang agung.

Aku tetap berjalan. Tidak memedulikan area sekitar yang bergerombol menunggu masuk ke toko pakaian dalam itu. Memilih turun melalui eskalator lalu berjejal di antrean tester. Daging sapi yang luar biasa. Sesekali aku datang untuk menguji masakan dan tidak berniat untuk membeli. Aku sangat payah dalam memasak dan semua orang tahu itu.

Ketika aku selesai menyuapkan daging, seseorang di belakang berbisik, "Mengapa kau tidak mengangkat teleponku?" sembari meletakkan tangan di atas bahu. Refleksku masih bagus karena aku segera memelintir tangan dan menjatuhkan tubuh orang asing itu. Bunyi bedebum keras serta teriakan orang-orang yang memilih menjauh menjadi backsound kebanggaanku.

Namun belum sempat aku lebih membanggakan diri, netraku menelusuri wajah pria yang kujatuhkan. Sontak aku membelalak begitu saja. "Kim Tae Hyung?"

***

"Kau seharusnya memberikan pelukan hangat, bukan membanting tubuhku," protes Tae Hyung. Pria di hadapanku ini benar-benar luar biasa. Lihatlah, bahkan sudah tiga puluh tiga menit berlalu semenjak insiden tadi dan ia masih saja mengusap kepala.

Aku memutar mata jengah. Kesal dengan tingkah Tae Hyung yang tidak juga berubah sedari dulu. "Setidaknya aku bertanggungjawab dengan mentraktir makan."

Tae Hyung mendecih. Namun beberapa detik terlewat ia bisa dengan mudah mengubah ekspresi. Kini menangkup kedua tangan di bawah dagu sembari tersenyum lebar. Oh, siapa yang merajuk sekarang.

"Berhenti bertingkah menjijikan, Kim Tae Hyung." Aku tidak peduli suaraku mengganggu pelanggan di sekitar. Membuat pria di hadapanku bertingkah normal sedetik saja aku sudah kewalahan. Bahkan Sung Jin tidak pernah sebandel ini.

Lagi-lagi Tae Hyung mendecih. "Untuk ukuran seorang sahabat yang tidak bertemu selama tiga tahun kau benar-benar menyebalkan." Lalu merebahkan kepala sembari memajukan bibir.

Aku tertawa kecil. Tidak ada yang berubah dari sosok Kim Tae Hyung yang kukenal semenjak kami sama-sama masih memakai popok. Konyol dan menggemaskan. Orang-orang mungkin menganggapnya aneh tapi pengecualian untukku. Tae Hyung adalah sosok yang harus kaucari saat masalah membelenggu. Ia akan berubah menjadi sosok serius dan sering mengucap kata-kata mutiara.

"Bagaimana kabarmu? Apakah Jepang sudah kehabisan stok wanita cantik sehingga kau memutuskan untuk kembali?" Aku ingat alasan yang ia utarakan padaku tiga tahun lalu. Hanya candaan, sejujurnya aku tahu ia tidak terima dengan perceraian kedua orangtuanya.

Alih-alih menjawab, Tae Hyung justru merentangkan tangan. Dahiku mengerut. Jangan katakan ia memiliki rencana konyol. "Peluk aku dan kau akan mendapatkan jawaban."

Tae Hyung benar-benar gila. Karena aku juga gila, aku bangkit dari kursi dan memeluknya. Bohong jika mengatakan aku tidak merindukan Tae Hyung. Pria ini sudah kuanggap keluarga. Pria terpenting ketiga setelah ayahku dan Sung Jin.

"Aku merindukanmu, Ye Rin-ah." Ia menaruh kepala di bahuku. Seperti anak kucing yang manis. Aku tersenyum tanpa sadar. "Aku hanya merasa bosan. Lagipula aku benar-benar merindukan Seoul."

Senyumku masih mengembang bahkan setelah pelukan terlepas. Aku kembali duduk di kursi, menyeruput capucinno yang hampir dingin. "Dan bagaimana pekerjaanmu?"

Under These Skies #1 ✔Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz